DALAM tabloid Kardiovaskuler awal tahun 2012 kita baca tulisan Ketua Umum PERKI dr. Anna Ulfah Rahajoe tentang Leadership. Dua tokoh penggagas dan pendiri PERKI pada tahun 1956, telah memperjuangkan misi nasionalnya yang terungkap dalam kegiatan organisasi tersebut. Kini usia PERKI sudah mencapai 56 tahun, sudah cukup matang sebagai organisasi. Pendidikan Spesialis Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (SpJP) yang dimulai sejak 1968 juga telah melaju dengan berbagai upaya dan perjuangan. Dalam masa 44 tahun telah dihasilkan 547 SpJP (30 orang telah tiada). Kini sudah ada 12 Pusat Pendidikan SpJP, berkat kerja keras Kolegium Ilmu Jantung dan Pembuluh Darah (IJPD). Namun kita harus senantiasa ingat, bahwa tuntutan bukan saja mengejar kuantitas 1.000 SpJP pada tahun 2020, tetapi juga mutu SpJP Indonesia yang minimal setara regional Asean. Semua ini bisa dicapai, kalau ada Leadership yang mumpuni. Kita sambut baik tahapan akreditasi pusat-pusat pendidikan SpJP, yang memacu upaya peningkatan mutu pendidikan SpJP agar mampu bersaing di era globalisasi. Upaya PERKI dan Kolegium IJPD menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang kardiovaskular, merupakan sumbangsih kepada negara demi terciptanya kesehatan masyarakat yang prima, khususnya dalam bidang kesehatan Kardiovaskular.
Mengapa Leadership itu penting dan apa sebenarnya Leadership itu?
Leadership dalam suatu organisasi profesi yang mempunyai misi nasional seperti PERKI, disamping membangun kemampuan profesional serta kesejahteraan anggotanya, yang juga penting adalah membangun integritas anggota!
Leadership bukan sekedar mengelola suatu organisasi, tetapi ada hal-hal yang perlu diperhatikan.
Essensi Leadership adalah, bahwa seorang pemimpin harus memiliki visi yang jelas. Dikatakan, tidak bisa seorang pemimpin hanya meniup trompet yang tak jelas nada dan arahnya. (Theodore M. Hesburgh)
Dan khususnya dalam abad millenium ini dikatakan : Kita melihat jauh memasuki abad berikut, Pemimpin itu adalah mereka yang mampu mendorong dan menguatkan orang lain untuk berkarya. (Bill Gates)
PERKI lahir dari suatu pikiran yang maju di masanya, sekarang para pimpinan PERKI dituntut mempunyai pikiran yang lebih maju lagi, sesuai perkembangan zaman yang begitu cepat. Marilah kita simak apa yang telah dicapai PERKI dalam mengemban misi nasionalnya, sekaligus juga dari segi pengembangan kemampuan dan jejaring profesional anggotanya.
Kalau pada KOPERKI - I tahun 1974 PERKI memantapkan misi dan program internalnya, maka tahun 1975 PERKI menggagas dan memprakarsai berdirinya organisasi Profesi Kedokteran ASEAN pertama, yaitu: Asean Federation of Cardiology. Inisiatif ini timbul sesudah ASEAN dideklarasikan pada tahun 1967 di Bangkok.
Karena berbagai kesulitan terutama finansial, barulah sebelas tahun kemudian, pada 1986 The 1st ASEAN Conference of Cardiology dapat diselenggarakan. Peristiwa ini berhasil membawa nama harum PERKI ke forum ilmiah International Kardiovaskular, PERKI mulai aktif berinteraksi dengan profesi kardiovaskular mancanegara. Dan sejak itu berkembang terus, makin luas dan beragam kerjasama terlaksana, berkat kepemimpinan PERKI selanjutnya, diperkuat dengan adanya tugas belajar anggota PERKI dari instansi kerja masing-masing. Kini, setiap ASMIHA kita melihat kerja-sama dengan jejaring nasional dan internasional, seperti misalnya ditahun 2012 ini, dengan : World Heart Federation, European Society of Cardiology, Asian Pacific Society of Cardiology, Asean Federation Cardiology, Macedonian Society of Cardiology, Japanese Circulation Society, Philipine Heart Association, Australia and New Zealand Society of Cardiology.
Kemitraan dengan Perhimpunan Profesi berkembang pula dalam bentuk organisasi seminat: InaSH (Indonesian Association of Hypertension) sejak tahun 2006, ANVIN (Perhimpunan Vaskular Indonesia) sejak 2004, PERKANI (Perhimpunan Kardiologi Anak Indonesia) sejak 2007 dan beberapa lagi. PERKI berperan penting dalam pengembangan kemitraan tersebut, sebagai upaya mendukung misi nasional peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, maupun meningkatkan kualitas dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah. Bahkan organisasi-organisasi seminat tersebut telah mendapat kepercayaan internasional untuk menjadi penyelenggara : The 53rd Annual World Congress International College of Angiology International Congress of College Angiology tahun 2010 di Bali, dan Asean Scientific Meeting of Pediatric Cardiology bersama ASMIHA XX tahun 2011. Tentu kita juga harus segera mempersiapkan dengan sebaik-baiknya : International Congress on Angiology tahun 2013, Asia Pacific Congress on Heart Failure tahun 2014, dan Asia Pacific Congress on Hypertension tahun 2015. Pengembangan jejaring adalah sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi, serta menggairahkan perkembangan ilmu itu sendiri. Hendaknya anggota PERKI siap dengan berbagai karya ilmiah berbobot, yang layak dipresentasikan dalam forum-forum ini.
Kita menyaksikan pula bahwa Ketua PP PERKI tahun lalu memprakarsai pengembangkan Upaya Kemitraan untuk program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM) atau lazim disebut NCD (Non-Communicable Diseases), suatu strategi program Internasional dan Nasional yang amat penting ke depan. PERKI telah tampil sebagai motor dari aliansi kerjasama Pemerintah –Profesi Kedokteran– Lembaga Swadaya Masyarakat dalam memerangi PTM di Indonesia. Perlu dicatat pula kehadiran Ketua PP PERKI dalam UN (PBB) Summit 2011 di New York, yang merupakan High-level Meeting negara-negara anggota PBB. Eksekusinya telah menghasilkan kesepakatan baru, yaitu bahwa NCD termasuk target MDG tahun 2015, suatu milestone yang patut dicatat. Ini menandai dimulainya perhatian yang lebih besar baik dari pemerintah maupun kalangan penyandang kepentingan internasional terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan PTM, khususnya penyakit kardiovaskular, bidang yang kita tekuni. Lalu, sudah siapkah PERKI untuk itu?
Terealisasinya PERKI HOUSE tahun 2008 adalah suatu lompatan cerdas. Maknanya seperti DALAS HEART HOUSE, sebagai tempat pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh American Heart Association. Berbagai jenis pelatihan diselenggarakan disana, seperti ACLS, BCLS, kursus EKG dan lain-lain. PERKI kini sudah melatih ACLS sekitar 30.000 dokter di seluruh Indonesia, serta mengembangkan kursus Bantuan Hidup Dasar untuk masyarakat awam bersama Yayasan Jantung Indonesia.
Menyemangati dan membina kaderisasi. Konsolidasi Majalah Kardiologi dan Tabloid Kardiovaskuler juga merupakan upaya yang patut dicermati kemajuannya. Tampak bahwa pengembangan kader-kader muda sebagai pengemban misi PERKI selanjutnya, merupakan langkah yang bijak dalam leadership PERKI.
Namun ada hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu bahwa leadership yang telah diperlihatkan oleh Pengurus Pusat juga perlu diikuti leadership di cabang dan komisariat. Mempercayakan tugas pengemban misi kepada generasi yang lebih muda, perlu dilakukan oleh berbagai lini. Sangat disayangkan bahwa ada beberapa daerah yang tidak menunjukkan leadership seperti itu, enggan lengser dari kedudukannya, barangkali takut pamornya akan turun. Perasaan seperti itu adalah keliru. Justru bila yang muda diberi kesempatan dan bimbingan, sang pemimpin akan lebih terhormat, dan organisasi akan tumbuh lebih subur. Bila mereka merasa belum siap adalah tugas sang pemimpin untuk membantu menyiapkan mereka dalam leadership.
Di sana-sini di masyarakat, kita melihat bahwa obsesi menduduki pimpinan adalah suatu keinginan untuk pamornya. Padahal…….., kunci keberhasilan kepemimpinan adalah pengaruh yang diberikan, bukan otoritas.
Yang penting pula menjadi perhatian kita, adalah membangun integritas anggota PERKI. Dalam integritas berarti pula tidak menyalahgunakan wewenang, misalnya dengan UANG. Hal ini khususnya dalam memberikan kesempatan pendidikan Spesialis yang sekarang sudah terdesentralisasi. Tentu dalam berbagai jabatan, kewenangan ini juga harus mendapat perhatian.
Jagalah harga diri dan harga korps PERKI. Patuhilah integritas dan etika PERKI, perkumpulan yang kita hormati dan banggakan dalam kehidupan profesi kita sehari-hari. Dia dilahirkan dari suatu dorongan idealisme dan kebangsaan, dia harus berkembang pula dengan suatu naluri perjuangan yang baik dan terhormat.
Leadership and learning are indispensable to each other. (John F. Kennedy)
Dirgahayu kader-kader dan anggota PERKI! Dirgahayu Tabloid Profesi Kardiovaskuler!
Lily I. Rilantono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar