Protokol Jejaring Rujukan iSTEMI Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu.
Berdasarkan kutipan laporan WHO 2011, mortalitas penyakit kardiovaskular terutama Infark Miokard Akut masih merupakan salah satu penyebab kematian utama di Indonesia. Pasien yang mengalami serangan Infark Miokard Akut (AMI) dengan gambaran EKG elevasi segmen ST mempunyai mortalitas yang tinggi pada fase–fase awal dan prognosisnya hanya dapat diperbaiki dengan reperfusi yang cepat dan tepat. Chain of survival dari STEMI melibatkan strategi yang terintegrasi dimulai dari edukasi pasien dan kontak dini dengan tenaga kesehatan atau jejaring, koordinasi protokol ke fasilitas yang dapat melakukan reperfusi, baik dengan fibrinolisis maupun intervensi koroner perkutan primer, layanan emergensi yang efisien untuk mempersingkat waktu “door to reperfusion” dan implementasi strategi reperfusi dari tim yang terlatih.
Pada tahun 2008, dimulai registri Jakarta Acute Coronary Syndrome (JAC) dan hasil data tersebut di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita memperlihatkan 59% STEMI dan sebagian besar yang datang terlambat berasal dari rujukan rumah sakit lain. Pada tahun 2011, dibentuk sistem rujukan yang diberi nama Jakarta Cardiovascular Care Unit Network System, termasuk call center “Heart Line”. Dibandingkan dengan sebelum dibentuk jejaring, hanya jumlah rujukan pasien STEMI antar-rumah sakit meningkat secara bermakna, namun jumlah pasien STEMI yang datang terlambat (late presenter) tidak berbeda jauh (53,1% vs 51,2%). Sehingga sebagian besar pasien STEMI yang tiba di rumah sakit Harapan Kita tidak mendapat terapi reperfusi, dengan dampaknya mortalitas di rumah sakit pada pasien STEMI yang tidak di reperfusi dua kali lipat lebih tinggi.
Data diatas menimbulkan hipotesa angka reperfusi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kemampuan reperfusi fasilitas kesehatan perujuk. Dalam upaya untuk membuktikan konsep ini maka Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu dipilih sebagai pilot program. Adapun Program ini diberi nama iSTEMI (Indonesia STEMI) dan merupakan kerjasama antara Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Pokja PERKI terkait, Departemen Kardiologi FKUI, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Suku Dinas Kesehatan Kota Administratif Jakarta Barat, Suku Dinas Kesehatan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, RSUD Cengkareng dan Medtronic Indonesia. Program ini dikembangkan dengan menitik beratkan pada suatu protokol operasional praktis, pelatihan, dan penyediaan sarana untuk digunakan oleh dokter dan perawat untuk melakukan terapi reperfusi sesuai dengan pedoman untuk mempersingkat keterlambatan reperfusi dalam penanganan pasien STEMI.
Jejaring iSTEMI dirancang dalam skala regional/wilayah Jakarta Barat dengan menggunakan model hub (rumah sakit penerima rujukan) dan spokes (pusat layanan kesehatan pengirim rujukan). Sistem ini akan mengatur aktivitas dari semua jaringan pelayanan kesehatan di Jakarta Barat Kepulauan seribu termasuk RS swasta, sehingga akan menyediakan pelayanan kardiovaskular yang lebih baik untuk masyarakat. Hasil data yang secara berkala bertujuan untuk memberikan solusi secara berkala, membangun rencana kerja dan memperbaiki sistem pelayanan tidak hanya untuk di Jakarta Barat, namun untuk Jakarta atau bahkan wilayah seluruh Indonesia.
Pada tahun 2008, dimulai registri Jakarta Acute Coronary Syndrome (JAC) dan hasil data tersebut di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita memperlihatkan 59% STEMI dan sebagian besar yang datang terlambat berasal dari rujukan rumah sakit lain. Pada tahun 2011, dibentuk sistem rujukan yang diberi nama Jakarta Cardiovascular Care Unit Network System, termasuk call center “Heart Line”. Dibandingkan dengan sebelum dibentuk jejaring, hanya jumlah rujukan pasien STEMI antar-rumah sakit meningkat secara bermakna, namun jumlah pasien STEMI yang datang terlambat (late presenter) tidak berbeda jauh (53,1% vs 51,2%). Sehingga sebagian besar pasien STEMI yang tiba di rumah sakit Harapan Kita tidak mendapat terapi reperfusi, dengan dampaknya mortalitas di rumah sakit pada pasien STEMI yang tidak di reperfusi dua kali lipat lebih tinggi.
Data diatas menimbulkan hipotesa angka reperfusi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kemampuan reperfusi fasilitas kesehatan perujuk. Dalam upaya untuk membuktikan konsep ini maka Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu dipilih sebagai pilot program. Adapun Program ini diberi nama iSTEMI (Indonesia STEMI) dan merupakan kerjasama antara Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Pokja PERKI terkait, Departemen Kardiologi FKUI, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Suku Dinas Kesehatan Kota Administratif Jakarta Barat, Suku Dinas Kesehatan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, RSUD Cengkareng dan Medtronic Indonesia. Program ini dikembangkan dengan menitik beratkan pada suatu protokol operasional praktis, pelatihan, dan penyediaan sarana untuk digunakan oleh dokter dan perawat untuk melakukan terapi reperfusi sesuai dengan pedoman untuk mempersingkat keterlambatan reperfusi dalam penanganan pasien STEMI.
Jejaring iSTEMI dirancang dalam skala regional/wilayah Jakarta Barat dengan menggunakan model hub (rumah sakit penerima rujukan) dan spokes (pusat layanan kesehatan pengirim rujukan). Sistem ini akan mengatur aktivitas dari semua jaringan pelayanan kesehatan di Jakarta Barat Kepulauan seribu termasuk RS swasta, sehingga akan menyediakan pelayanan kardiovaskular yang lebih baik untuk masyarakat. Hasil data yang secara berkala bertujuan untuk memberikan solusi secara berkala, membangun rencana kerja dan memperbaiki sistem pelayanan tidak hanya untuk di Jakarta Barat, namun untuk Jakarta atau bahkan wilayah seluruh Indonesia.
Dafsah A. Juzar
Ketua Program iSTEMI Jakarta Barat
& Kepulauan Seribu
Ketua Program iSTEMI Jakarta Barat
& Kepulauan Seribu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar