pita deadline

pita deadline

Selasa, 04 November 2014

Kardiologi Kuantum (30): Dokter Kecil Peduli Jantung

(Mungkinkah Menjadi Program Promotif- Preventif PERKI?)

Masyarakat Indonesia kurang membutuhkan orang-orang dengan pendidikan khusus (spesialis) dibandingkan dengan orang-orang dengan pengetahuan umum tentang kesehatan untuk perbaikan yang cepat dari situasi kesehatan yang buruk di daerah-daerah terbelakang.
~Soemantri Hardjoprakoso, 1956

SALAM KARDIO. Dokter kecil itu eksotis lho, adalah pernyataan penulis pada siang hari di bulan September 2014, di lorong Paviliun Sukaman RS. Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, begitu tersirat ketika ngobrol dengan bapak Presiden PERKI yang baru Dr. dr. Anwar Santoso SpJP, FIHA. Mungkinkah menjadi program promotif-preventif PERKI? Itu adalah pernyataan yang berupa pertanyaan. “Mengapa tidak?” Beliau membuka cakrawala ide tersebut dengan mengajukan pemikiran tentang perlunya PERKI memiliki satu SD unggulan sebagai ujicoba pemikiran tersebut. Jarang PERKI memiliki pemimpin yang lengkap dan mumpuni kemampuannya. Yang menonjol pada beliau adalah pendekatan saintifiknya melalui metodologi penelitian lengkap dengan induksi statistik yang digunakan untuk mengambil keputusan klinik, itulah epidemiologi klinik. Berpikir, melontarkan ide, membahas bahkan menulisnya itu relatif mudah dibandingkan melaksanakan di dalam dunia nyata dan kenyataan.
Dalil (legenda dlm bahasa Belanda) ter­sebut di atas adalah pernyataan ke-5 hipotesis Dr. Soemantri Hardjoprakoso dalam lampir­an (terpisah) disertasi Indonesisch mensbeeld als basis ener psycho-therapie, Rijkuniversiteit di Leiden, Rabu, 20 Juni 1956.  Pernyataan tersebut mensiratkan bahwa untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian suatu penyakit dengan cepat, lebih memerlukan provider kesehatan daripada dokter spesialis. Lebih spesifik lagi dari “legenda” hampir 60 tahun yang lalu tersebut justru pernyataan sebelumnya (Dalil ke-4) yaitu meningkatkan kesadaran tentang kesehatan masyarakat  di daerah terbelakang diperlukan penyuluhan kesehatan di sekolah-sekolah di daerah tersebut.
Sementara itu, Haris Mashudi dari Malang (2012) telah menulis dalam skripsinya tentang dokter kecil yang dikaitkan dengan kesehatan karena menganggap bahwa kesehatan merupakan salah satu hal penting yang paling mendasar dalam kebutuhan manusia, karena sehat merupakan modal utama untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan mempunyai etos kerja yang tinggi sehingga dapat memanfaatkan segala potensi yang dimiliki. Program dokter kecil merupakan upaya pendekatan edukatif dalam rangka mewujudkan perilaku sehat diantaranya perilaku kebersihan perorangan, dimana anak didik dilibatkan dan diaktifkan sebagai pelaksananya. Tujuan dokter kecil dapat diukur dari meningkatnya partisipasi siswa dalam program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) agar siswa dapat menjadi penggerak hidup sehat di sekolah, di rumah dan lingkungannya dan siswa dapat menolong dirinya sendiri, sesama siswa, dan orang lain untuk hidup sehat. Penelitian ini dilakukan di SDN Sukun 1 Malang karena merupakan salah satu SD yang menyelenggarakan program dokter kecil. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: (1) wawancara mendalam; (2) observasi partisipasi; dan (3) dokumentasi. Data yang terkumpul melalui ketiga teknik tersebut diorganisasi, ditafsirkan dan dianalisis untuk menyusun konsep dan abstraksi temuan lapangan. Kredibilitas data dicek dengan menggunakan teknik triangulasi sumber data.
Mencermati studi ini yang berorientasi pada kepentingan dokter kecil dan masyarakat sekolahnya masih menyisakan pertanyaan tentang kemungkinan keberhasilan program pengumpulan data tekanan darah tinggi masyarakat dewasa sekolah tersebut melalui dokter kecil terhadap orangtuanya di rumah. Tentu saja tidak perlu meragukan ketrampilan dokter kecil untuk mengukur tekanan darah masyarakatnya dengan menggunakan manometer elektronik. Di kota-kota besar anak-anak SD kelas 5 sudah mahir berselancar di dunia maya internet. Pengumpulan data tersebut masih harus diolah dipresentasikan dan dipublikasikan dan hasilnya diaplikasikan lagi untuk sebesar-besar manfaatnya pada kesehatan masyarakat sekolah yang merupakan bagian dari masyarakat Indonesia.
Perhimpunan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (PERKI) ikut serta memandang guru, murid, orang tua, dan petugas lainnya di dalam sekolah dasar adalah unit masyarakat khusus yang perlu dipantau kesehatan jantung dan pembuluh darahnya secara menyeluruh, berkesinambungan dan dikaitkan dengan program UKS yang telah ada. UKS juga dapat dipandang sebagai upaya terpadu lintas program dan lintas sektor dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah. Menitikberatkan pada upaya promotif-preventif yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) sebenarnya telah lama (1998) mempromosikan Health Promoting School, yaitu sekolah yang telah menjalankan usaha kesehatan sekolah dengan ciri-ciri melibatkan semua pihak yang terlibat dalam masalah kesehatan.
Adanya peningkatan angka kejadian dan kematian penyakit jantung koroner di masyarakat yang ditandai dengan sakit dada, berdebar, sesak nafas, dan meninggal mendadak, mewajibkan kita memantau faktor risiko yang sudah hadir di sekolah dasar, sebelum penyakit tersebut menjadi kenyataan.  Faktor risiko utama yang mungkin dan perlu dipantau adalah kelebihan berat badan akibat gizi yang tidak seimbang serta aktifitas fisik yang kurang, merokok dan tekanan darah tinggi untuk bapak-ibu guru, serta kedua orang tuanya. Upaya yang paling sederhana adalah mendorong setiap UKS melalui guru dan mengikut sertakan dokter kecil dalam mengumpulkan, memiliki, dan menganalisis data masyarakatnya tentang berat badan, tinggi badan, (indeks masa tubuh), lingkar perut, tekanan darah, serta status merokok di dalam masyarakat istimewa tersebut. Dengan demikian kegiatan dokter kecil dalam ikut serta memantau kesehatan jantung dan pembuluh darah di sekolah dan di rumah untuk kedua orang tuanya adalah pengalaman awal dari upaya promotif dan preventif tingkat dasar.
Dengan tersedianya data yang akurat dapat dikembangkan upaya promotif dan preventif yang khas untuk Sekolah Dasar tersebut serta mengaktifkan sistim rujukan berjenjang terkait dengan sistim kesehatan kota yang ada. Peranan PERKI yang pertama dan utama adalah melakukan advokasi kepada Mendikbud, Menkes, dan Mendagri beserta jajaran di bawahnya untuk mengikut sertakan dokter kecil dalam memantau kesehatan masyarakat sekolah dalam upaya promotif preventif kardiovaskular sejak usia dini. Kegiatan yang perlu dilakukan adalah membuat percontohan UKS di sekolah-sekolah dasar unggulan di masing-masing kota kabupaten dan provinsi.
Penggalian persepsi masyarakat umum tentang peranan dokter kecil pada upaya promotif-preventif kesehatan jantung dan pembuluh darah perlu dilakukan dengan mengikutsertakan wartawan media cetak dan televisi di lingkungan Kemdikbud dan Kemkes. PERKI dan PWI dapat menyelenggarakan lomba berhadiah bagi mereka yang memberikan pemberitaan terbaik secara berkala. Perlu mengaktifkan simpul-simpul kegiatan dengan Badan Litbang Kemkes, Dinas-dinas Kesehatan kota, Pusat-pusat Jantung Terpadu, Yayasan Jantung Indonesia, serta PJN Harapan Kita.
Pada tingkat kabupaten PERKI-Cabang digerakkan untuk memperkuat kegiatan ini dengan melakukan advokasi ke Gubernur, Bupati, Diknas, Dinkes setempat agar menyelenggarakan program percontohan pada SD unggulannya. Setiap dokter jantung agar ikut serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan jantung dan pembuluh darah melalui Dokter Kecil di dalam kegiatan UKS-nya. Penyuluhan kesehatan, membantu menganalisis data UKS, memilihkan program yang mampu laksana, serta mengaktifkan rujukan berjenjang de­ngan sistim kesehatan kota adalah peranan yang diharapkan dari para kardiolog, dokter ahli penyakit jantung dan pembuluh darah. Salam Kuantum.
Budhi S. Purwowiyoto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar