Departemen Kardiologi dan Kedokteran
VaskularFKUI (dulu BagianKardiologi FKUI) yang berlokasi di Pusat Jantung
Nasional Harapan Kita/Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita,
Jalan S. Parman Kav.87, Slipi-Jakarta ini adalah salah satu unsur Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia yang melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi
bidang Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (Kardiovaskular). Bila ditelusuri
jauh ke belakang, sebelum tanggal 10 Nopember 1976 (yang kini diperingati
sebagai tanggal kelahiran Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI)
mempunyai pengalaman sejarah yang penuh dengan perjuangan dan tantangan dalam
pengembangannya.
Perkembangan Ilmu Kardiologi
Menyimak
perkembangan Ilmu Kedokteran tidak dapat dilepaskan dari kiprah para ilmuwan
yang berkecimpung dalam kedokteran, demikian juga perkembangan ilmu
kardiovaskular yang pada tahun 1957 masih diberi istilah ilmu kardiologi.
Perkembangan suatu ilmu sebagai proses belajar tidak dapat dipungkiri hanya
dapat dikembangkan melalui suatu institusi pendidikan yang bernama Fakultas
Kedokteran sebagai bagian dari suatu pendidikan dari suatu Universitas.
Percabangan Ilmu kedokteran yang pada awalnya merupakan pendidikan akademik dan
profesi menghasilkan lulusan dokter, atau dokter umum. Selanjutnya berkembang
menjadi dokter ahli atau spesialis sebagai perkembangan dari kedokteran
medikal dan surgikal.
Pendidikan
medikal yang tadinya menghasilkan dokter ahli penyakit dalam (internis) dan
dokter ahli bedah. Tidak dapat dipungkiri pengembangan ilmu dan tekno logi
telah turut memacu pekembangan di bidang ilmu penyakit dalam maupun anak,
sehingga memberi imbas pada perkembangan di Tanah Air.
Dokter
Gan Tjong Bing yang baru kembali dari luar negeri memaparkan sebagai berikut
: "Perkembangan Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI tidak
dapat dipisahkan dari Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di Indonesia
yang mulai berkembang pada tahun lima puluhan".
Pada
masa itu tokoh yang merintis ilmu penyakit jantung dan pembuluh darah untuk
orang dewasa adalah dr. Gan Tjong Bing, dr. Soehardo Kertohusodo dan kemudian
dr. Lie Khioeng Foei. Perhatian yang terarah terhadap ilmu ini digalakan dengan
berdirinya Perkumpulan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dan Perkumpulan
Kardiologi Indonesia (PerKI) pada tanggal 16 Nopember 1957. Keduanya disyahkan
sebagai Cabang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada tanggal 28 Nopember 1957 di
Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta. Sebelum itu Sub-Bagian Kardiologi pada
Bagian Penyakit Dalam sudah dimulai pada tahun 1957 dengan Kepala dr. Gan Tjong
Bing. Sebagai Ketua PERKI (yang pertama), dr. Gan Tjong Bing juga menjabat
sebagai Sekretaris PAPDI.
Pada
sambutan berdirinya PERKI antara lain dikemukakan beliau bahwa “lapangan
kardiologi sebegitu luasnya, hingga bagi para Internis Umum tak mungkin lagi dapat
tetap mengikuti dan menguasai kemajuan-kemajuan dalam lapangan ini”. Kegiatan
perkembangan Ilmu Kardiologi secara terpadu bermula di Rumah Sakit Dokter Cipto
Mangunkusumo (RSCM) dengan kegiatan Poliklinik jantung di kamar 17, dimana
berbagai unsure dari berbagai Bagian mengadakan pelayanan dan diskusi-diskusi
teratur. Selain nama-nama yang disebut terdahulu antara lain juga dr. Sukaman
S. dan dr. Endot M Achya turut dalam perintisan ilmu kardiovaskular ini.
Kateterisasi jantung pertama kali dilakukan pada akhir tahun 1950-an di Rumah
Sakit Yang Seng Ie (sekarang RS.Husada) oleh dokter-dokter dari RSCM, yaitu :
dr. Kwee Tien Boh, dr. I.S.F Ranti dan dr. Gan Tjong Bing. Sedangkan dr.
Sukaman adalah Staf yang pertama kali mendapat pendidikan di luar Negeri
dibidang kardiovaskular di Amerika Serikat dengan Prof Paul D White yang juga
sebagai pioneer kardiologi di Amerika Serikat(1960). Pemeriksaan invasive ini
mulai dilaksanakan pula di Rumah sakit gatot Subroto dengan Tim yang sama.
Pada
awal tahun 1960-an bedah jantung tertutup pertama untuk stenosis mitralis
dilakukan oleh dr. Pouw dkk. Selanjutnya setelah itu pembedahan untuk PDA lebih
sering dilakukan. Sub-bagian Kardiologi pada awal 60-an telah menjadi salah
satu sub-bagian yang berkembang pesat di lingkungan Bagian Penyakit Dalam
dengan kegiatan Poli Jantung di kamar 17. Kateterisasi jantung kanan di RSCM
dimulai tahun 1960 oleh dr. Gan Tjong Bing, dr. I. S. F. Ranti, dr. Asikin
Hanafiah dan dr. Kwee Tien Boh di Kamar Rontgen Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Di
Bagian Penyakit Dalam pemeriksaan ini dimulai oleh dr. Tagor G.M.Siregar dan
dr.Makes setelah kateterisasi dipindah ke bagian Radiologi RSCM pada tahun
1964.
Timbulah
gagasan terbentuknya suatu LEMBAGA KARDIOLOGI NASIONAL (disingkat LAKARNAS)
pada tanggal 17 Agustus 1965 dengan Konsep Surat Keputusan 3 Menteri yaitu Menteri
Kesehatan, Menteri Riset Nasional dan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu
Pengetahuan. Ide pendiriannya berasal dari dr. Djaka Sutadiwiria yang maksud
dan tujuannya adalah “menghimpun dan mengarahkan segala tenaga dan alat-alat
untuk memberantas penyakit jantung dan pembuluh darah dalam arti yang
seluas-luasnya”
Anggota
Dewan Pengurus yang pertama adalah Kolonel CDM. dr. Djaka Sutadiwirya
(Ketua, selaku wakil Departemen Kesehatan), dr. Soehardi Hardjolukito (Wakil
Ketua selaku Departemen Urusan Research) dan Prof. dr. Djamaludin (Sekre-taris/Bendahara,
selaku Wakil Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan). Sedangkan para
Anggota : Ny. Sumarno (Selaku Ketua yayasan Kardiologi Indonesia), dr. Irawan
S.Santoso (Selaku Direktur lembaga), Prof. dr. Syahrial Rasad, Prof.dr. M
Soekarjo dan Prof.dr D.Biran. Lembaga ini Berkedudukan di Ibukota Republik
Indonesia dan secara fisik di Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusumo. Namun
walaupun Lakarnas sudah bekerja Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri
tersebut tidak sempat diresmikan sehubungan dengan meletusnya G.30.S./PKI pada
tahun 1965. Pada tahun 1966 dengan persetujuan Kepala Bagian Bedah, Kepala
bagian Ilmu Penyakit dalam, dan kepala bagian Ilmu Kesehatan Anak pewujudan
pendirian Lembaga Kardiologi Nasional ini diteruskan oleh Direktur Rumah Sakit
Dr. Cipto Mangunkusumo (Kolonel CDM. dr. Djaka Sutadiwiria). Pada waktu itu
semua tenaga yang berkecimpung dibidang Ilmu Kardiologi ditugaskan oleh
Direktur untuk bekerja di Lakarnas, dan semua kegiatan Kardiologi baik itu pelayanan,
penelitian, kuliah, demonstrasi serta ujian mahasiswa dilaksanakan oleh
dokter-dokter Lakarnas. Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Penyakit
Dalam, Bagian Bedah yang menginginkan pendidikan asistennya didalam Bidang
kardiologi mengirim asistennya untuk mengadakan stase beberapa bulan di
Lakarnas. Pada tanggal 12 Agustus 1967, dengan Surat Keputusan nomor
1202/Peg., Direktur RSCM menetapkan dr. Sukaman, dr. Lutfi Usman dan dr. Tagor
G.M.Siregar diserahkan/diperbantukan penuh di Lakarnas, walaupun saat itu
secara administrative masih di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSCM. Dengan adanya
Lakarnas pada tahun 1967, pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh
darah langsung dari dokter umum di FKUI/RSCM dimulai. Pendidikan Kardiologi
pada saat itu mencakup 6 bulan masing-masing di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
dan Bagian Ilmu Penyakit Dalam, sedangkan untuk stase modul penyakit jantung
untuk asisten kesehatan anak dan penyakit dalam, juga dilakukan di Lakarnas,
demikian pula pendidikan kardiologi untuk mahasiswa kedokteran FKUI.
(BERSAMBUNG)
(Untuk baca artikel sambungannya, klik disini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar