pita deadline

pita deadline

Rabu, 15 Agustus 2012

Simptom Tidak dapat Memprediksi Beratnya Penyakit Jantung Koroner: Studi CT Angiografi Koroner

Dari Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-7 Society of Cardiovascular Computed Tomography (SCCT)

Contoh kasus arteri koroner seorang pasien asimtomatik. Tampak stenosis dan plak dengan kalsifikasi, positif remodeling dan atenuasi rendah. reff: J. Am. Coll. Cardiol. 2010; 3:440-444.

SEBUAH studi besar menemukan bahwa  individu asimtomatik yang menjalani computed tomography angiografi koroner (CCTA) memiliki profil faktor risiko yang lebih  buruk dan beban plak yang lebih tinggi  apabila dibandingkan dengan individu yang mempunyai gejala.
Pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Perkumpulan Cardiovascular Computed Tomography 2012 yang diadakan di Baltimore-Maryland 19-22 Juli 2012, Dr Kavitha Chinnaiyan (William Beaumont Hospital, Royal Oak, MI) mempresentasikan hasil dari studi terhadap 21.573 pasien dari registri Advanced Cardiovascular Imaging Concorsium (ACIC) yang ditujukan untuk membandingkan  hasil diagnostik CCTA pada pasien tanpa gejala (asimptomatik) dengan yang mempunyai gejala (simptomatik).
“Dalam penelitian ini, hasilnya sangat memprihatinkan dimana pasien asimtomatik ternyata memiliki penyakit yang lebih berat,” ujar Chinnaiyan. “Ketika pasien berjalan ke saya, dapatkah saya mengatakan bahwa penyakit yang diderita pasien hanya berdasarkan gejala saja? Jawabannya adalah tidak, dan hal ini harus menjadi perhatian. Kami kekurangan algoritma klinis yang baik. (Untuk mendiagnosa penyakit berdasarkan gejala),” katanya kepada heartwire.
Dia memperlihatkan bahwa dari registri CONFIRM menunjukkan CT memiliki nilai yang lebih dibanding skor kalsium untuk memprediksi prognosis pasien, tetapi “studi ini juga menunjukkan bahwa bila digunakan untuk diagnosis, temuan CCTA ini tidak berkorelasi baik dengan stenosis.” Dalam studi saat ini, prediktor terbaik dari penyakit koroner adalah kalsium skor arteri koroner yang lebih besar dari 400. Sehingga nilai diagnostik dari CCTA bila dibandingkan dengan skor kalsium koroner masih belum jelas, kata Chinnaiyan.
“Kita perlu membangun kegunaan CCTA di atas penilaian skor kalsium. Dalam populasi pasien ini, kita benar-benar tidak banyak kelolosan pasien dengan stenosis lebih dari 50% pada pasien dengan skor  kalsium yang tinggi, jadi pertanyaannya sekarang adalah menemukan populasi yang mendapatkan manfaat dari pemeriksaan CCTA bukan skor kalsium,“ ujarnya. “Pendapat umum menyatakan bahwa mungkin pada pasien yang lebih muda dengan faktor risiko yang banyak, yang belum terjadi kalsifikasi pada plak, tapi itu adalah sesuatu yang perlu diteliti dalam studi populasi.”

Pasien asimtomatik terlihat lebih buruk pada CCTA
Saat ini, penggunaan appropriateness use criteria untuk CCTA pada individu  asimtomatik masuk sebagai Inappropriate untuk pasien berisiko rendah atau sedang dan Uncertain pada pasien berisiko tinggi. Namun demikian, banyak pasien asimtomatik di registri ini menjalani CCTA, Chinnaiyan menjelaskan, baik sebagai tes skrining (1275 pasien) atau setelah stress test (1.264 pasien).
Studi ini menemukan bahwa, pada hasil CCTA, dibanding dengan pasien simtomatik, pasien asimtomatik memiliki frekuensi koroner normal yang lebih rendah (38% vs 51,2%) dan frekuensi yang lebih tinggi baik pada stenosis > 50% (21% vs 16,3%) dan stenosis < 50% diameter (51% vs 40,2%) (p < 0,001 untuk semua perbandingan).
Stenosis lebih dari 50% ditemukan di CCTA pada 23% pasien asimtomatik dengan stress test sebelumnya, pada 19% pasien asimtomatik tanpa stress test sebelumnya, dan 16,3% pasien simtomatik.
Prediktor multivariat dari stenosis lebih dari 50% pada CCTA hampir sama untuk kedua grup asimtomatik maupun simtomatik. Pada kedua grup, laki-laki sekitar 2,7 kali lebih tinggi untuk memiliki stenosis lebih dari 50% secara keseluruhan. Faktor risiko lain yang memprediksi stenosis lebih dari 50% pada kedua kelompok adalah diabetes, hipertensi dan dislipidemia.
Penelitian ini juga melihat pada tiga bulan untuk melihat apakah scan CCTA dari pasien ini menyebabkan pemanfaatan sumber daya yang lebih besar. Studi ini  menemukan bahwa pasien yang simtomatik pada awal studi datang kembali ke rumah sakit lebih sering, tetapi pasien yang paling mungkin untuk menjalani angiografi (kateter) atau revaskularisasi adalah mereka yang mempunyai penyakit koroner yang paling berat. Studi ini juga memperkirakan paparan total radiasi pada pasien dan menemukan bahwa pasien yang telah menjalani tes stres nuklir sebelum CT memiliki dosis perkiraan tertinggi —sekitar 30 mSv rata-rata— dan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang hanya menjalani CT.
Dosis tinggi untuk pasien yang menjalani uji stress pertama adalah “sangat diperhatikan,” jadi CCTA suatu hari nanti terbukti menjadi lebih baik untuk menskrining pasien tanpa mengekspos mereka dengan radiasi tinggi, ujar Chinnaiyan.  Namun studi lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi populasi pasien dimana CCTA memberikan akurasi diagnostik yang lebih dari skor kalsium saja. (Reed Miller, Heartwire http://is.gd/nP6ozm)
Arbi Lizarda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar