pita deadline

pita deadline

Selasa, 20 Maret 2018

Pembinaan Etik & Etos Juga Melibatkan Bidang Profesi Lain

DALAM rangka HUT PERKI ke-60, Ketua PERKI Dr. dr. Ismoyo Sunu, SpJP(K) menyatakan, lembaga profesi ini tetap konsisten memelihara dan membina para anggota agar taat terhadap etos dan etik dokter jantung. Lebih penting lagi, Ismoyo menyatakan agar pembinaan etos ini berjalan dengan efektif, sangat perlu bekerja sama dengan profesi lain. Berikut ini percakapan InaHeartnews dengan beliau di sela-sela konferensi pers HUT PERKI ke-60 di Heart House, Jakarta, Desember lalu.

Apa saja pencapaian etik dan etos dokter jantung dalam rangka HUT PERKI ke¬60 ini?
Etika adalah suatu kegiatan yang ke luar dari sanubari kita. Tentunya hal ini harus kita perhatikan dan harus dibina untuk kepentingan kita sendiri dan yang paling penting adalah kepentingan profesi kedokteran kardiologi dan patient safety. Untuk kepentingan pasienlah, dokter jantung itu sudah dididik tentang etika kedokteran sejak jenjang S1 hingga sub spesialis.
Oleh sebab itu, memang cukup sulit menjawab bagaimana pencapaian etika kedokteran selama 60 tahun ini. Tidak bisa kita hitung secara statistik. Yang bisa kita lakukan adalah tetap menjaga ketaatan dan pedoman pada moral etika. Tetapi tentunya terkait dengan ini kami terus mengadakan pembinaan, pertemuan-pertemuan dan aktivitas pembinaan yang lain. Kami juga terus mengadakan diskusi dan seminar yang dihadiri oleh berbagai bidang terkait dengan etik dan etos kerja kedokteran ini.

Apa saja upaya PERKI dalam melakukan pembinaan etik dan etos dokter jantung? 
Mulai dari sisi kedokteran, profesional, hukum dan kerohanian. Kami juga menghadirkan unsur tokoh masyarakat. Jadi ada keterpaduan dengan bidang profesi lainnya. Ini semua gunanya agar terus ada pengawalan dan memberikan suatu informasi sejauh mana kami sebagai dokter telah memberikan pelayanan kepada pasien serta patient safety. Ini tak hanya menjadi suatu manfaat bagi PERKI, tetapi bagi seluruh pelayanan kesehatan yang terlibat.

PERKI juga memiliki kelompok kerja tersendiri yang menangani masalah etika? 
Kami juga mempunyai tim etika, yang untuk kepemimpinan Kabinet Amanah PERKI kali ini dipimpin Dr. Santoso Karo Karo. Beliau akan selalu mengajukan petunjuk-petunjuk dan bimbingan teknis tentang etik dan etos dokter jantung. Kami juga mengadakan dan membuat buku petunjuk teknisnya. Tetapi itu juga harus selalu diingatkan dan dikomunikasikan.
Memang persoalan pembinaan dan mengingatkan ini tidak mudah dan tidak murah. Kami para dokter kan tersebar di mana-mana di Indonesia. Itu memang menjadi tantangan tersendiri bagaimana menciptakan upaya yang efektif tentang pembinaan etika ini.
Tetapi sebaliknya, jangan sampai pula, para dokter ini sibuk mengurusi etika sampai tidak bekerja melayani pasien. Makanya kita juga sedang mengembangkan peralatan yang mampu menyampaikan pesan-pesan kode etik ini secara kontinyu kepada para dokter. Ini disampaikan secara kontinyu bukan hanya ketika terjadi masalah saja.

Bagaimana para dokter jantung saat ini menghadapi perkembangan sosial saat ini? Apakah masalah etika ini perlu menyesuaikan perkembangan yang ada? 
Pedoman moral dan etika tidak akan bisa kita ubah. Yang penting adalah pelaksanaannya yang harus dikawal terus. Kita harus terus berusaha membina etik dan etos ini. Jadi terus membina bukan membinasakan ….haha. Tentunya dalam rangka pembinaan itu, tidak hanya ketika ada atau terjadi masalah. Sehingga pada tujuan dapat tercapai.

Bagaimana tanggapan dokter soal perkembangan teknologi kedokteran saat ini? Tentunya ini juga berpengaruh pada etika? 
Saat ini kita juga banyak mengadakan kerja sama dengan para ahli teknologi Informasi tak hanya di bidang teknologi kedokteran. Dulu antara bidang kedokteran dan IT ini memang ada jarak. Oleh sebab itu, dalam HUT PERKI yang ke 60 tahun ini telah membuat berbagai kerja sama dengan para ahli teknologi yang tahu bagaimana membuat peralatan Kesehatan dan sebagainya. 
Jadi sudah terjalin kerja sama dengan mereka.*


Penanda-tanganan Nota Kesepahaman PERKI dengan Kemenkes RI, dan antara PERKI dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Teknologi Biomedis Indonesia (AIPTBI).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar