pita deadline

pita deadline

Senin, 04 Juni 2012

Efek Penghambat PDE 5 pada Hemodinamik Sistemik dan Pulmoner serta Fungsi Ventrikel Pasien dengan Simptomatis Stenosis Aorta Berat

STENOSIS aorta (AS) kalsifikasi merupakan suatu penyakit yang memerlukan tindakan bedah, tidak ada terapi medis yang dapat memperlambat atau membalikkan progresivitas penyakit, gejala ataupun waktu yang tepat untuk penggantian katup.
Walaupun beberapa pendekatan terapi medis telah difokuskan untuk memperlambat progresivitas stenosis katup tersebut, studi prospektif dengan statin nampaknya kurang menjanjikan.
Mempertahankan cardiac output pada pasien AS dalam jangka waktu lama akan meningkatkan tekanan LV yang pada akhirnya akan menyebabkan remodeling ventrikel (dengan karakteristik hipertrofi miosit dan fibrosis miokard) serta terjadinya disfungsi diastolic dan sistolik.
Tekanan yang berlebihan ini mengakibatkan stenosis katup yang sering kali eksaserbasi oleh hipertensi sistemik, yang menyebabkan peningkatan beban LV.
Disfungsi diastolik dari hipertrofi ventrikel menyebabkan peningkatan tekaan pengisian LV, yang diteruskan ke paru mengakibatkan kongesti vena pulmoner dan gejala terkait gagal jantung.
Peningkatan tekanan akibat AS tersebut menyebabkan maladaptasi ventrikel dan remodeling vaskuler yang menghasilkan hipertensi pulmoner, gejala gagal jantung dan hasil keluaran yang buruk.
Mengurangi atau membalikkan efek maladaptasi dan konsekuensinya terhadap hemodinamik tersebut dapat memperbaiki morbiditas dan mortalitas. Model preklinik dari peningkatan tekanan yang diberikan penghambat PDE 5 memperlihatkan hasil yang menjanjikan.
Akan tetapi penggunaan penghambat PDE 5 pada pasien AS masihlah kontroversial karena adanya efek vasodilatasi dan hipotensi.
Untuk itulah dilakukan studi oleh Lindman et al, yang mengevaluasi respon hemodinamik jangka pendek dan keamanan serta tolerabilitas penggunaan sildenafil oral pada pasien AS berat.
Menggunakan 20 pasien simptomatik AS berat (area katup aorta rerata, 0.7 + 0.2 cm2; EF, 60 + 14%) yang diberikan dosis oral tunggal sildenafil (40 atau 80 mg).
Dibandingkan dengan nilai acuan,  setelah 60 menit, sildenafil menurunkan    resistensi vaskuler sistemik (-12%; p < 0.001) dan pulmoner (-29%; p = 0.002), tekanan arteri pulmoner rerata (-25%; p < 0.001) dan tekanan baji paru (-17%; p < 0.001).
Terjadi peningkatan komplians vaskuler sistemik (13%; p < 0.001) dan pulmoner (45%; p < 0.001) serta stroke volume index (8%; p = 0.01).
Sildenafil menyebabkan penurunan tekanan arteri sistemik rerata (-11%; p < 0.001) tetapi ditoleransi baik tanpa adanya episode simptomatis hipotensi.
Studi ini memperlihatkan untuk pertama kalinya penggunaan dosis tunggal penghambat PDE 5 aman diberikan pada pasien AS berat dan dihubungkan dengan perbaikan hemodinamik sistemik maupun pulmoner.
Temuan ini perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk pemberian jangka panjang dengan mengevaluasi peran penghambat PDE 5sebagai terapi medis adjuvan pasien AS. (Circulation 2012; 125: 2353-62)
SL Purwo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar