Meme
dan Promosi Kardiovaskular
(Komunikasi-Informasi- Edukasi)
Memes
[‘mi:ms] generally replicate through exposure to humans, who have evolved as efficient
copiers of information and behavior. Because humans do not always copy memes perfectly,
and because they may refine, combine or otherwise modify them with other memes
to create new memes, they can change over time.
(Richard
Dawkins’#39; book: The Selfish Gene, 1976)
Salam
kardio.
Denisa, adalah koasisten tingkat 5 salah satu fakultas kedokteran negeri di
Indonesia menghubungi dosennya lewat Whatsapp untuk bertemu karena ia
bersama temannya Yonathan meminta bimbingan dari dosennya tersebut. Konon,
Yonathan sudah ketemu dengan dosen tersebut untuk bimbingan bagi organisasinya
(Staying Alive) yang bertujuan untuk menurunkan angka henti jantung di
masyarakat. Status WA nya tampak gambar fotonya yang lucu, mungil, dengan
setengah senyuman yang polos, jelas sudah suatu Duchenne smile.
Selebihnya,
tidak kelihatan karena memakai hijab pink, tetapi teman selfie di belakangnya
tampak seolah-olah lebih besar full
senyum dengan topi pet merahnya. Menarik memang suatu selfie Duchenne
‘original’ smile bersanding dengan ordinary smile, suatu kajian
psikologi dalam ranah senyuman perempuan di dalam fotografi. Sebenarnya,
istilah itu diambil dari Duchenne de Boulogne, pioner research dalam
electrophysiologi.
Walaupun
belum pernah ketemu, atau mungkin sudah pernah ketemu tetapi lupa... dosen ini
mengirimkan sebuah meme [‘mi:m] kepadanya sebagai pembuka komunikasi
saja. Hebatnya WA generasi sekarang sudah bisa menerima gambar, tulisan, email
dan informasi dalam beragam format file. Dosen ini sebenarnya hanya ingin
memancing perhatian mahasiswanya sekaligus reaksinya ketika menerima meme
tersebut.
Tentu
saja, kalau boleh menduga bahwa dosen tersebut sebenarnya ingin membuat suatu
jenis penelitan eksperimental tentang informasi dan perilaku komunikannya. Karena
belum ada proposal penelitiannya yang berisi metodologi riset, induksi statistik,
pertanyaan penelitian, maupun hipotesisnya, maka anggap saja ini hanyalah suatu
casereport yang menarik tentang meme dan prevensi
kardiovaskular.
Rupanya,
pak dosen tua ini sedang mengerjakan suatu proyek meme nonprofit untuk
penyuluhan kardiovaskular yang unik. Betapa rumitnya menggabungkan 7 leaflet
prevensi, prosedur dan peralatan kardiovaskular untuk dirangkum menjadi 2
leaflet saja bagi pasien dan dokter. Kalau 6 leaflet masing-masing berisi 4 x ¼
kertas A4 kotak informasi, dan 1 leaflet hanya 2 x ½ A4, maka proyeknya adalah
menggabungkan 28 kotak informasi direduksi menjadi 8 kotak yang terdiri dari 2
leaflet untuk pasien dan dokter, masing-masing 4 kotak informasi; kotak-kotak
informasi inilah yang diceritakan pada kolom ini sebagai proyek meme.
Sebagai
perbandingan, meme di dunia maya saat tulisan ini dibuat, salah satunya
adalah gambar presiden USA Trump yang tingginya 185 cm, lebih tiggi dan jauh
lebih besar dari Barack Obama apalagi Presiden Rusia, Putin. Trump digambar
sebagai anak kecil yang rewel, berteriak di pangkuan gambar Putin yang sedang
tersenyum.
Tekniknya
sederhana saja yaitu, informasi utamanya diletakkan di tengah kotak, setiap ruang
yang kosong sampai garis batas pinggir di masukkan sebanyak-banyaknya
informasi. Dibedakan dari kolom-kolom kecil informasi dengan format tertentu,
warna-warna tulisan yang membedakannya, jenis dan tebal tipisnya garis, serta
warna-warni latar belakangnya. Leaflet yang untuk pasien inilah yang dikirimkan
kepada mahasiswa. Berisi tentang ajakan Olahraga Jalankaki di Rumah @1x30
menit atau 2x15 menit terutama bagi pasien pasca serangan jantung atau gagal
jantung.
Olahraganya
harus bertahap, maksimal denyut nadinya 120/menit (orang sehat boleh 150/menit).
Ukuran lainnya adalah berolahraganya jangan sampai ngos-ngosan, tetapi ngos
atau ngosngos boleh saja. Sedikit demi sedikit ditingkatkan, untuk
ini perlu niat, semangat dan selalu mendekat kepadaNya dengan doa, zikir,
mantra dan/atau meditasi.
Dari
2 leaflet dengan 8 kotak full informasi tersebut terpilih oleh redaksi 1 kotak
yang bergambar ECGdm adalah suatu elektrokardiogram yang lebih sederhana pemeriksaannya
karena hanya 4 sadapan di anggota badan, tanpa perlu membuka baju untuk memeriksa
6sadapan di dadanya. Informasinya merupakan komplemen terhadap ECG klasik.
Pada leaflet tersebut justru mengungkapkan jati diri meme.
Dapat
dikatakan meme seperti gene dalam biologi, secara kebudayaan
adalah sebuah ide, perilaku, atau gaya hidup yang dapat berkembang, berpindah dari
orang ke orang dalam suatu masyarakat menurut teori Richard Dawkins 1976, dalam
bukunya, The Selfish Gene. Anggaplah meme sebagai struktur yang hidup,
bukan hanya suatu metaphor, kata N.K. Humprey. Ide semacam ini mendapat tentangan
seperti ketika Darwin mendiskusikan teorinya tentang asal mula spesies.
Perjuangan
mempertahankan keberadaan suatu teori tentang meme sebagai suatu spesies,
dan haknya untuk hidup sama kuatnya dengan semangat menentang kehadirannya dari
lawan pemikirannya. Pada umumnya meme memperbanyak dan menyebar setelah mengalami
perubahan demi perubahan seperti gene di dalam tubuh mahluk hidup.
Ada
info tambahan disini yaitu tentang makrokosmos di depan pancaindra manusia, rupanya
terdiri dari manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dewa dan mineral salah satunya
adalah kerak bumi. Dewa di sini dipersepsikan sebagai makhluk halus sifatnya di
antara manusia dan binatang. Pancaindra pun unik sama-sama terdiri dari 5 komponen,
yaitu penglihatan, pendengaran dan pembau, ketiganya ini yang klasik. Yang ke-4
adalah perasa(an), jadi bukan perasa maupun peraba (taktil) tetapi suatu
‘peralatan’ untuk merabarasakan perasaan orang lain (empati) terutama ketika
sedang berkomunikasi tatap muka. Yang ke-5 adalah pengucap (bahasa), bukan
pengecap makanan atau minuman tetapi adalah suatu indra komunikasi. Itulah Candra
Jiwa Indonesia yang selalu diselipkan dalam kardiologi kuantum sebagai
salah satu dari ketiga pilarnya selain ilmu kardiovaskular dan fisika kuantum
itu sendiri. Informasi lainnya adalah Panca Usaha S.E.H.A.T. Yayasan Jantung
Indonesia: Seimbang Gizi, Enyahkan Rokok, Hadapi Stres, Awasi
Tekanan Darah dan Teratur Berolahraga.
Kolega
pak dosen adalah seorang peneliti yang hobinya menulis buku, sebut saja orangnya
Dr. Surya Dharma, PhD malah menekankan agar hanya 1 leafleat saja untuk seluruh
informasi kesehatan yang dimilikinya. Kardiolog yang satu ini unik juga karena
menganjurkan pak dosen agar menonton lebih dulu Rogue One, suatu film yang
settingnya sebelum serial StarWars. Sampai beliau mengajari seniornya
cara mengunduh bioskop mana saja ketika The Cinema 21 sudah tidak memutarnya
lagi, akhirnya ketemu juga gedung bioskop yang masih memutarnya: Blitz
Megaplex, Mega Kuningan, terima kasih Pak Dokter Surya.
Dalam
film tersebut, Chirrut Imwe (Donni Yen) gurunya para jedi yang buta itu terpaksa
menghadapi para startroopers yang persenjataan lasernya lengkap, walaupun dapat
bertahan, akhirnya jatuh juga. Jargon yang terkenal dalam film ini selain “May
the Force be with us,” adalah: Chirrut’s mantra—“I’m one with the Force.
The Force is with me”; “Look for the Force and you always find me”;
“I don’t need luck, I have You,” “Chirrut, may you live for ever in
the Force, and in our hearts.” Jejak-jejak karya George Lucas untuk
filmfilm StarWarsnya semakin kental. Sepertinya, ia mau bercerita
lebih dalam lagi tentang The Force, Sang Penuntun dan Guru Sejatinya
mikro dan makrokosmos, The Self dan galaksi/alam semesta. Bahkan
metaforanya The Force adalah sang pencipta alam semesta itu sendiri atas
nama The Source, sumber hidup, asal mula hidup dan tujuan hidup semua
makhluk.
Chirrut
Imwe boleh saja sudah meninggal, namun ia masih “hidup” di dalam hati siapa
saja, semacam konsep kesadaran kolektif; Pamudaran, Panunggal di dalam Candra
Jiwa Indonesia, dan yang juga telah diindikasikan oleh Carl Gustav Jung 60an
tahun yang lalu sebagai Individuation, akhir dari evolusi kesadaran hidup manusia
yang terbatas itu kembali kepadaNya. Ternyata, George Lucas masih dapat meneruskan
karyanya melalui perusahaan The Lucas Film, walaupun seluruh film StarWars
dan asesorinya sudah dijual kepada pihak lain.
Tanggal
25 Februari 2017 hari Sabtu pagi jam 8.00 adalah hari yang disepakati untuk
bertemu, mereka datang 5 menit sebelumnya; pak dosen akan mencurikan waktunya
sebentar sebelum melaksanakan suatu tugas menguji (National Board Examination)
bagi para kardio(angio)log [baca: kardiolog] dari Kolegium pendidikan dokter
ahli jantung dan pembuluh darah. Mereka datang berempat termasuk Jonathan,
ternyata si Duchenne smile adalah Lady Aurora, gadis Minangkabau, kali ini
ia dengan jilbabnya yang berwarna hitam... bukan Denisa si pemilik HP, yang selalu
berkomunikasi dengan pak dosen. Telah terjadi gagalpersepsi awal di dalam suatu
casereport komunikasi kardiovaskular (gotcha.. [I have] got you!).
Salam
kuantum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar