Liputan AHA 2011 Scientific Sessions
Vitamin C diketahui berperan dalam metabolisme kolagen. Selama ini kolagen lebih sering dikaitkan dengan fibrosis jantung akibat keseimbangan sintesis dan degradasi yang terganggu, yaitu inhibisi degradasi kolagen. Dalam AHA 2011 Scientific Sessions, ada sebuah presentasi yang menemukan hubungan asupan vitamin C yang adekuat dengan keluaran yang baik pada pasien dengan gagal jantung. Pasien dengan gagal jantung yang mengkonsumsi diet tinggi vitamin C mengalami kejadian jantung dalam setahun separuh dibanding pasien dengan diet rendah vitamin C, berdasarkan hasil studi yang dipresentasikan di American Heart Association 2011 Scientific Sessions. Dalam sebuah penelitian yang dipimpin oleh Dr Eun Kyeung Song (University of Ulsan, Korea), 212 pasien gagal jantung (45% dengan NYHA kelas 3 atau 4) di tiga rumah sakit di Amerika Serikat (AS) menyelesaikan suatu four-day food diary yang diverifikasi oleh ahli diet. Setiap pasien diperiksa kadar hs-CRP kemudian di follow-up selama satu tahun. Berdasarkan formula Institute of Medicine, 82 pasien (39%) menjalani asupan vitamin C yang tidak adekuat. Setelah satu tahun, 61 pasien (29%) mengalami kejadian jantung atau meninggal dunia. Asupan vitamin c rendah berhubungan dengan kadar hs-CRP yang lebih tinggi (OR 2,4) dan keduanya, asupan vitamin C rendah (HR 2,0) dan hs-CRP > 3 mg/dL, berhubungan dengan rentang waktu event-free survival yang lebih pendek setelah analisis multivariat berbagai faktor usia, gender, BMI, kelas fungsional, LVEF, komorbid lain, total asupan kalori dan obat-obatan. Song mengatakan bahwa ini adalah penelitian pertama yang menghubungkan asupan vitamin C yang rendah dan rentang waktu event-free survival yang pendek. Peneliti mengajukan hipotesis bahwa vitamin c mungkin memiliki kontribusi dalam jalur inflamasi pasien gagal jantung. Co-author penelitian ini yaitu Dr Terry Lennie (University of Kentucky, Lexington) mengatakan bahwa diuretik yang digunakan oleh pasien gagal jantung mungkin memberi kontribusi kehilangan vitamin C karena sifat vitamin C yang larut air.
Mengomentari studi tersebut, dr Clyde Yancy (Northwestern University, Chicago, IL) menyampaikan ke Heartwire bahwa walau ditemukan hubungan asupan vitamin C dengan keluaran yang lebih baik, “kita harus menenangkan entusiasme kita. Jelas terdapat manfaat dalam diet tinggi vitamin C, tapi belum jelas bahwa vitamin C sebagai satu-satunya penyebab.” Ia mengajukan kemungkinan bahwa pasien dengan asupan vitamin C yang lebih tinggi dibanding dengan defisiensi asupan vitamin C, adalah akibat tingginya asupan buah dan sayuran dan rendahnya asupan lemak dan karbohidrat, sehingga menyebabkan perbaikan kesehatan jantung melalui berbagai jalur selain vitamin C.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk studi lebih lanjut yang mengevaluasi apakah terdapat perubahan struktur, fungsi dan pergerakan miokard dengan modalitas MRI kardiak, yang mungkin mendasari perbedaan keluaran pada pasien dengan asupan vitamin C yang cukup dibandingkan dengan yang tidak adekuat, mengingat peran vitamin C dalam sintesis kolagen. Mungkin selain inhibisi degradasi kolagen, terdapat mekanisme lain misalnya kurang tepatnya sintesis kolagen atau kualitas kolagen yg dihasilkan juga berakibat buruk bagi fungsi jantung. Hasil studi ini juga menarik untuk diaplikasikan dalam praktek sehari-hari mengingat ketersediaan vitamin C cukup luas dan relatif mudah dijalankan oleh pasien.
(Sony HW, disarikan dari theheart.org http://bit.ly/rFI0bb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar