pita deadline

pita deadline

Senin, 27 Oktober 2014

SEJARAH DEPARTEMEN KARDIOLOGI DAN KEDOKTERAN VASKULAR FK UI, JAKARTA


Departemen Kardiologi dan Ke­dokteran VaskularFKUI (dulu BagianKardiologi FKUI) yang berlokasi di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita/Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jalan S. Parman Kav.87, Slipi-Jakarta ini adalah salah satu unsur Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi bidang Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (Kardiovaskular). Bila ditelu­suri jauh ke belakang, sebelum tanggal 10 Nopember 1976 (yang kini diperingati sebagai tanggal kelahiran Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI) mempunyai pengalaman sejarah yang penuh dengan perjuangan dan tantangan dalam pengembangannya.

Perkembangan Ilmu Kardiologi
Menyimak perkembangan Ilmu Kedokteran tidak dapat dilepaskan dari kiprah para ilmuwan yang ber­ke­cim­pung dalam kedokteran, demi­kian juga perkembangan ilmu kardiovaskular yang pada tahun 1957 masih diberi istilah ilmu kardiologi. Perkembangan suatu ilmu sebagai proses belajar tidak dapat dipungkiri hanya dapat dikem­bang­kan melalui suatu institusi pendidikan yang bernama Fakultas Kedokteran sebagai bagian dari suatu pendidikan dari suatu Universitas. Percabangan Ilmu kedokteran yang pada awalnya merupakan pendidikan akademik dan profesi menghasilkan lu­lusan dokter, atau dokter umum. Selanjutnya berkembang menjadi dokter ahli atau spesialis sebagai perkemba­ngan dari ke­dokteran medikal dan surgikal.
Pendidikan medikal yang tadinya menghasilkan dokter ahli penyakit dalam (internis) dan dokter ahli bedah. Tidak dapat dipungkiri pengembangan ilmu dan tekno­ logi telah turut memacu pekembangan di bidang ilmu penyakit dalam maupun anak, sehingga memberi imbas pada perkemba­ngan di Tanah Air.
Dokter Gan Tjong Bing yang baru kem­bali dari luar negeri memaparkan sebagai beri­kut : "Perkembangan Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI tidak dapat dipisahkan dari Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di Indonesia yang mulai berkembang pada tahun lima puluh­an".
Pada masa itu tokoh yang merintis ilmu penyakit jantung dan pembuluh darah untuk orang dewasa adalah dr. Gan Tjong Bing, dr. Soehardo Kertohusodo dan kemudian dr. Lie Khioeng Foei. Perhatian yang terarah terhadap ilmu ini digalakan dengan berdirinya Perkumpulan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dan Perkumpulan Kardiologi Indonesia (PerKI) pada tanggal 16 Nopember 1957. Keduanya disyahkan sebagai Cabang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada tanggal 28 Nopember 1957 di Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta. Se­belum itu Sub-Bagian Kardiologi pada Bagian Penyakit Dalam sudah dimulai pada tahun 1957 dengan Kepala dr. Gan Tjong Bing. Sebagai Ketua PERKI (yang pertama), dr. Gan Tjong Bing juga menjabat sebagai Sekretaris PAPDI.
Pada sambutan berdirinya PERKI an­tara lain dikemukakan beliau bahwa “lapangan kardiologi sebegitu luasnya, hingga bagi para Internis Umum tak mungkin lagi dapat tetap mengikuti dan menguasai kemajuan-kemajuan dalam lapangan ini”. Kegiatan perkembangan Ilmu Kardiologi secara terpadu bermula di Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan kegiatan Poliklinik jantung di kamar 17, dimana berbagai unsure dari berbagai Bagian mengadakan pelayanan dan diskusi-diskusi teratur. Selain nama-nama yang disebut terdahulu antara lain juga dr. Sukaman S. dan dr. Endot M Achya turut dalam perintisan ilmu kardiovaskular ini. Kateterisasi jantung pertama kali dilakukan pada akhir tahun 1950-an di Rumah Sakit Yang Seng Ie (sekarang RS.Husada) oleh dokter-dokter dari RSCM, yaitu : dr. Kwee Tien Boh, dr. I.S.F Ranti dan dr. Gan Tjong Bing. Sedangkan dr. Sukaman adalah Staf yang pertama kali mendapat pendidikan di luar Negeri dibidang kardiovaskular di Amerika Serikat dengan Prof Paul D White yang juga sebagai pioneer kar­diologi di Amerika Serikat(1960). Peme­riksaan invasive ini mulai dilaksanakan pula di Rumah sakit gatot Subroto de­ngan Tim yang sama.
Pada awal tahun 1960-an bedah jantung tertutup pertama untuk stenosis mitralis dilakukan oleh dr. Pouw dkk. Selanjutnya setelah itu pembedahan untuk PDA lebih sering dilakukan. Sub-bagian Kardiologi pada awal 60-an telah menjadi salah satu sub-bagian yang berkembang pesat di lingkungan Ba­gian Penyakit Dalam dengan kegiatan Poli Jantung di kamar 17. Kateterisasi jantung kanan di RSCM dimulai tahun 1960 oleh dr. Gan Tjong Bing, dr. I. S. F. Ranti, dr. Asikin Hanafiah dan dr. Kwee Tien Boh di Kamar Rontgen Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Di Bagian Penyakit Dalam pemeriksaan ini dimulai oleh dr. Tagor G.M.Siregar dan dr.Makes setelah kateterisasi dipindah ke bagian Radio­logi RSCM pada tahun 1964.
Timbulah gagasan terbentuknya suatu LEMBAGA KARDIOLOGI NASIONAL (disingkat LAKARNAS) pada tanggal 17 Agustus 1965 dengan Konsep Surat Keputusan 3 Menteri yaitu Men­teri Kesehatan, Menteri Riset Nasional dan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan. Ide pendiriannya berasal dari dr. Djaka Sutadiwiria yang maksud dan tujuannya adalah “menghimpun dan mengarahkan segala tenaga dan alat-alat untuk memberantas penyakit jantung dan pembuluh darah dalam arti yang seluas-luasnya”
Anggota Dewan Pengurus yang per­tama adalah Kolonel CDM. dr. Djaka Sutadiwirya (Ketua, selaku wakil Departemen Kesehatan), dr. Soehardi Hardjolukito (Wa­kil Ketua selaku Departemen Urusan Research) dan Prof. dr. Djamaludin (Sekre­-taris/Bendahara, selaku Wakil Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan). Sedangkan para Anggota : Ny. Sumarno (Selaku Ketua yayasan Kardiologi Indonesia), dr. Irawan S.Santoso (Selaku Direktur lembaga), Prof. dr. Syahrial Rasad, Prof.dr. M Soekarjo dan Prof.dr D.Biran. Lembaga ini Berkedudukan di Ibukota Republik Indonesia dan secara fisik di Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusumo. Namun walaupun Lakarnas sudah bekerja Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri tersebut tidak sempat diresmikan sehubungan dengan meletus­nya G.30.S./PKI pada tahun 1965. Pada tahun 1966 dengan persetujuan Ke­pala Bagian Bedah, Kepala bagian Ilmu Penyakit dalam, dan kepala bagian Ilmu Kesehatan Anak pewujudan pendirian Lembaga Kardiologi Nasional ini diteruskan oleh Direktur Rumah Sakit Dr. Cipto Ma­ngunkusumo (Kolonel CDM. dr. Djaka Suta­diwiria). Pada waktu itu semua tenaga yang berkecimpung dibidang Ilmu Kardiologi ditugaskan oleh Direktur untuk bekerja di Lakarnas, dan semua kegiatan Kardiologi baik itu pela­yanan, penelitian, kuliah, demonstrasi serta ujian mahasiswa dilaksanakan oleh dokter-dokter Lakarnas. Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Pe­nyakit Dalam, Bagian Bedah yang menginginkan pendi­dikan asistennya didalam Bidang kardiologi mengirim asistennya untuk mengadakan stase beberapa bulan di Lakarnas. Pada tanggal 12 Agustus 1967, dengan Surat Ke­putusan nomor 1202/Peg., Direktur RSCM menetapkan dr. Sukaman, dr. Lutfi Usman dan dr. Tagor G.M.Siregar diserahkan/diperbantukan penuh di Lakarnas, walaupun saat itu secara administrative masih di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSCM. Dengan adanya Lakarnas pada tahun 1967, pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh darah langsung dari dokter umum di FKUI/RSCM dimulai. Pendi­dikan Kardiologi pada saat itu men­ca­kup 6 bulan masing-masing di Bagian Ilmu Kesehatan Anak dan Bagian Ilmu Penyakit Dalam, sedangkan untuk stase modul penyakit jantung untuk asisten kesehatan anak dan penyakit dalam, juga dilakukan di Lakarnas, demikian pula pendidikan kardio­logi untuk mahasiswa kedokteran FKUI. 
(BERSAMBUNG)

(Untuk baca artikel sambungannya, klik disini)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar