pita deadline

pita deadline

Senin, 04 Juni 2012

Minuman soda berhubungan dengan peningkatkan risiko PJK

MINUMAN soda ternyata berhubungan erat dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner (PJK) serta membuat perubahan yang signifikan pada terhadap lipid, faktor-faktor inflamasi, dan leptin, seperti yang dilaporkan oleh Dr. Lawrence de Koning (Children’s Hospital Boston, MA) menurut hasil Health Professionals Follow-up Study dalam Circulation, 12 Maret 2012.
Studi kohort prospektif ini menganalisa hubungan antara konsumsi minuman berpemanis gula asli (seperti minuman soda) dan minuman berpemanis buatan (diet soda) dengan insiden Penyakit Jantung Koroner (PJK) fatal dan nonfatal pada 42.883 pria.
Dimulai tahun 1986 dan setiap empat tahun sampai Desember 2008, peserta diminta menjawab kuesioner seputar konsumsi harian baik minuman berpemanis gula asli (seperti: caffeinated cola, caffeinated-free cola, carbonated, dan non-carbonated seperti fruit punch¸ lemonade¸ dan lain-lain) maupun minuman berpemanis buatan (seperti: caffeinated low-calorie, non-carbonated low calorie). Sampel darah diambil saat pertengahan penelitian.
Baik kategori minuman berpemanis gula asli maupun buatan, para partisipan dibagi menjadi empat kuartil menurut jumlah konsumsi minuman berdasarkan waktu tertentu. Kuartil satu: tidak mengonsumsi sama sekali, kuartil dua: 2/bulan, kuartil tiga: 2/minggu, kuartil 4: 4.5/minggu – 7.5/hari.
Didapatkan 3683 kasus PJK selama 22 tahun masa follow-up. Untuk kategori minuman berpemanis gula (soda), mereka yang berada kuartil teratas memiliki risiko relatif PJK 20 % lebih tinggi dibanding kuartil bawah (RR 1.20 dengan p < 0,001) setelah penyesuaian untuk usia, merokok, aktivitas fisik, alkohol, konsumsi multivitamin, riwayat keluarga, kualitas makanan, asupan energi, indeks massa tubuh, perubahan berat badan sebelum masuk penelitian, dan diet. Sementara itu, hubungan antara konsumsi minuman pemanis buatan (seperti diet soda) dengan PJK ternyata tidak bermakna secara statistik (RR multivariat 1.02, p = 0,28).
Penyesuaian terhadap kolesterol tinggi, trigliserida tinggi, hipertensi, dan DM tipe 2 hanya melemahkan sedikit asosiasi ini, yang menunjukkan bahwa soda memang memiliki dampak risiko yang cukup besar terhadap PJK.
Penelitian ini juga menunjukkan soda (tapi tidak diet soda) berhubungan erat dengan peningkatan trigliserida, C-Reactive Protein (CRP), Interleukin-6 (IL-6), dan TNF-receptor 1 dan 2, serta penurunan HDL, lipoprotein (a), dan leptin (p < 0.02).
Untuk setiap penambahan konsumsi satu minuman berpemanis gula asli per hari, risiko PJK meningkat 19 – 25 % (p < 0.02), tetapi temuan serupa tidak didapatkan pada penambahan konsumsi minuman pemanis buatan.
Menurut penelitian ini, inflamasi merupakan faktor kunci dalam patogenesis penyakit kardiovaskular dan penyakit kardiometabolik dan mungkin merepresentasikan jalur tambahan di mana minuman manis memberikan pengaruh untuk risiko penyakit jantung koroner. Asupan minuman soda dapat menstimulasi respon inflamasi melalui hiperglikemia, sehingga mengaktivasi rangkaian transpor elektron untuk memproduksi radikal bebas.
Para peneliti tidak menemukan asosiasi peningkatan risiko PJK dengan minuman berpemanis buatan, walaupun pada studi sebelumnya dikatakan berhubungan   dengan peningkatan berat badan dan  penyakit metabolik. Menurut Dr. Frank B Hu (Harvard School of Public Health, Boston, MA), “Problem diet soda adalah rasa manisnya yang memiliki intensitas sangat tinggi, sehingga sangat bergantung pada selera masing-masing individu. Masih menjadi pertanyaan apakah diet soda dapat menjadi alternatif yang baik untuk soda. Untuk itu, kita butuh data lebih banyak. “
Hu juga menambahkan, minuman terbaik adalah air mineral, atau kopi atau teh. Jus buah bukanlah alternatif yang baik karena kandungan gulanya sangat besar, tapi masih lebih baik daripada sekaleng soda.
Sebagai kesimpulannya, edukasi ke pasien untuk mengurangi atau bahkan menghentikan konsumsi soda sangatlah penting, mengingat gaya hidup ini jauh lebih mudah dimodifikasi daripada edukasi untuk berhenti merokok atau menambah intensitas berolahraga. (de Koning L, Malik VS, Kellogg MD, Rimm EB, Willett WC, Hu FB. Sweetened beverage consumption, incident coronary heart disease, and biomarkers risk in men. Circulation. 2012;125:1735-1741)
Dwita Rian Desandri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar