TAHUN 1997 dan 2003 The Expert Committee on Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus mengetahui adanya kelompok pertengahan dengan tingkat gula darah di antara normal dan tinggi walaupun tidak memenuhi kriteria DMT2, sehingga tidak dapat dikatakan terlalu tinggi untuk suatu keadaan normal.
Kondisi-kondisi ini dapat berupa glukosa darah puasa terganggu (100-125 mg/dl) atau toleransi glukosa yang terganggu (140 – 199 mg/dl). Individu-individu tersebut disebut sebagai pre diabetes, mengindikasikan risiko yang relatif tinggi untuk terjadinya DMT2 di masa depan
DMT2 dan penyakit non infeksi menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global. Sekitar 285 juta penduduk, atau berkisar 6.4% populasi dewasa dunia terkena diabetes. Diperkirakan mencapai 285 juta penduduk pada tahun 2030, 7.8% dari populasi dewasa dunia, dengan wilayah Afrika diperkirakan mencapai peningkatan yang terbesar. Segmen yang lebih luas lagi dari populasi dunia, diperkirakan mencapai 79 juta individu Amerika Serikat akan mengalami pre diabetes.
Faktor-faktor multipel seperti predisposisi genetik, resistensi insulin, peningkatan sekresi insulin, glukotoksisitas, lipotoksisitas, terganggunya pelepasan inkretin, akumulasi amylin dan penurunan masa sel B berperan dalam penyebab kausatif progresivitas disfungsi sel B sebagai karakteristik pre diabetes.
Beberapa studi randomisasi terkontrol menunjukkan individu dengan risiko tinggi untuk terjadinya DMT2, secara signifikan mengalami penurunan untuk terjadinya DMT2 dengan dilakukan intervensi yang tepat. Termasuk didalamnya modifikasi gaya hidup yang intensif dan penggunaan farmakologis metformin, peghambat alfa glukosidase, orlistat dan tiazolidinedion, setiap usaha tersebut menunjukkan penurunan insiden diabetes dengan derajat yang berbeda.
Intervensi yang mencegah progresi DMT2 seharusnya memperlambat atau mencegah kegagalan sel B. Penggunaan metformin seharusnya dipertimbangkan sebagai terapi awal pada pasien yang tidak bisa dikontrol gula darahnya dengan modifikasi gaya hidup atau bagi yang tidak efektif dalam mengurangi progresivitas DM tipe 2.
DMT2 merupakan 90% dari kasus diabetes dan dihubungkan dengan komplikasi makro dan mikrovaskuler dengan tingginya morbiditas dan mortalitas. Dikatakan individu dengan peningkatan risiko untuk terjadinya DMT2 adalah dengan glukosa puasa yang terganggu (IFG), toleransi glukosa yang terganggu (IGT) ataupun kondisi keduanya. Individu tersebut termasuk dalam kelompok pre diabetes.
Kurang lebih sekitar 25% dari individu tersebut akan menjadi DMT2 dalam tiga sampai lima tahun. Hiperglikemia juga dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler walaupun tanpa kondisi diabetes. Studi menunjukkan perubahan gaya hidup dan intervensi obat berguna dalam memperlambat atau mencegah DMT2 pada pasien pre diabetes.
Metformin merupakan pilihan obat yang dapat digunakan. IGT dan IFG dihubungkan dengan DMT2 dan kebanyakan studi menunjukkan pentingnya kondisi tersebut dalam perkembangannya menjadi penyakit makro dan mikrovaskuler. Intervensi terapeutik pada pasien pre diabetes merupakan prevensi primer yang penting dari DMT2 dan komplikasi kronisnya. (Endocrine 2013;43(3):504-13, Diabetes Care 2013; Suppl 1(36):1-50)
Kondisi-kondisi ini dapat berupa glukosa darah puasa terganggu (100-125 mg/dl) atau toleransi glukosa yang terganggu (140 – 199 mg/dl). Individu-individu tersebut disebut sebagai pre diabetes, mengindikasikan risiko yang relatif tinggi untuk terjadinya DMT2 di masa depan
DMT2 dan penyakit non infeksi menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global. Sekitar 285 juta penduduk, atau berkisar 6.4% populasi dewasa dunia terkena diabetes. Diperkirakan mencapai 285 juta penduduk pada tahun 2030, 7.8% dari populasi dewasa dunia, dengan wilayah Afrika diperkirakan mencapai peningkatan yang terbesar. Segmen yang lebih luas lagi dari populasi dunia, diperkirakan mencapai 79 juta individu Amerika Serikat akan mengalami pre diabetes.
Faktor-faktor multipel seperti predisposisi genetik, resistensi insulin, peningkatan sekresi insulin, glukotoksisitas, lipotoksisitas, terganggunya pelepasan inkretin, akumulasi amylin dan penurunan masa sel B berperan dalam penyebab kausatif progresivitas disfungsi sel B sebagai karakteristik pre diabetes.
Beberapa studi randomisasi terkontrol menunjukkan individu dengan risiko tinggi untuk terjadinya DMT2, secara signifikan mengalami penurunan untuk terjadinya DMT2 dengan dilakukan intervensi yang tepat. Termasuk didalamnya modifikasi gaya hidup yang intensif dan penggunaan farmakologis metformin, peghambat alfa glukosidase, orlistat dan tiazolidinedion, setiap usaha tersebut menunjukkan penurunan insiden diabetes dengan derajat yang berbeda.
Intervensi yang mencegah progresi DMT2 seharusnya memperlambat atau mencegah kegagalan sel B. Penggunaan metformin seharusnya dipertimbangkan sebagai terapi awal pada pasien yang tidak bisa dikontrol gula darahnya dengan modifikasi gaya hidup atau bagi yang tidak efektif dalam mengurangi progresivitas DM tipe 2.
DMT2 merupakan 90% dari kasus diabetes dan dihubungkan dengan komplikasi makro dan mikrovaskuler dengan tingginya morbiditas dan mortalitas. Dikatakan individu dengan peningkatan risiko untuk terjadinya DMT2 adalah dengan glukosa puasa yang terganggu (IFG), toleransi glukosa yang terganggu (IGT) ataupun kondisi keduanya. Individu tersebut termasuk dalam kelompok pre diabetes.
Kurang lebih sekitar 25% dari individu tersebut akan menjadi DMT2 dalam tiga sampai lima tahun. Hiperglikemia juga dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler walaupun tanpa kondisi diabetes. Studi menunjukkan perubahan gaya hidup dan intervensi obat berguna dalam memperlambat atau mencegah DMT2 pada pasien pre diabetes.
Metformin merupakan pilihan obat yang dapat digunakan. IGT dan IFG dihubungkan dengan DMT2 dan kebanyakan studi menunjukkan pentingnya kondisi tersebut dalam perkembangannya menjadi penyakit makro dan mikrovaskuler. Intervensi terapeutik pada pasien pre diabetes merupakan prevensi primer yang penting dari DMT2 dan komplikasi kronisnya. (Endocrine 2013;43(3):504-13, Diabetes Care 2013; Suppl 1(36):1-50)
SL Purwo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar