CLOPIDOGREL merupakan suatu inhibitor tienopiridin P2Y12 dari fungsi platelet dan merupakan obat penting dalam farmakoterpai kardiovaskuler dalam pencegahannya terhadap infark miokard (MI) dan thrombosis stent setelah sindroma koroner akut serta intervensi koroner perkutan (PCI).
Clopidogrel suatu prodrug yang membutuhkan konversi menjadi bentuk metabolit yang aktif dengan melibatan sistem sitokrom P450 (CYP) serta kombinasi isoenzim CYP3A4, CYP1A2, CYP2C9, dan atau CYP2B6.
Aktivasi metabolit clopidogrel melalui CYP450 menghasilkan suatu spekulasi apakah obat yang menginhibisi atau melakukan competitor pada isoenzim ini mungkin akan mengurangi efek terapeutik clopidogrel terutama melalui CYP2C19.
Banyak studi memberikan pendapat bahwa obat tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap inhibisi clopidogrel pada pengukuran exvivo dari fungsi platelet, akan tetapi dampak klinis studi ini sulit untuk dilihat.
Dampak tersebut akan sangat penting untuk diidentifikasi pada pemberian inhibitor pompa proton (PPI), dimana obat tersebut menginhibisi CYP2C19, selain itu PPI direkomendasikan sebagai terapi pertama untuk mencegah komplikasi gastrointestinal pada pasien risiko tinggi.
Selain itu, baik clopidogrel dan PPI adalah obat tersering yang diresepkan di duniadan sering kali diberikan keduanya pada pasien. Interaksi potensial pertama kali dilaporkan oleh Gilard et al. dimana pasien yang menjalani PCI dengan terapi clopidogrel juga diberikan PPI ditemukan memiliki tingkat reaktivitas platelet yang tinggi dibandingkan yang tidak diberikan PPI.
Namun, data klinis mengenai interaksi ini sangatlah bervariasi, studi-studi observasional dari database atau dari registry memperlihatkan peningkatan kejadian kardiovaskuler dengan pemberian bersama clopidogrel dan PPI, dimana studi analisis atau klinis memberikan gambaran yang lebih serupa dan tidak memperlihatkan interaksi klinis yang signifikan.
Interaksi yang signifikan ini masih menjadi perdebatan, akan tetapi baik FDA (Food and Drug Administration, USA) dan EMA (European Medicine Agency) memberikan rekomendasi yang sama bahwa pemberian clopidogrel dan inhibitor CYP2C19 seharusnya tidak diberikan bersama dengan PPI, terutama esomeprazole dan omeprazole.
Karena itu dilakukanlah studi oleh Dunn et al. untuk mencari tahu apakah PPI berefek pada kegunaan clopidogrel dari dua studi yaitu studi CREDO dan CAPRIE.
Studi CAPRIE, clopidogrel nampaknya meningkatkan end point primer (stroke iskemik, MI, atau kematian oleh sebab vaskuler) pada pasien yang menggunakan PPI (rasio hazard terestimasi [EHR] 2.66; 95% CI 0.94-7.50), namun mengalami penurunan pada pasien non PPI (HER 0.90; 95% CI 0.83-0.99; p = 0.047).
Lebih lanjut, pengguaan PPI dihubungkan dengan hasil keluaran yang buruk pada pasien yang mendapatkan clopidogrel (EHR 2.39; 95% CI 1.74-3.28) tetapi tidak pada pemberian aspirin (HER 1.04; 95% CI 0.70-1.57; p = 0.001).
Studi CREDO, clopidogrel secara signifikan tidak mengubah risiko end point primer dalam 1 tahun pada pasien yang diberikan PPI (HER 0.82; 95% CI 0.48-1.40) namun terjadi penurunan pada non PPI (HER 0.71; 95% CI 0.52-0.98; p = 0.682).
Penggunaan PPI dihubungkan dengan hasil keluaran yang buruk baik pada pasien yang mendapatkan clopidogrel (EHR 1.67; 95% CI 1.06-2.64) maupun plasebo (HER 1.56; 95% CI 1.06-2.30; p = 0.811).
Sehingga dapat dikatakan, pada studi CREDO kegunaan clopidogrel secara signifikan tidak berdampak pada penggunaan PPI, namun berbeda dengan studi CAPRIE, dimana clopidogrel berguna pada pasien non PPI namun nampaknya berdampak buruk pada pasien dengan penggunaan PPI. (Journal of American Heart Association 2013; 2: 1-11)
Clopidogrel suatu prodrug yang membutuhkan konversi menjadi bentuk metabolit yang aktif dengan melibatan sistem sitokrom P450 (CYP) serta kombinasi isoenzim CYP3A4, CYP1A2, CYP2C9, dan atau CYP2B6.
Aktivasi metabolit clopidogrel melalui CYP450 menghasilkan suatu spekulasi apakah obat yang menginhibisi atau melakukan competitor pada isoenzim ini mungkin akan mengurangi efek terapeutik clopidogrel terutama melalui CYP2C19.
Banyak studi memberikan pendapat bahwa obat tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap inhibisi clopidogrel pada pengukuran exvivo dari fungsi platelet, akan tetapi dampak klinis studi ini sulit untuk dilihat.
Dampak tersebut akan sangat penting untuk diidentifikasi pada pemberian inhibitor pompa proton (PPI), dimana obat tersebut menginhibisi CYP2C19, selain itu PPI direkomendasikan sebagai terapi pertama untuk mencegah komplikasi gastrointestinal pada pasien risiko tinggi.
Selain itu, baik clopidogrel dan PPI adalah obat tersering yang diresepkan di duniadan sering kali diberikan keduanya pada pasien. Interaksi potensial pertama kali dilaporkan oleh Gilard et al. dimana pasien yang menjalani PCI dengan terapi clopidogrel juga diberikan PPI ditemukan memiliki tingkat reaktivitas platelet yang tinggi dibandingkan yang tidak diberikan PPI.
Namun, data klinis mengenai interaksi ini sangatlah bervariasi, studi-studi observasional dari database atau dari registry memperlihatkan peningkatan kejadian kardiovaskuler dengan pemberian bersama clopidogrel dan PPI, dimana studi analisis atau klinis memberikan gambaran yang lebih serupa dan tidak memperlihatkan interaksi klinis yang signifikan.
Interaksi yang signifikan ini masih menjadi perdebatan, akan tetapi baik FDA (Food and Drug Administration, USA) dan EMA (European Medicine Agency) memberikan rekomendasi yang sama bahwa pemberian clopidogrel dan inhibitor CYP2C19 seharusnya tidak diberikan bersama dengan PPI, terutama esomeprazole dan omeprazole.
Karena itu dilakukanlah studi oleh Dunn et al. untuk mencari tahu apakah PPI berefek pada kegunaan clopidogrel dari dua studi yaitu studi CREDO dan CAPRIE.
Studi CAPRIE, clopidogrel nampaknya meningkatkan end point primer (stroke iskemik, MI, atau kematian oleh sebab vaskuler) pada pasien yang menggunakan PPI (rasio hazard terestimasi [EHR] 2.66; 95% CI 0.94-7.50), namun mengalami penurunan pada pasien non PPI (HER 0.90; 95% CI 0.83-0.99; p = 0.047).
Lebih lanjut, pengguaan PPI dihubungkan dengan hasil keluaran yang buruk pada pasien yang mendapatkan clopidogrel (EHR 2.39; 95% CI 1.74-3.28) tetapi tidak pada pemberian aspirin (HER 1.04; 95% CI 0.70-1.57; p = 0.001).
Studi CREDO, clopidogrel secara signifikan tidak mengubah risiko end point primer dalam 1 tahun pada pasien yang diberikan PPI (HER 0.82; 95% CI 0.48-1.40) namun terjadi penurunan pada non PPI (HER 0.71; 95% CI 0.52-0.98; p = 0.682).
Penggunaan PPI dihubungkan dengan hasil keluaran yang buruk baik pada pasien yang mendapatkan clopidogrel (EHR 1.67; 95% CI 1.06-2.64) maupun plasebo (HER 1.56; 95% CI 1.06-2.30; p = 0.811).
Sehingga dapat dikatakan, pada studi CREDO kegunaan clopidogrel secara signifikan tidak berdampak pada penggunaan PPI, namun berbeda dengan studi CAPRIE, dimana clopidogrel berguna pada pasien non PPI namun nampaknya berdampak buruk pada pasien dengan penggunaan PPI. (Journal of American Heart Association 2013; 2: 1-11)
SL Purwo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar