Di markas yang baru, sekretariat
Perki lebih satu hati. Tempat menghidupkan segala aktivitas Perki.
GEDUNGnya
mirip ruko berlantai empat. Model bangunannya tampak berbeda dari bangunan lain
yang umumnya adalah perumahan di Jalan Katalia Raya nomor 5, Kota Bambu,
Jakarta Barat. Itulah markas Pimpinan Pusat (PP) Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (Perki) yang diresmikan pada 30 November 2016 dengan
nama “Heart House”.
Di sanalah, setidaknya ada 20 personil sekretariat
yang “one heart” alias “satu hati” menghidupkan aktivitas Perki
seharihari. Mereka mengurus segala hal dari menjalankan kesekretariatan Perki,
Jurnal Kardiologi, Koperasi Konsumen Jantung Indonesia (KKJI), Kolegium Perki,
Pokja PIKI, Pokja InaHRS hingga beragam persiapan pertemuan penting seperti
Asmiha dan Kongres.
“Jam kerja kami di sekretariat mulai pukul delapan
sampai empat sore. Tapi kenyataannya pasti pulang lebih dari jam empat,” tutur
Rina Dwiningsih Kepala Kesekretariatan PP. PERKI. “Lebih-lebih lagi kalau ada
acara penting, seperti Asmiha, pulang bisa tengah malam lebih. Itu sudah biasa…
kami jalani saja,” kata Mbak Rina, demikan panggilan akrabnya.
Menempati gedung baru, biasanya memang harus
melalui masa penyesuaian. “Kantor baru memang jauh lebih enak dari yang lama,”
kata Rina. Namun karena lokasinya yang di luar RS Harapan Kita, ada juga dampak
yang timbul. “Dokter-dokter yang dulunya sering mampir sekedar nengok sekarang
agak jarang mampir. Mungkin jaraknya yang tanggung, kalau jalan kaki lumayan berkeringat,
kalau bawa kendaraan memang terlalu dekat,” tutur Rina tersenyum.
Rasa kangen dikunjungi juga melanda Fairly
Yulia dan Nurning Hakki dari staf sekretariat Kolegium Perki. “Sekarang
pengurus Kolegium agak jarang datang nengokin kita, mungkin karena jauh.
Tapi setiap ada pertemuan pasti datang,” kata Mbak Uli panggilan akrab Fairly.
“Enak di kantor dulu, karena rame, sering ditengokin
dokter-dokter. Di sini jadi sepi,” seloroh Nurning.
Walau begitu, sejumlah personil penting Perki
tetap berkunjung. “Mereka rutin sengaja datang ke sini. Jadi kami tidak merasa ditinggalin
sama para pengurus,” kata Rina.
Dampak lainnya yang berpengaruh, apalagi
kalau bukan menu jajanan. “Enggak ada makanan di sini, gak ada
warung, gak ada tukang jualan yang deket-deket,” kata Rigie alias
Aristide Legiman dari bagian Umum. Hal yang sama dirasakan Muti atau Mutmainah,
Sekretaris KKJI. “Di sini susah nyari jajanan. Kalau di lokasi lama
begitu ke luar kantor langsung ketemu warung makan,” kata Mutmainah (Muti),
Sekretaris KKJI.
Tetapi bagi bagian keamanan, suasana sepi ini
memang menguntungkan. “Lebih enak di sini, suasananya tenang, tamu yang datang hanya
orang-orang yang berkepentingan saja. Tidak ada orang luar yang datang seenaknya,”
kata Suroso dengan sumringah.
Toh, dari beragam kelebihan dan kekurangan
itu, mereka sepakat suasana Heart House memang membuat lebih kompak. “Kita jadi
lebih sering pesan makanan ke Pak Herman (Suherman alias “Pak He”). Karena menunya
sama jadi kita merasa seperti keluarga saja,” kata Rina. “Sesekali ada juga yang
bawa makanan, kita bagi rame-rame. Kalau ada rezeki, kita beli makanan
dan dimakan rame-rame, biar terjalin kebersamaan dan menciptakan suasana
kerja yang enak. Agar kita bisa bekerja ‘satu rasa satu warna’ gitu
lah,” kata Rina lagi.
Tak hanya itu, di luar kesibukan
sekretariat, kebersamaan selalu diciptakan para pengurus sekretariat Perki.
Mulai dari darmawisata, makan dan jalan-jalan bersama. “Pokoknya kita usahakan
untuk segalanya lebih maju, kebersamaan, kekeluargaan dan kesuksesan bersama,”
kata Rina lagi. Semangat!
[Tim
InaHeartnews]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar