“Baik tinggi maupun rendahnya kadar natrium dihubungkan secara independen dengan tingginya mortalitas pada pasien non dialisa CKD, tanpa memperhitungkan adanya CHF”.
HIPONATREMIA merupakan salah satu gangguan elektrolit terbanyak yang ditemukan pada pasien rawat inap. Hiponatremia dihubungkan dengan berbagai keluaran klinis yang tidak diharapkan seperti peningkatan mortalitas, lamanya perawatan, gangguan keseimbangan dan risiko jatuh, rabdomiolisis dan patah tulang, serta juga dihubungkan dengan peningkatan biaya.
Pasien CKD mungkin lebih sering terkena disnatremia yang diakibatkan ketidakmampuan mempertahankan homeostasis oleh sebab berkurangnya fungsi ginjal. CHF sering kali ditemukan pada pasien-pasien CKD, akan tetapi hubungan antara konsentrasi natrium dengan mortalitas pada pasien tersebut belum jelas. Oleh karena itu dilakukanlah studi cohort Lu et al., dengan menggunakan 655.493 veteran AS tanpa dialisa CKD (95.961[15%] veteran dengan CHF) diobservasi selama 5,5 tahun. Hubungan antar variabel dianalisa dengan regresi Cox, juga untuk mengurangi adanya variabel perancu. Selama median follow-up 5,5 tahun, 193.956 pasien meninggal (tingkat mortalitas 62,5/1000 pasien pertahun; 95% CI 62,2 – 62,8).
Hubungan antara tingkat natrium dengan mortalitas terlihat seperti kurva U, dengan mortalitas terendah terdapat pada tingkat natrium 140 ,Eq/L dan dengan tingkat terendah serta tertinggi menunjukkan hubungan yang signifikan dengan peningkatan mortalitas. Pasien dengan tingkat natrium < 130, 130 sampai 135,9 dan 145,1 sampai 150 serta >= 150 mEq/L dibandingkan dengan tingkat 136 sampai 145 mEq/L memiliki HR 1,93 (95%CI 1,83-2,03), 1,28(1,26-1,30), 1,33(1,28-1,38) (p < 0,001).
Hipo dan hipernatremia dihubungkan dengan peningkatan mortalitas seluruh sebab pada pasien non dialisa CKD. Hubungan ini secara independen berkaitan dengan kondisi-kondisi komorbid dan tingkat keparahan penyakit ginjal. Tingkat natrium yang abnormal dapat digunakan sebagai prediktor hasil keluaran pada populasi pasien dan target terapi. (Circulation 2012; 125: 677-684)
SL Purwo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar