DIABETES mellitus tipe 2 meningkatkan dua kali lipat komplikasi kardiovaskuler pada pasien dengan atau tanpa penyakit kardiovaskuler, dan kebanyakan pasien DMT2 meninggal karena penyakit kardiovaskuler. Walaupun perbaikan kontrol glikemik secara berulang akan mengurangi komplikasi mikrovaskuler, ketidakjelasan masih menjadi pertanyaan apakah strategi penurunan glukosa atau pemberian obat terapi spesifik aman dari kejadian kardiovaskuler atau dapat mengurangi risiko kardiovaskuler.
Dengan kemungkinan pengecualian terhadap studi metformin dan insulin, kebanyakan studi yang dilaporkan mengevaluasi efek keluaran kardiovaskuler terhadap strategi penurunan glukosa spesifik atau medikasi lainnya dilaporkan terbatas pada nilai kekuatan suatu studi atau tidak memiliki signifikansi keuntungan kardiovaskuler ataupun adanya peningkatan risiko kematian atau gagal jantung.
Walau demikian, hal ini masih menjadi kebutuhan klinis yang kuat untuk mengidentifikasi oabt antihiperglikemik yang aman dan secara potensial dapat mengurangi komplikasi kardiovaskuler. Lebih lanjut, pada tahun 2008, FDA dan Agensi Kesehatan Eropa secara berkelanjutan melakukan revisi terhadap proses pemasaran obat baru penurunan glukosa yang membutuhkan keamanan kardiovaskuler.
Saxagliptin merupakan inhibitor selektif 4 peptidase dipeptidil, dimana studi fase 2-3 memperbaiki kontrol glikemik dibandingkan dengan placebo dan menurunkan risiko mayor kejadian kardiovaskuler.
Oleh karena itu dilakukan studi SAVOR-TIMI53 untuk mengevaluasi keamanan dan kegunaan saxagliptin terhadap keluaran kardiovaskuler pasien DMT2 yang memiliki risiko kejadian kardiovaskuler.
Randomisasi 16,492 pasien DMT2 yang memiliki riwayat atau risiko kejadian kardiovaskuler diberikan saxagliptin atau placebo dan dilakukan follow-up selama median 2.1 tahun. Dokter yang merawat diizinkan untuk menaikkan atau menurunkan terapi lainnya termasuk obat antihiperglikemia.
Keluaran primer adalah kematian kardiovaskuler, infark miokard atau stroke iskemik. Hasil akhir primer terjadi pada 613 pasien kelompok saxagliptin dan 609 pasien kelompok placebo (7.3% dan 7.2%, berdasarkan 2 tahun perhitungan Kaplan-Meier; HR saxagliptin 1.00; 95% CI 0.89-1.12; p = 0.99 untuk superioritas; p < 0.001 untuk non inferioritas); hasil tersebut sama dengan analisis “on treatment” (HR 1.03; 95% CI 0.91-1.17).
Hasil akhir sekunder mayor dari kematian kardiovaskuler, infark miokard, stroke, hospitalisasi angina tidak stabil, revaskularisasi koroner atau gagal jantung terjadi pada 1059 pasien kelompok saxagliptin dan 1034 pasien kelompok placebo (12.8% dan 12.4%, berdasarkan perhitungan 2 tahun Kaplan-Meier; HR 1.02; 95% CI 0.94-1.11; p = 0.66).
Banyak pasien kelompok saxagliptin dibanding kelompok placebo yang dirawat inap karena gagal jantung (3.5% vs 2.8%; HR 1.27; 95% CI 1.07-1.51; p = 0.007). Kasus pankreatitis akut dan kronis ditemukan sama pada kedua kelompok (pankreatitis akut 0.3% pada kelompok saxagliptin dan 0.2% pada placebo; pankreatitis kronis < 0.1% pada saxagliptin dan 0.1% pada placebo).
Inhibitor DPP-4 saxagliptin tidak mengurangi atau meningkatkan hasil akhir primer kematian kardiovaskuler, infark miokard atau stroke iskemik ketika ditambahkan pada terapi standar pasien risiko tinggi kejadian kardiovaskuler, walau telah memenuhi kriteria non inferior dibanding placebo, tetapi tidak memberikan keuntungan kardioprotektif.
Saxagliptin dihubungkan dengan perbaikan kontrol glikemik secara signifikan dan perkembangan ke arah yang baik pada mikroalbuminuria; walau mening-katkan risiko hospitalisasi karena gagal jantung dan risiko kejadian hipoglikemik. Saxagliptin dengan beberapa DPP-4 lainnya berperan sebagai obat antihiperglikemik oral yang diakui sebagai pengontrol glikemik.
Terdapat beberapa penjelasan potensial untuk menjawab kenapa saxagliptin tidak mengurangi kejadian iskemik walau telah mencapai kontrol glikemik. Pertama, paparan obat saxagliptin mungkin belum cukup lama untuk melawan efek tahunan proses pro aterosklerosis pada pasien DMT2 yang lebih dari 10 tahun. Kedua, perbedaan aktual nilai hemoglobin terglikasi diantara kelompok studi secara relatif cukup kecil karena penambahan terapi antihiperglikemik yang diberikan oleh dokter yang merawat dan lebih sering diberikan pada kelompok kontrol dibandingkan saxagliptin. (N Engl J Med 2013.DOI: 10.1056/NEJMoa1307684)
Dengan kemungkinan pengecualian terhadap studi metformin dan insulin, kebanyakan studi yang dilaporkan mengevaluasi efek keluaran kardiovaskuler terhadap strategi penurunan glukosa spesifik atau medikasi lainnya dilaporkan terbatas pada nilai kekuatan suatu studi atau tidak memiliki signifikansi keuntungan kardiovaskuler ataupun adanya peningkatan risiko kematian atau gagal jantung.
Walau demikian, hal ini masih menjadi kebutuhan klinis yang kuat untuk mengidentifikasi oabt antihiperglikemik yang aman dan secara potensial dapat mengurangi komplikasi kardiovaskuler. Lebih lanjut, pada tahun 2008, FDA dan Agensi Kesehatan Eropa secara berkelanjutan melakukan revisi terhadap proses pemasaran obat baru penurunan glukosa yang membutuhkan keamanan kardiovaskuler.
Saxagliptin merupakan inhibitor selektif 4 peptidase dipeptidil, dimana studi fase 2-3 memperbaiki kontrol glikemik dibandingkan dengan placebo dan menurunkan risiko mayor kejadian kardiovaskuler.
Oleh karena itu dilakukan studi SAVOR-TIMI53 untuk mengevaluasi keamanan dan kegunaan saxagliptin terhadap keluaran kardiovaskuler pasien DMT2 yang memiliki risiko kejadian kardiovaskuler.
Randomisasi 16,492 pasien DMT2 yang memiliki riwayat atau risiko kejadian kardiovaskuler diberikan saxagliptin atau placebo dan dilakukan follow-up selama median 2.1 tahun. Dokter yang merawat diizinkan untuk menaikkan atau menurunkan terapi lainnya termasuk obat antihiperglikemia.
Keluaran primer adalah kematian kardiovaskuler, infark miokard atau stroke iskemik. Hasil akhir primer terjadi pada 613 pasien kelompok saxagliptin dan 609 pasien kelompok placebo (7.3% dan 7.2%, berdasarkan 2 tahun perhitungan Kaplan-Meier; HR saxagliptin 1.00; 95% CI 0.89-1.12; p = 0.99 untuk superioritas; p < 0.001 untuk non inferioritas); hasil tersebut sama dengan analisis “on treatment” (HR 1.03; 95% CI 0.91-1.17).
Hasil akhir sekunder mayor dari kematian kardiovaskuler, infark miokard, stroke, hospitalisasi angina tidak stabil, revaskularisasi koroner atau gagal jantung terjadi pada 1059 pasien kelompok saxagliptin dan 1034 pasien kelompok placebo (12.8% dan 12.4%, berdasarkan perhitungan 2 tahun Kaplan-Meier; HR 1.02; 95% CI 0.94-1.11; p = 0.66).
Banyak pasien kelompok saxagliptin dibanding kelompok placebo yang dirawat inap karena gagal jantung (3.5% vs 2.8%; HR 1.27; 95% CI 1.07-1.51; p = 0.007). Kasus pankreatitis akut dan kronis ditemukan sama pada kedua kelompok (pankreatitis akut 0.3% pada kelompok saxagliptin dan 0.2% pada placebo; pankreatitis kronis < 0.1% pada saxagliptin dan 0.1% pada placebo).
Inhibitor DPP-4 saxagliptin tidak mengurangi atau meningkatkan hasil akhir primer kematian kardiovaskuler, infark miokard atau stroke iskemik ketika ditambahkan pada terapi standar pasien risiko tinggi kejadian kardiovaskuler, walau telah memenuhi kriteria non inferior dibanding placebo, tetapi tidak memberikan keuntungan kardioprotektif.
Saxagliptin dihubungkan dengan perbaikan kontrol glikemik secara signifikan dan perkembangan ke arah yang baik pada mikroalbuminuria; walau mening-katkan risiko hospitalisasi karena gagal jantung dan risiko kejadian hipoglikemik. Saxagliptin dengan beberapa DPP-4 lainnya berperan sebagai obat antihiperglikemik oral yang diakui sebagai pengontrol glikemik.
Terdapat beberapa penjelasan potensial untuk menjawab kenapa saxagliptin tidak mengurangi kejadian iskemik walau telah mencapai kontrol glikemik. Pertama, paparan obat saxagliptin mungkin belum cukup lama untuk melawan efek tahunan proses pro aterosklerosis pada pasien DMT2 yang lebih dari 10 tahun. Kedua, perbedaan aktual nilai hemoglobin terglikasi diantara kelompok studi secara relatif cukup kecil karena penambahan terapi antihiperglikemik yang diberikan oleh dokter yang merawat dan lebih sering diberikan pada kelompok kontrol dibandingkan saxagliptin. (N Engl J Med 2013.DOI: 10.1056/NEJMoa1307684)
SL Purwo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar