“eplerenone seringkali menyebabkan penurunan awal eGFR, dimana hal ini tidak berefek pada keuntungan klinis dari hasil akhir kardiovaskuler”
Penurunan fungsi ginjal merupakan faktor prognostik mayor pada gagal jantung (HF) akut dan kronis, meskipun pengobatan farmakologis memperbaiki prognosis pasien tersebut.
ACEI dan ARB telah mencegah progresivitas albuminuria dan disfungsi ginjal pada berbagai jenis populasi pasien, tetapi dapat menimbulkan perubahan pengukuran laju filtrasi glomerulus (eGFR) yang akut pada pasien HF.
Untuk mengetahui efek jangka pendek dan panjang dari epleronone terhadap fungsi ginjal dan menentukan penentu serta perubahan klinis fungsi ginjal pada pasien studi EPHESUS, dilakukanlah studi oleh Rossignol et al.
Perubahan serial pada eGFR terdapat pada 5792 pasien selama 2 tahun follow up. Dimana pasien yang diberikan eplerenone mengalami penurunan eGFR dengan perbedaan mean -1.4 ± 0.3mL/min/1.73m2 dibandingkan dengan placebo (p < 0.0001).
Efeknya nampak pada bulan pertama (-1.3 ± 0.4mL/min/1.73m2) dan bertahan selama studi ini berlangsung.
914 pasien mengalami penurunan eGFR >20% pada bulan pertama, 16.9% pada kelompok eplerenone dan 14.7% kelompok placebo (OR 1.15; 95%CI 1.02-1.30; p = 0.017).
Pada analisis multivariate, penentu dari penurunan awal ini didapatkan dari jenis kelamin wanita, usia ≥ 65 tahun, merokok, LVEF < 35%, serta penggunaan eplerenone dan diuretik loop.
Penurunan awal eGFR > 20% dihubungkan dengan hasil akhir kardiovaskuler yang buruk secara independen berhubungan dengan eGFR dan penggunaan eplerenone.
(Circulation 2012; 125: 271-9)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar