pita deadline

pita deadline

Rabu, 26 Oktober 2011

Pengaruh Usia, Diagnosis, dan Pembedahan Sebelumnya pada Anak dan Dewasa dengan Kelainan Kongenital yang Menjalani Transplantasi Jantung

Survival pada bulan ke 3 paska transplantasi jantung secara bermakna lebih buruk pada pasien dengan penyakit jantung kongenital versus anak-anak dengan kardiomiopati.

Survival jangka panjang pada anak dan dewasa dengan penyakit jantung kongenital jelas semakin bertambah baik seiting dengan kemajuan pembedahan dan terapi medis. Walaupun ada kemajuan ini, sejumlah pasien dengan penyakit jantung kongenital yang kompleks akan sangat memerlukan transplantasi jantung untuk gagal jantung tahap akhir. Kemampuan menangani transplantasi jantung dengan penyakit jantung kongenital kompleks telah menjadi suatu evolusi. Riwayat transplantasi untuk penyakit jantung kongenital pertama kali dilaporkan tahun 1967.
Walaupun penyakit jantung kongenital telah diidentifikasi sebagai faktor irisko untuk satu tahun kehadapan setelah transplantasi.namun penelitian yang mengidentifikasi faktor risiko spesifik akan hasil yang buruk setelah transplantasi untuk penyakit jantung kongenital pada populasi kombinasi dewasa dan anak-anak belum pernah dilakukan.
Lamour dan kawan-kawan melakukan penelitian dengan metoda analisis retrospektif yang menggabungkan data yang berasal dari catatan Pediatric Heart Transplant Study (PHTS) dan The Cardiac Transplant Research Database (CTRD). Populasinya terdiri dari 7.345 pasien berusia < 18 years yang mendapat transplantasi di 35 senter dari Januari 1990 hingga Desember 2002. Populasi PHTS terdiri dari 923 pasien < 18 tahun pada saat terdaftar untuk transplantasi jantung. Penelitian multisenter besar ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil setelah transplantasi jantung pada 488 anak-anak > 6 bulan dan juga orang dewasa dan mengidentifikasi faktor risiko untuk mortalitas fase dini dan konstan.
Sebanyak 366 pasien dengan usia < 6 bulan dikeluarkan dari penelitian ini. Sisanya yang 20%, beberapa diantaranya terdaftar untuk transplantasi jantung dan menjalani terapi paliatif sementara menunggu organ donor. Keunikan kelompok bayi ini dianggap tidak digeneralisir pada keseluruhan kohort pediatrik dan dewasa dengan penyakit jantung kongenital yang menjalani transplantasi.
Hasilnya, ujar Lamour dan kawan-kawan, pasien dengan diagnosis penyakit jantung kongenital yang menjalani transplantasi jantung berhasil diidentifikasi. Variabel donor serta resipien berganda juga diuji dalam mengidentifikasi faktor risiko untuk survival setelah transplantasi. Variabel penerima termasuk diagnosis penyakit jantung kongenital, variabel donor termasuk data EKG dan angiografik, penyebab kematian, dukungan inotropik, dan ketidaksesuaian cytomegalovirus. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Kaplan-Meier survival, model hazard nonparametrik dan parametrik. Survival dibandingkan diantara pasien dengan penyakit jantung kongenital dan juga kardiomiopati usia < 18 dan > 18 tahun. Faktor risiko untuk kematian diantara pasien dengan penyakit jantung kongenital diidentifikasi dengan menggunakan analisis multivariat dalam ranah hazard parametrik.
Lamour dan kawan-kawan lebih jauh melaporkan bahwa median usia pada transplantasi jantung adalah 12,4 tahun. Diagnosis primer termasuk ventrikel tunggal (36%), d-transposition arteri besar (12%), lesi pada saluran keluar ventrikel kanan (10%), l-transposition arteri besar (8%), defek ventrikular/atrial septal (8%), obstruksi saluran keluar ventrikel kiri (8%), dan yang lain (18%). Sebanyak 93% pasien sedikitnya pernah mengalami satu kali operasi sebelum transplantasi jantung. Survival pada bulan ke 3 paska transplantasi jantung secara bermakna lebih buruk pada pasien dengan penyakit jantung kongenital versus anak-anak dengan kardiomiopati, tapi tidak pada orang dewasa dengan kardiomiopati (berturut-turut 86%, 94%, and 91%).
Mereka juga melaporkan bahwa tidak ada perbedaan dalam kondisi survival 3 bulan diantara 3 kelompok. Sementara survival lima tahun mencapai 80%. Fakto risiko untuk kematian pertama pada penerima organ dengan usia yang lebih tua, donor organ yang berusia lebih tua dengan waktu iskemik yang lebih lama, dan pra transplantasi jantung Fontan. Survival yang diramalkan pada pasien Fontan lebih rendah (77% dan 70% pada 1 dan 5 tahun) versus pasien non-Fontan (88% and 81% pada 1 dan 5 tahun). Faktor risiko untuk motalitas fase konstan termasuk usia penerima yang lebih muda, gradient transpulmonal yang lebih tinggi, ketidaksesuaian cytomegalovirus pada transplantasi jantung.
Dalam analisis yang dilakukan oleh Lamour dan kawan-kawan, survival kondisonal pada pasien yang berhasil selamat untuk 3 bulan pertama setelah transplantasi jantung tidak berbeda diantara seluruh kelompok, menunjukkan peningkatan risiko mortalitas yang kelihatannya berhubungan dengan masalah peri-transplantasi.
Beberapa pusat penelitian telah mengidentifikasi tak ada peningkatan risiko dini setelah transplantasi untuk penyakit jantung kongenital dibanding dengan kondisi lain. Namun, sayangnya kekuatan analisis ini dibatasi oleh jumlah sampel yang lebih kecil.
(J Am Coll Cardiol 2009; 54: 160-5)
Mahdi J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar