pita deadline

pita deadline

Rabu, 18 September 2013

Efek Dosis Double ASA terhadap Parameter Fungsi Platelet dan Hiperreaktivitas Platelet

(Sub analisis Studi AVOCADO)

“Pemberian dosis double ASA memperbaiki reaktivitas platelet pasien DMT2 dan kondisi reaktivitas platelet yang meningkat”

DMT2 dihubungkan dengan peningkatan 2-4 kali risiko penyakit kardiovaskuler (CVD) diakibatkan peningkatan koagulasi berhubungan dengan fibrinolysis yang terganggu, disfungsi endotel dan reaktivitas platelet yang tinggi (HPR) dengan peningkatan adesi, aktivasi dan agregasi. Berdasarkan panduan klinis perkumpulan diabetes Amerika dan Polandia, pasien DMT2 seharusnya diberikan dosis rendah ASA 75-162mg/hari untuk pencegahan primer pasien risiko tinggi CV dan untuk pencegahan sekunder dari CVD pada semua pasien.
Pada beberapa pasien HPR akan berlanjut walaupun telah diberikan ASA rutin. Prevalens HPR tergantung dari definisi, populasi yang diteliti, dosis obat dan tes yang digunakan untuk mengevaluasi fungsi platelet. Dalam praktek klinis, pasien non compliance merupakan penyebab tersering HPR selama pengobatan dengan ASA, yang diukur menggunakan cyclooxygenase (COX)-1-dependent tests. Hasil dari studi sebelumnya mengenai efek berbagai dosis ASA adalah inkonsisten. Studi-studi tersebut sangatlah jarang dilakukan pada pasien DMT2 dan kebanyakan pasien-pasien tersebut dalam kriteria compliance. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi efek dosis double ASA pada reaktivitas platelet pasien DMT2 klinis stabil yang memperlihatkan HPR selama pengobatan kronis   dengan ASA 75 mg, dengan evaluasi pasien compliance berdasarkan pengukuran tingkat serum thromboxane B2 (sTXB2).
Menggunakan 304 pasien DMT2 yang diberikan pengobatan 75 mg ASA yang dilakukan secara randomisasi dan prospektif dari studi AVOCADO (Aspirin Versus/Or Clopidogrel in Aspirin-resistant Diabetic inflammation Outcomes). Reaktivitas platelet diukur dengan Platelet Function Analyzer (PFA)-100, VerifyNow Aspirin Assay dan serum thromboxane B2 (sTXB2) dan pengukuran tingkat urin 11-dehydrothromboxane B2 (u11dhTXB2). Pasien dengan HPR dinilai dengan CEPI-CT (collagen/epinephrine-induced closure time) berdasarkan pengukuran PFA-100 yang dirandomisasi dengan rasio 2:3 diberikan 150 mg ASA (kelompok 1) atau 75 mg clopidogrel (kelompok 2). Reaktivitas platelet dinilai pada saat nilai dasar dan setelah delapan minggu pengobatan.
Hasil data klinis dan sampel darah yang lengkap terdapat pada 260 dari 304 pasien yang diteliti. Enam pasien dieksklusikan dari analisis berdasarkan suspek ASA non-compliance (tingkat sTXB2 > 7200 pg/ml). dari 254 pasien dimasukkan ke dalam analisis, HPR ditemukan pada 90 (35.4%) pasien, 38 dari pasien tersebut dirandomisasikan ke dalam kelompok 1 dan 52 pasien ke dalam kelompok 2. Dosis double ASA menghasilkan CEPI-CT yang memanjang secara signifikan (Ä 111 detik, p < 0.001) dan reduksi tingkat sTXB2 (Ä -101.3 pg/ml, p = 0.001) tetapi tidak signifikan berdampak pada hasil tes fungsi platelet lainnya.
Reduksi yang signifikan pada tingkat sTXB2 memberikan gambaran peningkatan dosis ASA menghasilkan supresi sintesis thromboxane A2, contohnya inhibisi COX-1. Pada saat yang sama, peningkatan CEPT menggambarkan adanya respon perbaikan terhadap ASA dihubungkan dengan penurunan reaktivitas platelet.
Pada metaanalisis yang dipublikasikan tahun 2008 oleh Reny et al. memperlihatkan reduksi CEPI-CT pasien dengan penyakit arteri koroner dihubungkan dengan  peningkatan lebih dari dua kali lipat risiko rekurensi kejadian iskemik (OR 2.1; 95% CI 1.4-3.4; p < 0.001). Temuan ini mungkin memberikan gambaran pemanjangan nilai CEPI-CT dihubungkan dengan peningkatan dosis ASA mungkin dihubungkan juga   dengan reduksi pada risiko kejadian CV. Walaupun hubungan yang ditemukan pada metaanalisis oleh Simpson et al, dibandingkan dengan efek berbagai dosis ASA pada risiko kejadian CV, metaanalisis ini termasuk 2 studi randomisasi pasien yang diberikan dosis harian moderat ASA (101-325 mg), dengan hanya 2% pasien dengan diabetes pada kedua studi populasi tersebut, dimana secara luas menurunkan kemampuan ekstrapolasi dari hasil temuan tersebut.
(Kardiol Pol 2013; 73(6): 552-7)
SL Purwo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar