Tahun 2011 telah berlalu, semoga para sejawat anggota PERKI mempunyai kesan yang indah pada periode yang baru saja lewat ini! Bagi teman-teman umat Kristiani di seluruh penjuru tanah air kami mengucapkan “Selamat Natal 2011”, dan bagi semuanya “Selamat Tahun Baru 2012”. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan berkahNya bagi kita semua di masa-masa yang akan datang, melebihi tahun lalu…………… Amien…………..
Pekerjaan kita pada tahun 2012 tentu akan bertambah banyak, karena dari tahun ke tahun penyakit kardiovaskuler (PKV) terus meningkat prevalensinya. Global Burden of Disease Study tahun1996 meramalkan bahwa PKV akan meningkat jumlah dan persentasenya sebagai penyebab kematian manusia di seluruh dunia. Kalau pada tahun 1990 PKV mengakibatkan kematian 14.000.000 manusia (28% seluruh kematian), maka pada tahun 2020 nanti diramalkan mencapai 25.000.000 (37%). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2007, kematian akibat PKV (penyakit jantung, hipertensi dan strok) mencapai 31,9%. Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah pernyataan WHO bahwa 76% kematian akibat PKV akan terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Tentu keberhasilan pengendalian PKV di negara-negara maju patut kita tiru.
Kalau laporan WHO (2010) memperkirakan angka seluruh kematian di Indonesia mencapai 6,25 per 1000 penduduk, berarti ada 1.500.000 kematian pada tahun 2010 dan 478.500 diantaranya diakibatkan oleh PKV. Meskipun Riskesdas 2007 menyebutkan angka kematian akibat strok mencapai 15,4% sedangkan akibat penyakit jantung dan hipertensi 16,5%, tetapi WHO pada tahun 2004 mengestimasikan perbandingan kematian akibat penyakit jantung dan hipertensi terhadap kematian akibat penyakit serebrovaskuler untuk wilayah Asia Tenggara adalah 15 :7 (gambar 1). Dengan demikian, diperkirakan 326.250 (27.188 perbulan) kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit jantung iskemik, penyakit jantung reumatik dan penyakit jantung hipertensi.
Gambar 1. Estimasi Proposi Kematian (%) WHO South-East Region 2004. Kematian di negara-negara Asia Tenggara akibat penyakit jantung iskemik, hipertensi, penyakit jantung reumatik masing-masing mencapai 13,9%, 1%, 0,8% pada laki-laki dan 12,3%, 1,1%, 0,9% pada perempuan. Sedangkan kematian akibat penyakit serebrovaskular mencapai 6,6% pada laki-laki dan 7,5% pada perempuan.
Anggota PERKI memang harus terus menggaungkan pentingnya menghindari berbagai faktor risiko PKV seperti merokok, dislipidemia, kurang berolahraga, hipertensi, diabetes mellitus, obesitas dan stress. Menurut Riskesdas 2007, prevalensi hipertensi pada usia >18 tahun mencapai 29,8%, tetapi tidak lebih dari seperempatnya saja dari populasi ini yang mengetahui dirinya mengidap hipertensi dan menerima pengobatan. Hal serupa terjadi pada diabetes mellitus, yang prevalensinya di Indonesia mencapai 5,7%. Kebiasaan berolah raga setiap hari 30 menit atau makan sayur dan buah lima kali sehari seperti yang dianjurkan WHO, belum menjadi kebiasaan sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebaliknya, kebiasaan buruk merokok masih sangat tinggi, dan tidak terlihat penurunan bermakna dari tahun ketahun. Riskesdas 2010 melaporkan bahwa laki-laki usia 15 tahun keatas 66% perokok, mengakibatkan 76% penduduk menjadi perokok pasif. Prevensi primordial (mencegah berkembangnya faktor risiko), prevensi primer (manajemen faktor risiko) dan prevensi sekunder (manajemen penyakit) untuk PKV, benar-benar harus mendapat perhatian seluruh anggota PERKI.
Dominasi PKV sebagai masalah kesehatan di Indonesia semakin hari semakin nyata, oleh sebab itu cabang-cabang PERKI telah menyelenggarakan acara ilmiah untuk memberikan bekal ilmu dan pengetahuan bagi para dokter umum, spesialis lain dan juga Ners atau Teknisi kardiovaskuler. Acara demikian selalu mendapat sambutan dengan melimpahnya peserta. The 1st Depok Cardiovascular update yang dilaksanakan di akhir 2011 terpaksa menolak peserta yang mendaftar onsite.
Perkembangan Sub-spesialisasi bidang kardiovaskuler di Indonesia pada tahun 2011 sungguh menggembirakan, tercatat beberapa kegiatan besar seperti:
Kelompok Vascular (Indonesian Society of Vascular Medicine) tahun2011 mendapat kepercayaan untuk menyelenggarakan The 53rd Annual World Congress International College of Angiology di Nusa Dua Bali. Tentu keindahan pulau dewata telah mengundang decak kagum para peserta luar negeri, yang umumnya ingin kembali ke Indonesia.
Kelompok Kerja Prevensi dan Rehabilitasi Kardiovaskular (Indonesian Cardiovascular Prevention and Rehabilitation / Ina CP*R) telah bangkit kembali dengan menyelenggarakan Workshop di Surabaya. Acara ini berlangsung sukses berkat dukungan PERKI dari berbagai cabang di seluruh Indonesia. Angkat topi pada PERKI cabang Padang yang mengirim 3 peserta, termasuk sesepuhnya Prof. Asnil Sahim. Prof. WayanWita dari PERKI cabang Bali juga tidak ketinggalan, dengan kameranya yang selalu mampu membidik obyek-obyek menarik termasuk jembatan Suromadu. Kerja keras dr. Dyana Sarvasti SpJP dan kawan-kawan PERKI cabang Surabaya telah mampu memberikan jawaban, bahwa PERKI sangat peduli dengan upaya prevensi dan rehabilitasi.
Kelompok Kerja Echocardiografi (Indonesian Society of Echocardiography / ISE) rutin setiap tahun menyelenggarakan pertemuan ilmiah di Jakarta. Acara ini juga mendapat perhatian banyak peserta. Beberapa anggota ISE telah menghadiri annual scientific meeting Euro -- Echo di Budapest. Prof. Madjid, SpPD, SpJP (anggotaPERKI Medan) mempresentasikan tesisnya mengenai echocardiography dalam forum bergengsi ini, suatu hadiah untuk kolega kita yang pantang menyerah ini. Dr. Arif Nugroho SpJP Staf Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FK Universitas Diponegoro / RSUD Dr. Kariadi Semarang kini sedang berada di Utrech-Netherland mengikuti pelatihan Echocardiografi sebagai bekal untuk menyandang gelar konsultan di bidang tersebut. Dalam ASMIHA 21 yang akan datang, tokoh Echo Eropah dr. Pinto dari Portugal yang juga menjadi ketua Affiliate Member European Society of Cardiology akan hadir, jangan sampai terlewatkan.
Kelompok Intervensi Kardiovaskular (Indonesian Society of Interventional Cardiology / ISIC) juga telah menyelenggarakan pertemuan ilmiah tahunan di Jakarta. Acara yang disertai dengan transmisi dari laboratorium kateterisasi Semarang dan Medan membuktikan bahwa, daerah-daerah di luar Jabodetabek juga berkembang pesat.
Pada tahun 2011 ini 40 anggota tim pengajar ACLS – PERKI telah mengikuti sertifikasi ACLS-American Heart Association, membuat tim ACLS – PERKI berstandar Internasional. Pengakuan dari PP SDM KementerianKesehatan RI juga telah diperoleh, disamping dari IDI yang memang sudah lama didapat. Hal yang membanggakan adalah kemampuan PERKI untuk menyelenggarakan 10 kelas sekaligus pada setiap akhir minggu, sehingga peserta tahun 2011 menembus angka 6000. Sungguh kita harus bangga dan memberikan apresiasi kepada teman-teman yang telah mengorbankan akhir minggunya untuk mengajar keseluruh penjuru tanah air.
PERKI juga membantu Yayasan Jantung Indonesia (YJI) dalam menyiapkan pelatih Bantuan Hidup Dasar (BHD) untuk awam. Demo 300 pelatih BHD yang terdiri dari anggota YJI di Monas beberapa minggu lalu adalah bukti bahwa kerja keras anggota PERKI tak sia-sia.
Pada tahun 2011 enam anggota PERKI berada di Divisi Echocardiography dan Divisi Vascular Phillipine Heart Center secara bergiliran, selama 4 minggu. Program ini terlaksana berkat kerjasama dengan Phillipine Heart Association dan dukungan Perusahaan Farmasi Darya Terafarma. Direncanakan pada tahun 2012 program serupa untuk para intervensionis dapat dilaksanakan, bekerjasama dengan Vietnam Society of Cardiology. Program semacam ini akan memberikan wawasan yang lebih luas bagi para anggota PERKI, terutama bagi mereka yang bekerja sebagai staf pengajar di pusat-pusat pendidikan.
PERKI juga mempunyai peran sentral dalam Aliansi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PP-PTM). Pada tanggal 5-7 Desember 2011 Aliansi PP-PTM atas dukungan WHO telah menyelenggarakan workshop untuk menilai apakah Paket Essensial untuk PTM yang dibuat oleh WHO dapat diaplikasikan di fasilitas pelayanan primer (Puskesmas) Indonesia. Acara ini difasilitasi oleh WHO Head Quarter (Genewa) dr. Shanthi Mandis dan WHO SEARO (New Delhi) dr. Renu Garg.
Yang tak kalah serunya kejadian di akhir tahun 2011 adalah lahirnya Indonesian Women Cardiologist (IWoC), yaitu grup dokter SpJP perempuan. Tujuan dibentuknya IWoC adalah untuk menggiatkan program Go Red for Women, mempererat hubungan sesama SpJP perempuan dan memberikan peluang lebih besar bagi SpJP perempuan untuk berkembangdalam kariernya. Mereka berkomunikasi melalui black-berry dalam 2 grup. Dari komunikasi ini kita dapat memantau aktifitas para Srikandi PERKI yang bekerja sendiri di daerah-daerah, seperti: dr. Darti SpJP di Papua, dr. Leonora SpJP di NTT, dr. Sri Hastuti SpJP di Bengkulu dan dr. Novita SpJP di Lhokseumawe. Kesulitan mereka dapat dicarikan solusinya bersama-sama.
Semoga refleksi atas apa yang telah PERKI lakukan pada tahun 2011 menjadi pendorong bagi kita semua untuk bekerja lebih giat lagi bagi nusa, bangsa dan negara. Bravo PERKI !
Ketua PP PERKI
dr. Anna Ulfah Rahajoe, SpJP(K), FIHA