Pasien yang selamat dari serangan takikardi ventrikel (VT) ataupun fibrilasi ventrikel (VF) mempunyai risiko rekurensi sebesar 10-50% dalam 2 tahun.
Aritmia ventrikuler ini bertanggungjawab pada dua per tiga kasus kematian mendadak setiap tahunnya di Amerika Serikat.
ICD (Implantabel Cardioverter-Defibrillators) digunakan sebagai terapi standar pencegahan sekunder kematian mendadak pada pasien risiko tinggi dari serangan aritmia yang mengancam nyawa tersebut dan juga digunakan lebih banyak lagi dalam pencegahan primer kematian mendadak pasien risiko tinggi lainnya.
ICD dapat memutuskan serangan aritmia ventrikel tersebut tetapi tidak dapat mencegah serangan berikutnya.
Lebih dari 50% pasien dengan ICD membutuhkan terapi antiaritmik tambahan untuk mencegah berulangnya shock yang diberikan ICD jika terjadi VT/VF atau sebagai pencegahan shock lainnya yang sering diakibatkan oleh AF.
Obat tersebut membantu pasien mengurangi ketidaknyamanan pengisian dan keausan batere, dilain pihak shock yang diberikan berulang kali dihubungkan dengan tingginya angka mortalitas dan hospitalisasi yang mahal.
Celivarone merupakan derivat benzofuran non iodinasi yang digunakan untuk aritmia atrial maupun ventrikel. Obat ini menghambat kanal kalsium, natrium, beberapa kalium, dan respon á1 dan â1 adrenergik, serta stimulasi reseptor angiotensin II.
Untuk menilai keamanan dan keefektifan celivaron dalam mencegah serangan aritmia ventrikel pada ICD dan kematian mendadak dilakukanlah studi ALPHEE.
Studi ALPHEE dilakukan pada 151 center kardiologi di 26 negara dari September 2009 sampai Mei 2011, dengan tujuan utamanya menilai kegunaan celivarone (50, 100, atau 300 mg/hari) dibandingkan placebo, dengan menggunakan amiodarone (200 mg/hari setelah dosis permulaan 600 mg/hari selama 10 hari) sebagai kalibrator. dalam hal mencegah serangan aritmia pada ICD dan kematian mendadak.
Sedangkan tujuan sekundernya adalah menilai keamanan dan tolerabilitas obat tersebut.
Menggunakan 486 pasien dengan dengan LVEF d” 40% dan menggunakan ICD pada 1 bulan terakhir atas indikasi VT/VF atau yang telah menggunakan ICD dengan rekaman irama VT/VF 1 bulan terakhir, kemudian dirandomisasi, dengan median terapi selama 9 bulan.
Didapatkan hasil proporsi serangan aritmia ventrikel pada ICD ataupun kematian mendadak pada placebo sebesar 61,5%; celivaron 50mg sebesar 67%, 100 mg 58,8%, dan 54,9% pada celivarone 300 mg, serta 45,3% pada kelompok amiodarone.
Sementara HR untuk hasil akhir primer berkisar antara 0,86 untuk celivarone 300 mg sampai 1,199 untuk celivarone 50 mg, untuk hasil akhir sekunder dilaporkan memiliki kemanan yang dapat diterima.
Dari hasil studi ini dapat disimpulkan bahwa anti aritmik celivarone tidak efektif dalam mencegah timbulnya serangan aritmia ventrikel pada pasien dengan ICD dan risiko kematian mendadak. (Circulation 2011; 124: 2649-60)
SL Purwo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar