(BS Purwo for 8th APCH 2011, Taipei, Taiwan)
Tampak Dr. Ann Soenarta diantara juri dan para pemenang “Young Investigator Award”
Selamat Tahun Baru 2012, semoga berbahagia selalu!
Perhelatan besar hipertensi baru saja usai, sebagai acara penutup tahun 2011 yaitu 8th Asian-Pacific Congress of Hypertension di Taipei, Taiwan. Tentu saja dihadiri oleh dokter-dokter Asia Pasfik. Abstraknyapun akan dimuat sebagai suplemen dari Journal of Hypertension suatu jurnal resmi yang dikelola oleh dua organisasi internasional, yaitu International Society of Hypertension dan European Society of Hypertension. Ada 24 kategori abstrak mulai dari Adrenal, atherosklerosis, epidemiologi, dibetes, ners, nutrisi, kehamilan, sampai miscellaneous, yang terakhir ini untuk menampung abstract langka.
Menjadi pengamat di 8th APCH, Taipei, Taiwan tanggal 24-27 Nopember, 2011 merupakan keprihatinan tersendiri. Ketika melihat salah seorang trustee, orang Indonesia dan sekaligus memimpin sidang “The young investigator award” APCH, ternyata tidak ada seorang penelitipun bahkan seorang pembicara apapun tentang hipertensi dari Indonesia di pertemuan Asia Pasifik tersebut. Padahal INA-SH didukung oleh 3 organisasi dokter spesialis terkemuka di Indonesia: PERNEFRI, PERDOSI, dan PERKI, satu-satunya model organisasi yang paling unik di dunia. Perhatikan, ada wakeup call di APCH ini setelah Dr Ann Soenarta (Senior APCH), Dr Erwinanto (SekJen INA SH) mempersiapkan segala sesuatu dengan gigihnya, sampai membagikan “gimmick” ..istimewa. Dalam perhelatan semacam ini, para senior dan pemimpin delegasi hipertensi berbagai negara biasanya sudah saling kenal, pastilah mereka teman-teman lama Dr. Ann Soenarta dan Dr Santoso Karo Karo (presenter). Pada waktu makan pagi atau makan siang lobby biasanya berlangsung. Akhirnya perjoangan mereka bertiga berhasil memenangkan bidding bahwa APCH 2015 akan diadakan di Bali. Terus terang penulis sangat berapresiasi kepada teman-teman sejawat dari neurologi yang selalu ‘unjuk gigi nasional’ dalam mempersiapkan penelitian-penelitian tentang hipertensi. Bagaimana dengan sejawat-sejawat kardiovaskuler?
Semenjak diperkenalkannya alat pengukur tekanan darah yang “cuffed base” oleh Riva Rocci 1896, Nikolai Korotkof 1905 dengan tekanan darah air raksanya. Kira-kira 1970 berkembang pengukur yang menggunakan batere berdasarkan oscillometry sebagai cikal bakal ABPM monitor tekanan darah perifer yang bermemori itu. Barulah pada tahun 1993 Michael O’Rourke dengan metode tonometri berhasil mengukur tekanan darah arteri sentral. Bahkan tahun 2011 ditandai era peralatan monitoring tekanan darah sentral.
Merasakan pahit getirnya penelitian ‘big’ epidemiologi (di lapangan): MONICA, JAK-VAS, yang dimotori oleh kardiolog dan neurolog: Dr Sukaman, Prof Boedi Darmojo alm. dkk, Dr. Andradi, Dr. Adre dkk, yang data dan semangatnya telah menghasilkan lulusan-lulusan akademik S2, S3 di dalam maupun luar negeri masih terasa kurang mendapat dukungan penuh dari atasan maupun organisasi terkait lainnya, itu terjadi sudah lebih dari 20 tahun yang lalu. Kesulitan dalam pengorganisasian, memobilisasikan personil, dan mendapatkan anggaran masih dapat di atasi oleh semangat peneliti dan sedikit tetapi sangat berarti dari pimpinan yang terkait.
Semangat meneliti harus senantiasa dibangkitkan oleh siapa saja di lembaga-lembaga manapun juga. Penelitian sesungguhnya adalah sebuah upaya yang besar, layaknya sebuah ‘calon’ karya besar oleh karena itu masih memerlukan semangat, bahkan kadang-kadang memerlukan sebuah passion. Apakah penelitian itu berskala kecil, menengah maupun besar seringkali kandas oleh upaya-upaya kecil atau hanya karena ketidak pedulian atau ketidak sadaran lingkungan bahkan pimpinan tentang penelitian itu sendiri, tragis memang dirasakannya. Passion itu sendiri lebih dari semangat, tetapi bukan sebuah karir, tetapi semata-mata sebuah cinta entah kemana arah dan tujuannya, atau lebih dalam daripada itu, mungkin itu suatu intuisi.
Adalah sebuah pemikiran yang masih perlu mendapatkan kritik yang tajam dari peer group peneliti sekiranya diusulkan sebuah penelitian yang self reporting health professionals, bermanfaat bagi dirinya sendiri serta organisasi pengampunya, multi disiplin dan berdampak luas. Berdampak luas diartikan sebagai penelitian itu dapat dikembangkan atau sebagai transetter bagi organisasi/ rumah sakit lainnya. Diyakini relatif lebih mudah mendapatkan dana intern karena bermanfaat bagi sumber daya manusianya sendiri. Penelitiannya dapat berupa penelitian kwalitatif, kwantitatif: mulai dari seri kasus, kohort sampai intervensi. Penelitian dasar penyakit seperti genetik, epigenetik dan lingkungan, proteinomik, serta preklinik lainnya dapat diikut sertakan. Hasil penelitiannyapun dapat di publikasikan baik internal maupun eksternal. Diperlukan pendekatan yang jelas, bijak dan ‘love and care’ kepada para pihak.
Demikianlah oleh-oleh dari menghadiri Asian-Pacific Congress of Hypertension ke 8 di Taipei, Taiwan tanggal 24-27 Nopember 2011. Sebagai pengamat, salah satu dari empat peserta Indonesia pada ‘The lone international hypertension simpocia parallel’ di Taipei, yang memperkenalkan suatu kombinasi ARB dan CCB dari salah satu prinsipal obat-obatan terkemuka di Eropa. Gagasan awal kemungkinan mengembangkan Hi Nurse Study ini masih mengharapkan kritikan, semangat, passion, intuision dan masukan dari siapa saja: ners, dokter, kardiolog, peer groups dan tentu saja dari para pimpinan saya sendiri Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI serta RSJPD/ PJN Harapan Kita di Jakarta.
Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar