pita deadline

pita deadline

Rabu, 06 Februari 2013

Kardiologi Kuantum (14): INTERAKSI HATI DAN CIPTA

“Our destinies are sometimes determined by seemingly mystical circumstances”
~Timothy Noakes

TIDAK mudah membahas bab terakhirnya (8: The Heart-Mind Connection) buku Lionel H. Opie yang berjudul Living longer, living better (2012). Opie adalah salah satu saintis dan ilmuwan komunikator terbaik yang pernah dihasilkan oleh Afrika Selatan menurut Prof. Timothy Noakes dari Departemen Biologi Manusia dari University of Cape Town and Sport Sciences Intitute of South Africa.
Secara tradisional ada dua pendapat yang saling bertentangan antara pengaruh cipta (mind) kepada jantung kita. Pertama, adanya jalan kedamaian di dalam hati yang penuh ketenangan, yang melepaskan diri dari keramaian pikir (cipta), seperti yang telah diungkapkan oleh religi-religi tradisional Asia. Sebagai contoh adalah kata-kata pembukaan dari Snow falling on Cedar, bukunya David Guterson menceritakan tentang seorang lelaki Asia yang duduk tegak, tegar, tenang, damai, dan sayang sementara itu tangannya menempel-lembut diatas meja. Ia berusaha menggambarkan seorang lelaki yang telah me-”lepas”-kan dirinya sejauh yang dimungkinkannya. Kedua, sebaliknya orang Barat menunjukkan interaksi hati dan ciptanya terasa penuh dengan kesadaran tetapi sering dilanda stres psikologis yang menuju ke penyakit jantung.
Serangan jantung secara umum dikaitkan dengan tipe kepribadian-A, pertama kali dikemukakan pada tahun 1970-an, dengan karakternya yang menonjol yaitu hidupnya selalu penuh ketegangan, cemas, pemarah, meledak-ledak, mudah tersinggung, kompetisi, depresi, dan selalu tidak puas dalam banyak hal. Kemudian, ketika dilakukan studi secara mendalam telah gagal menemukan hubungan yang jelas antara tipe kepribadian-A dengan serangan jantung, akhirnya penekanan pada jenis kepribadian tersebut menjadi pudar. Sebaliknya, justru menjadi jelas adalah stres psikologis yang akutlah yang memicu serangan jantung, terutama bagi mereka yang telah memiliki faktor risiko mayor lainnya. Hal ini dimengerti karena stres akut semacam itu meletakkan sistem-siaga-tubuh pada posisi “siaga-satu”, siap untuk aksi atau lari, dan disertai adanya ancaman rasa takut yang luar biasa secara psikologis. Aktifasi sistim adrenalin yang meningkat secara cepat memicu kenaikan denyut jantung dan tekanan darah, kebutuhan oksigen otot jantung juga meningkat dengan cepat. Dalam keberadaan penyakit jantung koroner yang telah ada, sangat mudah serangan jantung dicetuskan.
Jika stres memicu serangan jantung dan meningkatkan tekanan darah, sebaliknya pengurangan stres akan melindungi jantung. Diperkenalkan pendekatan 3-M yaitu Mindfullness, Meditation, and Medical aplication terutama untuk hipertensi dan serangan  jantung.
Mindfullness yang kata kuncinya adalah mind (cipta, penalaran, pengertian dan angan-angan) diakui banyak arti, diantaranya adalah konsentrasi. Satu versi modern adalah menempatkan badan jasmani sebagai kancah temporer untuk didominasi oleh pikiran kita. Pendapat lainnya adalah ‘perhatian difokuskan kepada jalan yang tak memilih atau menerima pengalaman apa-saja yang terjadi saat ini’.
Konsep ini tidak mudah, diartikan secara khusus oleh masing-masing para ahlinya. Menurut Rapgay L., dalam Annals New York Academy of Sciences 2009: 1172: 148, menganggap telah terjadi penyimpangan dari akar status angan-angan dari ajaran Buddha yang lama. Walaupun demikian telah merujuk pada tradisi Theravada India yang asli, pada teks Mahasati-pathana Sutta: Konsentrasi angan-angan menyatu di dalam badan. Yang menarik bahwa Buddhisme lahir dari Hinduisme kira-kira 500 tahun sebelum Masehi. Masih terjadi tumpang tindih, terutama dalam hal mengontrol fisik dari mental —mengamati penganut Hindu yang duduk dengan posisi tertentu di luar candi untuk beberapa hari atau minggu.
Fase awal konsentrasi mempertanyakan tagetnya, yaitu mengeluarkan seluruh objek dan pengalaman-pengalaman. Dalam ajaran Buddha klasik adalah menarik dan mengeluarkan nafas dengan kesadaran perifer dari tubuh terasa dalam satu pernafasan. Konsep kekosongan dan pencerahan menjadi subjek penelitian walaupun telah diketahui pernafasan dalam yang berulang menghasilkanhiperventilasi, menghasilkan bergetarnya tangan dan kaki serta rasa pusingnya otak mungkin menambah penjelasan tentang mindfullness. Tujuan pernafasan dalam adalah mendapatkan pengalaman fikiran, sensasi dan gambaran yang masuk dalam fikiran dalam format yang ‘telanjang’ yang bebas dari reaksi emosi. Latihan berulang meningkatkan fikiran, perasaan dan perilaku positif/adaptif serta mengurangi sikap mental yang negatif/ maladaptif.
Pandangan Modern dari Harvard Woman’s Health Watch 2004 menyatakan bahwa mindfullness adalah kemampuan untuk memberikan perhatian pada pengalaman dari saat ke saat sambil melepaskan fikiran-fikiran masa lalu dan perhatian pada masa datang. Harapannya adalah meningkatkan status kebahagiaan hidup, memperluas kemampuan menerima penderi-taan dan mengurangi stres. Pandangan Amerika tersebut sesuai dengan pandangan Buddhisme yang berkaitan dengan pandangan hidup kontemplatif yang dapat ditingkatkan dengan meditasi.

Budhi S Purwo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar