pita deadline

pita deadline

Selasa, 09 April 2013

Kardiologi Kuantum (16): Komputer Kuantum Biologis

“Manusia merupakan bagian dari keseluruhan, yang disebut Alam, bagian yang terbatas dalam ruang dan waktu. Manusia mengalami sendiri, pikiran dan perasaannya sebagai sesuatu yang terpisah dari yang lain, .. Semacam khayalan optik kesadaran.” –Albert Einstein–

Kardiologi kuantum? ...ah, ...kuantum lagi? berbau misterius, pasti mengada-ada yaitu sesuatu yang tidak ada diada-adakan.. hahaha. “Coba yang nulis ini saya, pasti sudah diketawain sama teman-teman,” tutur PemRed Tabloid Kardiovaskuler, Dr. Soni H. Wicaksono, SpJP. “Memang untuk menulis sesuatu yang misterius tadi disamping “Faktor-U” sebenarnya masih ada lagi yaitu “Faktor-X”. Faktor U adalah faktor umur, demikian penjelasanku. Mengubah konsep kardiologi kuantum dari diketawain menjadi ditersenyumin, bahkan diperhitungkan itu persoalan lain lagi... senyum, dimanapun juga terasa keindahannya, patut disyukuri.
Kalau kita mengikuti perjalanan fisika kuantum dan fisika klasik juga harus sering tersenyum, semua benda yang bergerak di angkasa pun harus mengikuti hukum Newton kecuali planet Uranus yang karena kecilnya terganggu gravitasi matahari. Ketika dilakukan pengamatan saat terjadinya gerhana matahari di Afrika Selatan membuktikan bahwa teori Albert Einstein yang benar, sehingga ia terkenal di dunia. Nah, begitu juga Einstein dengan teori relativitasnya (E=MC2) seolah-olah bagaikan  menerima sabda alam (baca: Sabda Tuhan kepada alam), semuanya terpaksa mengikuti teorinya! Sehingga majalah TIME Desember 1999 menobatkannya sebagai “Person of the century”, manusia abad ini, kita tersenyum saja karena selain si Albert, kita-kita ini bukan person, bukan manusia, hanya menyerupai manusia? Pernyataannya pun perlu kita perhatikan dengan seksama: apa yang sering dinyatakan sebagai realitas, menurut Einstein hanyalah bayangan, ilusi saja, kecuali sangat kuat kenyataannya dan satu-satunya yang sangat bermakna adalah intuisi. Penemuannya tentang  hukum alam tersebut diyakini masyarakat bukan semata-mata dari hasil kegiatan inteligensinya yang memang sudah istimewa, melainkan ada faktor lain yaitu faktor anugerah, harap dibaca sebagai ”Faktor X.”
Alam semesta, sebagai dimensi-1 menempatkan dunia di depan pancaindra kita sebagai dunia yang tanpa batas. Di era globalisasi ini membuat segala sesuatu tampak serupa, beda-beda sedikit. Oleh karena itu dapat saling memengaruhi satu  dengan lainnya. Demikian juga di dunia ilmu kesehatan dalam perspektif kultur budaya universitas yang memiliki ilmu-ilmu kesehatan masyarakat, keperawatan, kedokteran, psikologi, psikiatri dan psikosomatik harus dipandang sebagai dunia ilmiah yang terus berkembang dalam perspektif humaniora, untuk menembus batas realitas. Kardiovaskular sebagai entitas ilmiah yang bergengsi (dimensi-2: fisik), boleh dianggap memiliki kultur budaya-nya sendiri sudah saatnya mampu menampilkan ”kearifan lokal”-nya sendiri yang unik (kardiologi kuantum) agar mampu menyelaraskan dirinya dengan fenomena alam semesta (fisika kuantum;  dimensi-1); serta: fenomena psike/jiwa/mental dan neumena spiritualitas (candra jiwa Indonesia; dimensi-3 dan 4).
Di luar sana, kreativitas dalam mengolah budaya dan kearifan lokal yang sesuai dengan perkembangan jaman akan menjadi kunci persaingan global. Semangat  yang amat besar, passion yang menular, integritas pribadi, dan intuisi harus didasari dengan adanya niat, tekad dan sedikit nekat untuk memulai dan memelihara dinamikanya sendiri.

”Kardiologi kuantum dalam perspektif kultur budaya universitas, harus di dukung untuk menampilkan keunikan, kreativitas, dan ciri khasnya sendiri agar memiliki nilai tambah dan kekuatan dalam menghadapi era global yang kompetitif.” (BSP)

Heisenberg’s Uncertainty. Ketika teori Einstein sedang memuncak (1927), Werner Karl Heisenberg mengembangkan suatu teori yang bertentangan dengan Einstein yaitu teori ketidak-pastian. Menurut teori ini makin akurat kita menentukan posisi suatu benda, makin tidak akurat momentumnya (atau kecepatannya) dan sebalik-nya. Jadi benda tidak dapat ditentukan letaknya secara cermat, alias bisa di mana saja! Ini juga semakin membuat kita tersenyum sendiri. Teori ini tidak masuk akal menurut Einstein. Menurut Yohanes Surya, fisikawan Indonesia, Einstein menentang teori ini hingga akhir hayatnya. Ejekan Einstein .. masak posisi bulan tidak menentu, mana mungkin. Einstein lebih suka menganggap bulan mengorbit secara teratur, “I like to believe that the moon is still there even if we don’t look at it.” Einstein juga berargumen bahwa tidak mungkin Tuhan bermain dadu “God doesn’t play dice” dalam mengatur alam semesta ini.
Heisenberg maju terus mengembangkan teorinya, akhirnya teorinya menjadi salah satu pilar dari mekanika kuantum. Kini mekanika kuantum menjadi primadonanya fisika. Oleh Feynman, Elektrodinamika kuantum (mekanika kuantum yang digabung dengan teori relativistik Einstein) dijuluki “the jewel of physics”. Berkat mekanika kuantum inilah orang dapat mengembangkan berbagai teknologi mutakhir yang ada sekarang ini, mulai dari TV, kulkas, mainan elektronika, laser, bom atom yang dahsyat, hingga pembuatan-pembuatan chip-chip komputer super cepat. Heisenberg dianugerahi Nobel Fisika di tahun 1932 dan hadiah-hadiah bergengsi lainnya.
Sel-sel jantung ada yang unik, ia berbeda dengan sel-sel miokard yang bertanggung jawab terhadap gerak otot jantung, yaitu sel-sel purkinje ia bersifat seperti sel-sel saraf. Tidak terlalu salah sekiranya ada hipotesis bahwa jantung sampai sel-selnya berperanan dalam proses berfikir. Proses identifikasi variable dan prosesnya ada di otak, sementara penyimpanannya bisa jadi di saraf jantung, sangat spekulatif memang karena memerlukan program “super” komputer biologis di dalam mikrotubulus denrit yang ujung positif dan negatifnya berpasangan, sementara pada axonnya paralel. Sementara pada saraf jantung (purkinje) “tidak” ditemukan mikrotubulus. Konsep super komputer yang berdasarkan pemikiran Heisenberg yang dianugerahi Nobel 1932 saja sudah menghasilkan kedahsyatan luar biasa. Apalagi baru-baru ini 2012 hadiah Nobel diberikan kepada dua orang yaitu pada jaman ini menemukan konsep super posisi diantara 0 dan 1.      Hadiah Nobel Fisika tahun 2012 dianugerahkan kepada Serge Haroche (68) dari Perancis dan David Wineland (68) dari Amerika Serikat. Dua ilmuwan itu layak menerima Hadiah Nobel atas kerja keras mereka dalam menemukan metode eksperimen untuk mengamati dan mengontrol partikel kuantum. Nah, mereka telah membuka era baru dengan konsep 100x super komputer (biologi), dan jangan dilupakan kardiologi kuantum kini memiliki pijakan yang jauh lebih kuat, itu menurut pengakuannya sendiri. Kesadaran dianggap sebagai sebuah program komputer kuantum dalam otak, yang dapat tetap bertahan di alam semesta selamanya, dijelaskan berdasarkan persepsi sejumlah orang yang  pernah mengalami mati suri. Near death experience polanya berbeda untuk setiap orang yang mengalaminya. Penjelasannya dari psikologis sampai menurut keyakinan masing-masing.

“Spiritualitas adalah kendaraan untuk memahami alam raya melalui segenap kesadaran. Ia menghadirkan kepekaan akal, hati, dan nurani dalam setiap detak jantung dan tarikan nafas. Merayakan ikhtiar menembus batas realitas.” (www.gaptekupdate.com)

Dua ilmuwan fisika kuantum ternama menawarkan teori barunya. Hipotesisnya adalah pengalaman hampir mati terjadi   ketika zat yang membentuk jiwa manusia terlepas dan meninggalkan sistem syaraf, memasuki alam semesta. Maknanya kesadaran sejatinya dianggap sebagai sebuah program komputer kuantum dalam otak, yang bisa tetap bertahan di alam semesta bahkan setelah kematian. Ini menjelaskan persepsi sejumlah orang yang pernah mengalami mati suri. Teori kuasi-religius ini dikembangkan oleh Dr Stuart Hameroff, Profesor Emeritus pada Departemen Anestesi dan Psikologi dan Direktur Pusat Studi Kesadaran University of Arizona. Nah, Hameroff  yang dikutip oleh Daily Mail, mendasarkan teorinya pada teori kuantum kesadaran yang ia kembangkan bersama fisikawan Inggris, Sir Roger Penrose. Mereka sependapat bahwa pengalaman kesadaran adalah hasil dari efek gravitasi  kuantum dalam mikrotubula. Sebuah teori yang mereka sebut sebagai pengaturan   pengurangan obyektif (Orch-OR).
Teori ini menjelaskan bahwa jiwa kita bukan hanya interaksi antar neuron pada otak. Melainkan susunan yang terbangun dari intisari alam semesta, dan mungkin telah ada sejak waktu bermula. Konsep ini menganggap kesadaran adalah bagian integral dari alam semesta. Sepertinya mirip dengan konsep Karl Gustav Jung, hanya Jung membedakan kesadaran kolektif dan kesadaran pribadi, pertemuannya adalah intuisi dan invidualisasi adalah leburnya kesadaran pribadi di dalam kesadaran kolektif, senafas dengan Candra Jiwa Indonesia.

Referensi :
Thornell LE, Eriksson A. Filament systems in the Purkinje fibers of the heart. Am J Physiol. 1981 Sep; 241(3): H291-305

Budhi S. Purwowiyoto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar