Aritmia tersering yang terjadi adalah fibrilasi atrium, akan tetapi obat anti aritmia pada pasien gagal jantung memiliki efek samping yang besar (contohnya amiodaron), atau mungkin dikontraindikasikan seperti fleicainide.
Semenjak laporan pertama oleh Burashnikov et al. tahun 2007 pada atrium anjing yang diisolasi, beberapa studi eksperimental pada sel kultur dan hewan uji dan jaringan manusia yang diisolasi telah melihatkan mekanisme dari properti anti aritmia ranolazin.
Studi-studi tersebut memperlihatkan bahwa ranolazin tidak hanya menghambat aliran natrium fase lambat akan tetapi juga dapat berperan sebagai penghambat aliran natrium puncak yang selektif di atrium.
Alasannya adalah setengah voltase yang tidak teraktivasi lebih negative pada atrium dibandingkan dengan miosit ventrikel dengan lebih banyak membran potensial istirahat yang terdepolarisasipada sel atrium. Dengan konsekuensi suatu peningkatan fraksi kanal natrium yang tidak teraktivasi saat memberikan potensial membran.
Ranolazin menghasilkan parameter beberapa kanal natrium yang dapat terdepresi sesuai dengan penggunaannya, yang dapat ditemukan pada miosit atrium manusia meskipun pada tingkat stimulasi yang tinggi.
Studi lainnya juga menginvestigasikan potensial aksi monofasik atrium kanan pada hewan uji kelinci yang diinduksikan takiaritmia atrium secara in vivo menggunakan kateter intrakardiak. Didapatkan efek anti aritmia tersebut akibat peningkatan refrakter post repolarisasi pada atrium menghasilkan eksitabilitas elektris yang mennurun dan inisiasi aritmia meski pada nadi yang cepat.
Ranolazin juga meningkatkan durasi aksi potensial sebagai efek tambahan dari yang utama sebagai repolarisasi aliran kalium IKr.
Pada fibrilasi atrium penentu utama yang diketahui dari remodeling elektris adalah penurunan durasi potensial aksi, penurunan amplitudo aliran kalsium tipe L dan perubahan aliran kalium yang mengakibatkan mekanisme re-entry yang didasari oleh penurunan periode refrakter efektif.
Keadaan setelah depolarisasi yang cepat dan lambat serta aktivitas yang dipicu dihubungkan dengan perubahan ambilan kalsium, termasuk pelepasan kalsium yang spontan dari retikulum sarkoplasmik dan diastolic overload.
Ranolazin dapat menurunkan aritmia atrium dengan cara peningkatan periode refrakter efektif dan refrakter post repolarisasi tanpa perubahan durasi potensial aksi. Mekanisme penyebab dari temuan ini mungkin berhubungan dengan suatu kombinasi inhibisi aliran natrium yang lambat dan inhibisi IKr, aliran kalium repolarisasi yang utamadari miosit.
Waktu konduksi yang lambat mungkin terjadi akibat inhibisi aliran puncak natrium dari atrium. Efek inhibisi pada miosit atrium ini mungkin sebagai kunci sukses dalam efek anti aritmia dari ranolazin. (European Journal of Heart Failure 2012; 14: 1313-15)
SL Purwo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar