PILAR utama tatalaksana pasien dengan penyakit jantung koroner (PJK) meliputi modifikasi gaya hidup, obat-obatan yang optimal, dan pada kasus tertentu dapat dilakukan tindakan intervensi baik bedah maupun non-bedah. Akan tetapi, ternyata didapatkan bahwa sebagian pasien masih mengalami keluhan angina walaupun telah mendapat berbagai tatalaksana tersebut, sedangkan sebagian lainnya tidak bisa mendapatkan berbagai terapi di atas dengan berbagai sebab. Untuk membantu populasi pasien tersebut, dikembangkan berbagai modalitas terapi baru seperti neurostimulation (transcutaneous electrical nerve stimulation and spinal cord stimulation), enhanced external counterpulsation (EECP) therapy, laser revascularization techniques, terapi genetik dan ESMR. Pada Tabloid Kardiovaskular edisi sebelumnya telah dibahas seluk beluk terapi ESMR.
Terapi EECP terdiri dari kompresi ektremitas bawah oleh manset selama fase diastolik yang diikuti dengan dekompresi selama sistolik. Mekanisme ini menghasilkan efek hemodinamik serupa dengan IABP (intraaortic balloon pump) ditambah dengan efek meningkatkan aliran balik vena (venous return). Kompresi menyebabkan aliran retrograde pada arteri sehingga mengalirkan darah kaya oksigen ke pembuluh darah koroner dan pada saat yang bersamaan meningkatkan aliran balik vena. Pada fase sistolik, semua manset secara simultan mengempis sehingga menurunkan beban kerja jantung. Teknik EECP ini sebenarnya telah mulai dikembangkan sejak lebih dari 50 tahun yang lalu oleh para peneliti di Universitas Harvard.
Mekanisme bagaimana EECP dapat memperbaiki gejala PJK masih terus diteliti hingga saat ini. Pada awalnya, diperkirakan EECP dapat memicu pertumbuhan pembuluh darah kolateral dengan meningkatkan produksi nitric oxide (NO) dan menurunkan kadar endotelin-1, seperti yang dilaporkan oleh Akhtar dkk dan Masuda dkk. Pada studi-studi yang lebih baru dilaporkan bahwa EECP dapat meningkatkan stabilitas endotel koroner, suatu efek yang serupa dengan olahraga atletik. Arora dkk dan Chen dkk melaporkan peningkatan level vascular endothelial growth factor (VEGF) setelah terapi dengan EECP. VEGF berperan dalam proses angiogenesis pada miokard yang iskemik. Penelitian lain menunjukkan bahwa EECP dapat meningkatkan uptake oksigen (VO2) dan menurunkan demand oksigen jantung.
Dari sisi klinis, terapi PJK dengan EECP dilaporkan dapat menurunkan keluhan angina dan frekuensi penggunaan nitrat, meningkatkan kapasitas fungsional, memperpanjang waktu timbulnya depresi segmen ST saat latihan dan memperbaiki defek perfusi miokard. Penelitian yang dilakukan oleh Lawson dkk melaporkan bahwa EECP juga bermanfaat bagi pasien PJK yang memiliki disfungsi ventrikel kiri yang tampak dengan perbaikan kelas angina, peningkatan volume sekuncup (stroke volume) serta cardiac index serta penurunan resistensi vaskuler sistemik. Hasil yang positif juga didapatkan pada terapi pasien gagal jantung dengan EECP seperti yang dilaporkan oleh studi PEECH (Prospective Evaluation of EECP in Heart Failure).
Perlu diingat bahwa walaupun telah dilaporkan memiliki banyak manfaat, terapi EECP juga memiliki efek samping dan tidak dapat diaplikasikan pada semua pasien. EECP dikontraindikasikan pada beberapa kondisi seperti koagulopati, beberapa jenis aritmia, gagal jantung akut, insufisiensi aorta sedang-berat, penyakit arteri perifer berat, hipertensi berat, aneurisma aorta, penyakit vena seperti DVT atau emboli paru dan pada wanita hamil. Efek samping yang mungkin dijumpai di antaranya adalah nyeri pada tungkai bawah, abrasi kulit, ekimosis, hematom, parestesi dan perburukan gagal jantung. (JACC; 2007:1523–31)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar