pita deadline

pita deadline

Selasa, 28 Oktober 2014

Panduan Praktik Klinis: Skrining Diabetes untuk Penyakit Jantung Koroner

Dari Canadian Diabetes Association Clinical Practice Guidelines Expert Committee. Draft awalnya disiapkan oleh Paul Poirier, Robert Dufour, André Carpentier, dan Éric Larose.
Apabila kita bandingkan dengan orang sehat, pasien dengan tipe 1 dan 2 diabetes (terutama wanita) berada pada risiko lebih tinggi pada usia dini untuk terkena penyakit jantung koroner. Sayangnya, sebagian besar tidak memiliki gejala sebelum terjadi infark miokard (MI) yang fatal maupun nonfatal. Oleh karena itu, dianjurkan untuk melakukan skrining pada pasien berisiko tinggi terhadap kejadian vaskular, terutama pasien penyakit jantung koroner (CAD) berat. Pada individu yang berisiko tinggi CAD (berdasarkan usia, jenis kelamin, deskripsi nyeri dada, riwayat MI sebelumnya, elektrokardiogram ketika istirahat normal dan adanya beberapa faktor risiko lain), stress testing bermanfaat untuk penilaian prognosis.
Kapasitas latihan sering terganggu pada orang dengan diabetes karena tingginya prevalensi obesitas, gaya hidup santai, neuropati perifer (baik sensorik maupun mo­torik) dan adanya penyakit pembuluh darah. Bagi mereka yang tidak mampu untuk melakukan tes latihan, mungkin diperlukan suatu uji fungsi pencitraan seperti stres tes pencitraan nuklir atau farmakologik. Sebagian besar teknik pencitraan telah terbukti bermanfaat dalam studi prospektif untuk mengidentifikasi pasien risiko tinggi. Namun, sejauh ini, tidak ada studi head-to-head untuk menunjukkan yang terbaik sekaligus hemat biaya.

REKOMENDASI
  1. Satu EKG istrahat harus dilakukan pada individu dengan salah satu berikut yang berikut [Grade D, konsensus]: Usia > 40 tahun; lamanya diabetes > 15 tahun dan usia > 30 tahun; kerusakan organ target (mikrovaskular, makrovaskular); memiliki faktor risiko jantung PJK.
  2. Ulangan EKG istirahat sebaiknya dilakukan setiap 2 tahun pada pasien dengan diabetes [Grade D, Konsensus] .
  3. Orang dengan diabetes harus menjalani pemeriksaan untuk CAD dengan EKG stress testing sebagai tes awal [Grade D, Konsensus] apabila didapati hal-hal berikut ini: [a]. Gejala jantung yang khas atau atipikal (seperti sesak nafas yang tak dapat dijelaskan sebab-sebabnya, rasa ketidaknyamanan di dada) [Grade C, Level 3 (4)]. [b]. Tanda-tanda atau gejala-gejala yang berhubungan dengan penyakit-penyakitnya: Penyakit Arteri Perifer (indeks ankle-brachial abnormal) [Grade D, Level 4 (9)]; Bruit karotis [Grade D, Konsensus]; Serangan iskemik transien (TIA) [Grade D, Konsensus]; Stroke [Grade D, Konsensus]; [c]. Terdapat kelainan pada EKG istirahat (misalnya terdapat gelombang Q) [Grade D, Konsensus]
  4. Stress echocardiografi farmakologik [dengan dobutamin] atau pencitraan nuklir harus dilaksanakan pada individu dengan diabetes dengan kelainan EKG istirahat yang menghalangi penilaian EKG stres test (blok pada bundel cabang kiri atau kelainan gelombang ST-T ) [Grade D, Konsensus]. Selain itu, individu yang membutuhkan pengujian stres dan tidak mampu berolahraga harus menjalani uji stress echocardiografi farmakologik [dengan dobutamin] atau pencitraan nuklir [Grade C, Level 3(22)].
  5. Individu dengan diabetes yang menunjukkan iskemia pada latihan kapasitas rendah (< 5 setara metabolik [METs]) pada stress testing harus dirujuk ke spesialis jantung [Grade D, Konsensus] . (P. Poirier et al./ Can J Diabetes 37 (2013) S105-S109)
Budhi S. Purwowiyoto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar