pita deadline

pita deadline

Senin, 29 April 2013

ASMIHA 22nd 2013 dan Sistem Jaminan Sosial Nasional 2014

ANNUAL Scientific Meeting of Indonesian Heart Association (Asmiha), acara pertemuan ilmiah rutin yang selalu diadakan tiap tahun oleh Pengurus Pusat (PP) PERKI, adalah suatu sarana untuk mengekspresikan, mengevaluasi dan mengapresiasi hasil riset, baik klinis maupun non-klinis, dari para kardiolog di seluruh Indonesia dan sebagai wahana kerja sama antar asosiasi jantung tingkat mancanegara. Oleh karena itu, Asmiha diharapkan dapat menjadi media sarana pertukaran pengetahuan dari kardiolog di    pusat-pusat pendidikan kardiovaskular kepada dokter di pelayanan primer maupun sekunder, demikian sepenggal kutipan dari sambutan Prof. Dr. dr. Rochmad Romdoni, SpJP(K), FIHA, FAsCC selaku Presiden PERKI pada Opening Ceremony Asmiha ke 22 tahun 2013 ini.Asmiha yang dilangsungkan di Ritz Carlton Hotel pada 5-7 April 2013 dan dibuka resmi oleh Prof. Dr. dr. Med Akmal Taher, SpU(K) selaku ketua Bina Upaya Kesehatan mewakili Menteri Kesehatan RI ini, memfokuskan diri pada update inovasi-inovasi baru di bidang kedokteran jantung, namun bukan terhadap sponsor penyedia produk-produk yang berkaitan dengan kardiologi. Hal ini dibuktikan melalui pagelaran 60 poster penelitian, pengumpulan 130 paper penelitian dari seluruh Indonesia, serta penganugerahan Young Innovator Award 2013 seperti tahun-tahun sebelumnya.
Konsep acara tahun ini serupa dengan tahun-tahun sebelumnya. Acara dikemas menjadi acara pre-congress yang terdiri dari 9 workshop berbeda yang dilaksanakan pada 4 April 2013 dan main symposium yang diadakan dalam bentuk plenary session pada 5-7 April 2013. Asmiha kali ini mendatangkan lima belas pembicara mancanegara dan mengadakan joint symposium dengan berbagai asosiasi jantung dunia, antara lain American Heart Association, European Heart Association, China Heart Association, Taiwan Heart Association, dan tentu saja asosiasi jantung Asia Tenggara.
Ada perbedaan mendasar antara Asmiha kali ini dengan tahun-tahun sebelumnya, Asmiha kali ini memberdayakan juga narasumber dari kalangan muda yang berpotensi dan handal di bidangnya. Hal ini diharapkan akan membawa energi positif dan semangat khas kaum muda ke dalam perhelatan akbar ini. Tidak hanya sekedar mengenai ilmiah saja, Asmiha juga menjunjung nilai-nilai seni dan kebersamaan melalui Gala Dinner dan Cultural Night. Terobosan yang tidak kalah menarik tahun ini adalah PERKI CUP yang merupakan ajang pertandingan futsal antar residen kardiologi dari 12 pusat kesehatan jantung di Indonesia.
Sesuai dengan tema yang diusung tahun ini yakni Paradigm Shift in Management of  Cardiovascular Disease, Asmiha kali ini ingin mengubah paradigma tata laksana penyakit jantung, demikian penuturan Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K), FIHA selaku ketua Asmiha ke 22 ini.
"Penyakit jantung tidak selalu memerlukan tindakan invasif dan rehabilitatif seperti valve replacement atau stenting. Tindakan noninvasif dan terapi regenerative sudah menemukan titik temu di belahan dunia lain, khususunya di Eropa dan Amerika. Selain itu, pendekatan multidisiplin dalam penanganan gagal jantung sebagai penyakit komorbid dari berbagai penyakit degeneratif juga ingin ditekankan pada Asmiha kali ini," lanjut Yoga.

Mengintip Jendela Masa Depan Kardiologi Indonesia
Pada konferensi pers yang dimoderatori oleh Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K), FIHA, membahas dan menjelaskan arahan masa depan kardiologi Indonesia. Salah satu arahan tersebut terkait dengan program kerja pemerintah, yakni Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Pada implementasi SJSN nanti, akan diberlakukan sistem perujukan berjenjang yang lebih terstruktur dan komprehensif, mulai dari pelayanan primer, sekunder, hingga tersier. Perujukan akan dilakukan dengan benar  dan tepat sesuai kondisi dan keperluan. Rancangan sistem tersebut masih berada dalam tahap perencanaan sampai sekarang. Buku Pedoman Layanan Penyakit Jantung Indonesia yang dikeluarkan oleh PERKI nantinya akan diadopsi oleh pemerintah untuk sistem perujukan terkait penyakit  jantung.
Hal lain yang patut mendapat perhatian adalah rencana pendirian fasilitas pusat   jantung nasional pada 11  rumah sakit pendidikan di Indonesia. Daerah yang menjadi target, antara lain Medan, Bandung, Padang, Semarang, Yogyakarta, Solo, Malang, Surabaya, Denpasar, Makassar dan Manado. Daerah-daerah tersebut dipilih karena dokter-dokter lulusan universitas tersebut berkontribusi pada Asmiha sejak dulu dan kini. Rumah Sakit Harapan Kita sebagai pusat jantung nasional saat ini akan memberikan arahan dan nasihat kepada 11 calon pusat pendidikan jantung nasional tersebut. "Harapan kami nantinya 11 pusat jantung nasional baru tersebut dapat berimbang dengan pusat jantung nasional yang sekarang. Nantinya, orang Indonesia tidak perlu lagi berobat ke luar negeri," jelas dr. Hananto Andriantoro, SpJP.
Pakar-pakar dari 12 pusat jantung nasional baru tersebut nantinya akan membentuk Komite Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah yang diketuai Dr. dr. Anwar Santoso, SpJP(K), FIHA. Komite tersebut akan berkolaborasi dengan PERKI dan Rumah Sakit Pendidikan Kardiovaskular untuk membuat konsep pelayanan prevensi, promosi dan pengobatan penyakit jantung dan pembuluh darah. Setiap komponen dalam komite tersebut memiliki peran masing-masing dalam simposium Asmiha sebagai wadah keilmuan, Rumah Sakit Harapan Kita sebagai wadah pendidikan, dan PERKI sebagai wadah sumber daya manusia spesialis jantung dan pembuluh darah. "Peran utama komite itu adalah think tank yang memberikan saran dan informasi, baik diminta atau tidak mengenai masalah jantung di Indonesia," ujar Hananto.(Dikutip dari terbitan harian Asmiha 22)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar