Prediabetes memasukkan IGT dan IFG, IGT didefinisikan sebagai pasien dengan kadar gula darah puasa kurang dari 7,0 mmol/l (126 mg/dl) dan 2-jam glukosa plasma dengan 75 g per oral glukosa dengan toleransi tesnya antara 7,8 dan 11,0 mmol/l (140 mg/dl dan 199 mg/dl), dan IFG didefinisikan apabila kadar plasma glukosanya antara 6,1 – 6,9 mmol/l (110 <126 mg/dl). Ini dimasukkan dalam status tengah regulasi-glukosa-abnormal. Kira-kira 7% orang dewasa terkena IGT atau IFG dan prevalensinya lebih besar dari diabetes tipe 2. Oleh karena itu IGT dan IFG adalah faktor risiko diabetes dan CVD. Kesemuanya itu dihubungkan dengan meningkatnya angka kematian terutama akibat CVD apabila dibandingkan dengan populasi yang memiliki toleransi glukosa normal yang telah disesuaikan umur dan jenis kelaminnya.
Pencegahan diabetes memiliki potensi pencegahan terhadap CVD dan intervensi pre-diabetes dengan perubahan gaya hidup serta obat-obatan mencegah berkembangnya penyakit menjadi diabetes. Walaupun demikian kontrol ketat gula darah penderita diabetes tipe 2 tidak menurunkan angka komplikasi CVD tetapi jelas menurunkan angka komplikasi mikrovaskuler.
Upaya menghambat perjalanan penyakit pada tahap awal ketika sudah terjadi gangguan toleransi glukosa tetapi belum terjadi diabetes, kejadian makrovaskuler secara potensial dapat diturunkan.
Meta-analisis dilakukan terhadap penelitian prospektif, dengan random terkontrol yang telah dilaporkan pada literatur kedokteran dipakai sebagai data dasar. Penelitian diikut sertakan apabila mereka melaporkan paling sedikit angka seluruh penyebab kematiannya yang diteliti sedikitnya 100 pasien dan paling sedikit di ikuti selama setahun. Intervensi dibagi dalam farmakologi dan non-farmakologi.
Sepuluh RCT yang melibatkan 23.152 pasien yang memenuhi kriteria tersebut diatas. Penelitian dilakukan rata-rata sepanjang 3,75 tahun. Diabetes dapat ditunda atau terprevensi berdasarkan intervensi: kontrol (angka risiko 0,83; 95%CI 0,80-0,86). Pendekatan tanpa-obat (n = 3495) lebih superior dibandingkan dengan obat (n = 20,872) pada prevensi diabetes (0,52; 0,46-0,58 vs 0,70; 0,58-0,85; P< 0,05). Tidak ada perbedaan risiko pada seluruh penyebab angka kematian pada kelompok intervensi lawan kelompok kontrol (0,96; 0,84-1.10) dan tidak ada perbedaan pada angka kematian PJK (1,04; 0,61-1,78). Terjadi kecenderungan yang tidak bermakna terhadap berkurangnya angka kematian infark miokard baik fatal maupun non-fatal (0,59; 0,23-1,50). Stroke fatal maupun non-fatal nyaris meyakinkan berkurang (0,76; 0,58-0,99) pada intervensi maupun kontrol.
Studi-studi yang dievaluasi dengan meta analisis ini kurang kekuatannya untuk menilai angka kematian umum maupun kejadian kardiovaskular, pada umumnya menggunakan populasi dengan risiko kardiovaskularnya yang rendah yaitu prediabetes ditambah pendeknya waktu yang pengamatan. Namun ketika diamati dengan meta-analisis, interval keyakinannya di sekitar titik estimasi menjadi luas.
Walaupun sukses dalam prevensi diabetes, tetapi tidak berhasil mempengaruhi hasil yang positif terhadap makrovaskuler, dapat diterangkan karena sebab-sebab tersebut diatas yaitu sedikitnya jumlah kasus, pendeknya intervensi dan pengamatannya untuk menilai angka-angka mortalitas yang diharapkan. Kemungkinan lain adalah kehadiran dari faktor risiko yang non-glikemik termasuk hipertensi, dislipidemia, hiperkogulabilitas, dan obesitas memiliki dampak yang lebih besar dari pada kontrol glikemik yang diberikan.
Berdasarkan analisis terhadap prediabetes yang dihubungkan dengan penelitian dengan pasien yang nyata-nyata menderita diabetes tipe 2, peranan penurunan kadar gula darah untuk preventif terhadap PKV memang masih belum jelas. Penelitian UKPDS memperlihatkan reduksi yang tidak bermakna pada angka kejadian makrovaskular padahal sudah terjadi penurunan HbA1C pada diabetes tipe 2. Analisis-meta pada penelitian ini hasilnya sama-sama menemukan kecenderungan tidak bermaknanya penurunan infark miokard dan stroke pada prediabetes. Hasil sebaliknya didapatkan penelitian ACCORD menemukan justru kontrol glukosa darah lebih ketat menghasilkan peningkatan angka kematian. Lebih banyak studi diperlukan untuk klarifikasi masalah ini.
Disimpulkan, bahwa suksesnya intervensi dalam menghambat diabetes tidak menghasilkan penurunan seluruh angka kematian, kardiovaskuler, maupun infark miokard, dengan kemungkinan ada perkecualian pada angka kematian akibat stroke.
(Hopper I, Billah B, Skiba M, Krum H. Prevention of diabetes and reduction in major cardiovascular events in studies of subjects with prediabetes: meta-analysis of randomised controlled clinical trials. Eur J Cardiovasc Prev Rehabil 2011; 18(6): 813-823)
Budhi Setianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar