HAMPIR dua-pertiga dari 400.000 pasien yang menjalani angiografi koroner diagnostik elektif pada 601 rumah sakit Amerika Serikat ternyata tidak mengidap penyakit arteri koroner obstruktif.
Ini bukan penggunaan yang efisien atas sumber-sumber layanan kesehatan, dan suatu faktor yang nyata pada kinerja yang buruk ini adalah rendahnya nilai prediktif positif dari metode uji-beban non-invasif untuk iskhemia miokard. Hal ini disampaikan oleh Dr. Manesh R. Patel pada sesi ilmiah tahunan the American Heart Association.
Panduan praktis klinik merekomendasikan pencatatan iskhemia melalui uji beban non-invasif sebelum mempertimbangkan angiografi koroner diagnostik. Hal ini dikerjakan pada 84% kasus pada serial ini, yang diambil dari the American College of Cardiology National Cardiovascular Data Registry. Namun demikian nilai prediktif positif (the positive predictive value) uji non-invasif hanya 41% menurut Dr. Patel dari Duke University, Durham, NC.
Dia melaporkan 397.954 pasien stabil tanpa riwayat sindroma koroner akut atau revaskularisasi koroner yang menjalani angiografi koroner diagnostik selama 2004-2008 dan dimasukkan ke dalam registri nasional komprehensif.
Penyakit arteri koroner obstruktif (coronary artery disease =CAD) dideteksi pada 37,5% pasien yang didasarkan pada setidak-tidaknya stenosis 50% left main artery atau stenosis 70% atau lebih pembuluh darah utama.
Pada pasien dengan obstruksi CAD, 14% memiliki skor rendah risiko Framingham, 59% pada skor moderate risiko Framingham, dan 27% pada risiko tinggi. Diantara pasien-pasien yang ditemukan tidak mengidap CAD signifikan, 39% memiliki risiko rendah skor Framingham, 52% memiliki risiko moderate skor Framingham, dan sisanya memiliki risiko tinggi skor Framingham.
Diantara 69% subyek yang dirujuk untuk angiografi sesudah uji beban positif, 41% terbukti mengidap CAD obstruktif. Dari 12% pasien yang dikirim untuk angiografi diagnostik sesudah uji beban negatif, 28% ditemukan mengidap CAD obstruktif.
Sebanyak total 16% pasien-pasien dalam serial besar ini dirujuk untuk angiografi diagnostik tanpa uji-beban sebelumnya, mungkin karena pada saat evaluasi klinik dokternya meyakini bahwa mereka memiliki kemungkinan tinggi mengidap CAD signifikan. Ternyata pada angiografi, hanya 35% dari kelompok ini terbukti mengidap CAD obstruktif.
Dengan demikian, baik hasil skor risiko Framingham maupun hasil uji-beban bukanlah pegangan yang berguna untuk menentukan siapa yang harus menjalani angiografi diagnostik. Demikian pula keluhan pasien, bukan pegangan yang berguna. Sebagai contoh, 44% pasien yang ditemukan mengidap CAD obstruktif ternyata mengidap angina stabil, meskipun 27% diantaranya tidak. Nyeri dada atipikal, yang dilaporkan oleh 37% pasien yang dirujuk untuk angiografi, ada pada 25% dari mereka yang mengidap CAD obstruktif dan pada 44% yang tidak mengidap CAD obstruktif. Secara kasar 30% dari pasien yang dirujuk untuk angiografi tidak mengalami gejala iskhemia; mereka memiliki kemungkinan yang sama untuk mengidap CAD obstruktif atau tidak.
Penyulit angiografi diagnostik terjadi pada 1,6% kasus, termasuk sebanyak 0,28% untuk penyulit vaskular, 0,12% untuk gagal ginjal, 0,62% untuk perdarahan dan 0,08% untuk stroke.
(MD Consult, News, January 5, 2009)
Cholid T Tjahjono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar