Pencitraan perfusi
Studi terpenting yang paling memberikan dampak pada pencitraan kardiak bukanlah tentang pencitraan, FAME II. Walau yang digunakan dalam FAME II untuk mendemonstrasikan iskemia miokard adalah invasive pressure wire, namun intinya adalah pentingnya pertimbangan revaskularisasi berdasarkan keberadaan iskemia bukan penampilan angiografi, meningkatkan permintaan modalitas non-invasif untuk mendeteksi iskemia sebelum mempertimbangkan tindakan revaskularisasi.
MRI Kardiovaskular
Dua studi besar sejauh ini yang membandingkan MRI kardiovaskular (MRK) dan single-photon emission computed tomography (SPECT) dengan standar baku angiografi coroner invasive telah dipublikasikan tahun 2012. Pertama, CE-MARC, merekrut 752 pasien dengan diduga angina pectoris ke sentra tunggal di Inggris. Protokol MRK yang digunakan multiparametrik yaitu perfusi stress adenosine, lategadoliniumenhancement dan angiogram koroner. SPECT memggunakan carsiac gating dan protokol 2 hari stress/rest dengan 99mTc tetrofosmin. Studi kedua, MR-IMPACT II, studi multisentra 533 pasien dari 33 sentra di Eropa dan Amerika Serikat, menggunakan protocol MRK yang sama kecuali angiogram coroner. Protokol SPECT lebih bervariasi, tergantung pelayanan rutin di masing-masing sentra yang terlibat. Dalam kedua studi tersebut MRK terbukti memiliki sensitifitas yang lebih tinggi, namun dalam spesifisitas, SPECT lebih unggul. Sehingga MRK dapat menjadi alternatif yang aman dari SPECT menghindari paparan radiasi. Jogiya et al mempublikasikan teknik perfusi 3-dimensi pada MRI 3 Tesla, limapuluh tiga pasien dirujuk untuk angiografi invasif direkrut untuk membandingkan hasilnya dengan fractional flow reserve dengan pressure wire. MRK menghasilkan sensitifitas, spesifisitas dan akurasi diagnostik sebesar 91, 90, dan 91% berturut-turut berdasarkan pasien, dan 79, 92, dan 88% berdasarkan teritori koroner.
CT kardiak
Resolusi spasial dan temporal yang tinggi Multislice CT telah menjadikannya alat yang cepat dan akurat untuk evaluasi arteri koroner. Baru-baru ini CT telah dikembangkan untuk menilai perfusi. Studi awal CORE-320 dipresentasikan dipertemuan ESC tahun 2012 oleh dr Lima membandingkan CT perfusi dan CT angiogram (CTA) dengan angiografi invasif dan SPECT pada 381 pasien, dengan hasil CT perfusi meningkatkan akurasi diagnostik CTA secara bermakna untuk mendeteksi flow limiting coronary disease (AUC: 0.87 vs 0.81, p < 0.001) dengan keunggulan radiasi yang lebih rendah dibanding angiogram invasif dan SPECT.
Alternatif lain adalah FFR dengan CT (FFRCT). Metode ini mengkalkulasi dinamika cairan kontras saat melintasi lesi koroner dalam pemeriksaan CTA koroner standar. Dalam studi DeFACTO, peneliti mebandingkan FFRCT dengan FFR invasif pada 252 pasien. Penggunaan FFRCT dan CTA memperbaiki akurasi diagnostik dan membedakan stenosis yang bermakna secara fungsional dibanding CTA saja (AUC: 0.81 vs 0.68, berturut-turut, p < 0.001). Walaupun keluaran primer studi ini tidak tercapai, namun temuan ini telah mendemonstrasikan potensi menilai perfusi miokard dengan CT.
Bukti yang mendasari penggunaan CT kardiak di unit gawat darurat telah mencapai langkah maju dengan publikasi dua studi besar, ACRIN-PA dan ROMICAT II. Secara kolektif kedua studi ini merekrut 2370 pasien low-intermediate risk datang dengan sindrom koroner akut (SKA) ke unit gawat darurat di Amerika Serikat dan membandingkan pelayanan standar dengan protokol CT dini. Hasilnya menunjukkan pengurangan bermakna lama perawatan dan peningkatan laju pemulangan dari UGD tanpa keluaran klinis yang tidak diharapkan.
Kardiologi Nuklir
Perubahan utama dalam dunia kardiologi nuklir adalah perkenalan generasi baru kamera gamma dengan teknologi detektor cadmium zinc telluride (CZT) dengan peningkatan sensitifitas dan resolusi spasial dibanding sistem yang ada selama ini. Kemampuan detektor baru ini yaitu perbaikan kualitas gambar, pengambilan gambar lebih cepat dan dosis radiasi yang lebih rendah, telah menjadi sasaran penelitian. Dua studi dari Duval et al, dan Gimelli et al, menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas yang sama pada pengurangan dosis radiasi hingga 50% dibandingkan dengan protokol standar.
Area lainnya perkembangan kardiologi nuklir adalah potensi pencitraan hibrid dengan CT yang langsung memberikan informasi anatomik sekaligus fungsional. Fiechter et al, meneliti efikasi kombinasi kamera gamma CZT dengan 64-slice CT scanner. Enampuluh dua pasien dibagi menjadi dua grup sesuai defek yang cocok antara stenosis dengan defek perfusi, atau tidak cocok. Sembilanpuluh satu persen dalam grup yang cocok (21 pasien) menjalani revaskularisasi dibanding 8 persen pada grup yang tidak cocok. Walau diakui peneliti terdapat bias seleksi, temuan ini merupakan langkah penting untuk studi randomisasi pencitraan hibrid.
Kesimpulan
Tahun 2012 menjadi tahun kemunculan publikasi penting yang menguatkan peran pencitraan fungsional baru dan yang telah mapan dalam penyakit jantung iskemik. CE-MARC dan MR-IMPACT II mendukung peran MRI kardiak. Penggunaan CT kardiak di UGD semakin kuat dengan studi ACRIN-PA dan ROMICAT II. Ditambah perkembangan bermakna aplikasi klinis pencitraan hibrid dan CT perfusi. Selamat datang 2013. (Eur Heart J. http://v.gd/5Af1r7)
Sony HW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar