Dalam perfusion symposium tersebut, yang menarik adalah sesi ECMO (extracorporeal membrane oxygenation), dimana terdapat empat pembicara asing yang berkompeten dibidangnya.
C. Soto (Australia) dengan manajemen selama ECMO, Chiu Kit Yi (Singapura) membawakan masalah umum selama ECMO, M. Bennett (Australia) dengan perkembangan dan tantangan ECMO pediatrik dan laporan kasus ECMO pediatrik dengan pendekatan trans torakal kanulasi venous atrial (VA) oleh Vijay (Malaysia). Dengan moderator Pudyo Susmono dan Heri Widodo, masing-masing pembicara menyampaikan topiknya.
C.Soto menerangkan mengenai kemampuan menggunakan ECMO sangatlah penting pada pasien yang memiliki potensi outcome yang baik jika menggunakan alat ini.
Diperlukan suatu tim yang terdiri dari perfusionist, ahli anestesi, ahli jantung, ahli bedah jantung maupun perawat yang terdidik dalam menggunakan ECMO untuk dapat memilih jenis ECMO apa yang akan digunakan, baik veno-vennous maupun veno arterial ECMO.
Selain itu, dengan adanya tim medis ECMO, monitoring pasien akan berjalan lancar dan efisien. Sehingga dapat menekan morbiditas dan mortalitas. C.Soto juga menerangkan tehnik untuk melihat fungsi membran, penggunaan antikoagulan, optimalisasi kanulasi dan penyapihan ECMO.
Chiu Kit Yi, perfusionist asal Singapura, membicarakan masalah yang sering terjadi selama ECMO. Dapat berupa masalah mekanis maupun non mekanis.
Perdarahan adalah masalah non mekanis tersering yang terjadi selama ECMO. Perdarahan ini biasanya terjadi pada tempat kanulasi ataupun tempat pembedahan, serta dapat menimbulkan trombositopenia dan diperburuk dengan heparinisasi.
Anemia dan hipovolemia merupakan masalah yang berhubungan dengan perdarahan. Masalah non mekanis tersering lainnya adalah hemolisis, low flow, venous line chattering, gangguan ginjal ataupun emboli udara.
Masalah mekanis biasanya berhubungan dengan lamanya penggunaan ECMO dan peralatannya. Termasuk didalamnya gagalnya alat oksigenator, pompa yang rusak serta unit pemanas ataupun pendingin ECMO yang rusak.
Rusaknya alat oksigenator dan pompa merupakan masalah mekanis tersering yang didapatkan selama penggunaan ECMO. Kemungkinan yang mungkin terjadi pada kerusakan alat oksigenator adalah terbentuknya sumbatan serta kebocoran plasma atau darah.
Adapun kemungkinan terjadinya kerusakan pompa adalah keretakan dan sumbatan pada pompa yang ditandai dengan adanya suara yang tidak biasanya terdengar pada pompa tersebut.
Pembicara ke tiga, M. Bennett, memberikan pengetahuan mengenai perkembangan dan tantangan ECMO pediatrik. Sejak 1976, ketika Bartlett mempresentasikan pertama kali mengenai ECMO pada pasien neonatus, perkembangan ECMO sekarang ini makin maju.
Dengan terbentuknya organisasi ekstrakorporeal (ELSO) yang membuat panduan klinis mengenai ECMO pada senter-senter ECMO, telah memberi angka harapan hidup sebesar 64% pada lebih dari 40.000 pasien neonatus dan pediatrik.
Walaupun ECMO merupakan alat pendukung yang lebih umum digunakan, ketersediaaan program ECMO pada suatu senter kesehatan merupakan bidang khusus yang harus memiliki prinsip-prinsip penanganan dan pendidikan dari senter yang lebih berpengalaman.
Telah adanya panduan klinis baik dari ELSO maupun dari Royal Adelaide Hospital (sebagai senter ECMO pediatrik terbesar di Australia) mengenai ECMO pada ICU telah memberikan suatu panduan bagi senter lainnya yang akan mengembangkan program ECMO.
Sementara pembicar terakhir, Vijay, memaparkan laporan kasus mengenai penggunaan kanulasi veno atrial ECMO pada dua pasien pediatrik dengan kondisi jantung yang berat. Ke dua pasien tersebut menggunakan pompa sentrifugal Rotaflow dan oksigenator Quadrox-iD dengan heparin. Kondisi paska pemasangan ECMO adalah stabil dengan fungsi jantung yang membaik.
Ke empat pembicara sudah memaparkan masing-masing topiknya, kemudian lanjut ke sesi tanya jawab, karena topik ECMO ini mungkin kurang banyak kasus di Indonesia, jadi tidak ada pertanyaan dari peserta.
Akan tetapi, moderator menanyakan apakah ECMO emergensi yang dilakukan di Australia dengan pasien yang dikirim dari negara bagian lain dapat dilakukan. C. Soto menjelaskan bagaimana proses transfer pasien yang akan dilakukan ECMO emergensi dari negara bagian Australia, yaitu dengan proses transfer rutin seperti akan mengirimkan pasien, akan tetapi tim medis ECMO akan berangkat dengan peralatan yang sesuai dengan kondisi tersebut. Mereka bahkan sering melakukan hal tersebut dengan angka keberhasilan yang cukup tinggi.
Akhir kata, mungkin ECMO di Indonesia dapat berkembang seperti halnya di negara lain, dengan mengikuti panduan klinis dari senter ECMO yang telah berpengalaman.
SL Purwo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar