DISFUNGSI tiroid subklinis (STD) menggambarkan kondisi hormon tiroid yang sedikit berlebih atau berkurang, yang mungkin berhubungan dengan efek sampingnya. STD ini hanya terdeteksi sebagai abnormalitas TSH, sehingga penting menyingkirkan penyebab kelainan TSH serum sebelum mengobati disfungsi ini.
Pengobatan hipertiroidisme subklinis (SHyper) direkomendasikan pada pasien usia tua dengan tidak terdeteksinya TSH serum karena tingginya risiko terjadinya AF, osteoporosis dan fraktur tulang serta tingginya risiko progrsivitas suatu penyakit lainnya. Pengobatan hipotiroidisme subklinis seharusnya dipertimbangkan pada pasien dengan TSH serum di atas 10 mU/L karena akan terjadi peningkatan risiko perburukan keadaan hipotiroidisme dan peningkatan risiko kejadian penyakit jantung koroner serta gagal jantung.
Hal tersebut terjadi pada pasien dengan TSH serum di atas 10 mU/L. Sekitar 75% pasien dengan STD memiliki disfungsi yang ringan. Bentuk ringan dari suatu STD berupa nilai yang rendah namun dapat terdeteksi TSH serum pada SHyper dan sedikit peningkatan TSH serum berkisar 5-9 mU/L pada SHypo, dihubungkan dengan risiko minor perkembangan penyakit sampai timbulnya suatu disfungsi.
Pengobatan terbaik untuk STD masih kontroversial. Pengobatan bentuk ringan suatu STD seharusnya dipetimbangkan dari segi usia, faktor risiko yang memperberat, efek potensial yang menguntungkan dan komorbid yang mendasarinya. SHypo ringan seharsnya diterapi pada wanita infertile dan hamil.
Hipo dan hipertiroidisme subklinis didefinisikan sebagai normalnya nilai ti-roksin (FT4) dengan peningkatan atau penurunan tirotropin (TSH), dihubungan dengan peningkatan risiko keluaran kardiovaskuler dibandingkan dengan keadaan eutiroid.
SHypo dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner, mortalitas oleh sebab PJK dan kejadian gagal jantung pada pasiendengan nilai TSH yang tinggi, biasanya terapat pada nilai TSH > 10 mIU/L. Sementara SHyper dihubungkan dengan peningkatan mortalitas total, mortalitas oleh karena PJK, gagal jantung dan AF, biasanya terdapat pada nilai TSH yang tersupresi < 0.10 mIU/L.
Temuan observasional ini dapat mengidentifikasikan batas TSH untuk pengobatan inisiasi tiroid berdasarkan risiko keluaran klinis, walaupun keputusan klinis tergantung data observasional tersebut masihlah perlu dipertimbangkan. Dampak penggantian tiroid pada pasien usia tua dengan kondisi SHypo masihlah dipelajari dalam studi TRUST (Thyroid Hormone Replacement for Subclinical Hypothyroidism Trial).
SHyper telah dilaporkan berhubungan dengan AF, gagal jantung maupun kejadian PJK termasuk mortalitasnya. Pendapat para ahli mengindikasikan bahwa AF merupakan hubungan yang mungkin antara SHyper dengan manifestasi kardiovaskuler. Sehingga dilakukanlah studi oleh Carpi et al, dengan menggunakan 60883 pasien dengan 2284 menderita SHyper.
Pada pasien tersebut, rasio antara kejadian AF dengan setiap kejadian kardiovaskuler didapatkan bervariasi dikisaran 0.14-0.4 pada SHyper dan di antara 0.2-2.4 pada eutiroidisme (ET). Pola umum dari rasio ini dibandingkan dalam enam bentuk perbandingan analisis ditemukan tidak didapatkan perbedaan yang lebih bermakna untuk SH dibandingkan ET.
Data ini memberikan masukan bahwa AF bukan merupakan hubungan mayor antara SHyper dengan manifestasi kardiovaskuler.
Studi ini memberi masukan bahwa hubungan yang lebih lanjut mungkin dapat dipertimbangkan pada tingginya frekuensi manifestasi aterosklerosis dini berupa penebalan dinding intima media karotis atau adanya gambaran backscatter yang terintegrasi pada karotis yang diamati pada pasien SHyper. Efek aterogenik yang terdapat pada SHyper ini dapat berdampak pada terjadinya semua manifestasi klinis kardiovaskuler.
(Intern Emerg Med 2013 Apr;8 Suppl 1: S75-7; Endocr Metab Immune Disord Drug Targets 2013; Best Pract Res Clin Endocrinol Metab. 2012: 26(4); 431-46)
Pengobatan hipertiroidisme subklinis (SHyper) direkomendasikan pada pasien usia tua dengan tidak terdeteksinya TSH serum karena tingginya risiko terjadinya AF, osteoporosis dan fraktur tulang serta tingginya risiko progrsivitas suatu penyakit lainnya. Pengobatan hipotiroidisme subklinis seharusnya dipertimbangkan pada pasien dengan TSH serum di atas 10 mU/L karena akan terjadi peningkatan risiko perburukan keadaan hipotiroidisme dan peningkatan risiko kejadian penyakit jantung koroner serta gagal jantung.
Hal tersebut terjadi pada pasien dengan TSH serum di atas 10 mU/L. Sekitar 75% pasien dengan STD memiliki disfungsi yang ringan. Bentuk ringan dari suatu STD berupa nilai yang rendah namun dapat terdeteksi TSH serum pada SHyper dan sedikit peningkatan TSH serum berkisar 5-9 mU/L pada SHypo, dihubungkan dengan risiko minor perkembangan penyakit sampai timbulnya suatu disfungsi.
Pengobatan terbaik untuk STD masih kontroversial. Pengobatan bentuk ringan suatu STD seharusnya dipetimbangkan dari segi usia, faktor risiko yang memperberat, efek potensial yang menguntungkan dan komorbid yang mendasarinya. SHypo ringan seharsnya diterapi pada wanita infertile dan hamil.
Hipo dan hipertiroidisme subklinis didefinisikan sebagai normalnya nilai ti-roksin (FT4) dengan peningkatan atau penurunan tirotropin (TSH), dihubungan dengan peningkatan risiko keluaran kardiovaskuler dibandingkan dengan keadaan eutiroid.
SHypo dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner, mortalitas oleh sebab PJK dan kejadian gagal jantung pada pasiendengan nilai TSH yang tinggi, biasanya terapat pada nilai TSH > 10 mIU/L. Sementara SHyper dihubungkan dengan peningkatan mortalitas total, mortalitas oleh karena PJK, gagal jantung dan AF, biasanya terdapat pada nilai TSH yang tersupresi < 0.10 mIU/L.
Temuan observasional ini dapat mengidentifikasikan batas TSH untuk pengobatan inisiasi tiroid berdasarkan risiko keluaran klinis, walaupun keputusan klinis tergantung data observasional tersebut masihlah perlu dipertimbangkan. Dampak penggantian tiroid pada pasien usia tua dengan kondisi SHypo masihlah dipelajari dalam studi TRUST (Thyroid Hormone Replacement for Subclinical Hypothyroidism Trial).
SHyper telah dilaporkan berhubungan dengan AF, gagal jantung maupun kejadian PJK termasuk mortalitasnya. Pendapat para ahli mengindikasikan bahwa AF merupakan hubungan yang mungkin antara SHyper dengan manifestasi kardiovaskuler. Sehingga dilakukanlah studi oleh Carpi et al, dengan menggunakan 60883 pasien dengan 2284 menderita SHyper.
Pada pasien tersebut, rasio antara kejadian AF dengan setiap kejadian kardiovaskuler didapatkan bervariasi dikisaran 0.14-0.4 pada SHyper dan di antara 0.2-2.4 pada eutiroidisme (ET). Pola umum dari rasio ini dibandingkan dalam enam bentuk perbandingan analisis ditemukan tidak didapatkan perbedaan yang lebih bermakna untuk SH dibandingkan ET.
Data ini memberikan masukan bahwa AF bukan merupakan hubungan mayor antara SHyper dengan manifestasi kardiovaskuler.
Studi ini memberi masukan bahwa hubungan yang lebih lanjut mungkin dapat dipertimbangkan pada tingginya frekuensi manifestasi aterosklerosis dini berupa penebalan dinding intima media karotis atau adanya gambaran backscatter yang terintegrasi pada karotis yang diamati pada pasien SHyper. Efek aterogenik yang terdapat pada SHyper ini dapat berdampak pada terjadinya semua manifestasi klinis kardiovaskuler.
(Intern Emerg Med 2013 Apr;8 Suppl 1: S75-7; Endocr Metab Immune Disord Drug Targets 2013; Best Pract Res Clin Endocrinol Metab. 2012: 26(4); 431-46)
SL Purwo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar