Peresepan antibiotik
yang sering digunakan seperti trimetroprim-sulfametoksazol bersamaan dengan
spirinolakton, diuretik yang digunakan untuk pasien dengan gagal jantung, dapat
meningkatkan risiko pasien usia lanjut untuk kematian mendadak, berdasarkan hasil
penelitian di Kanada. Penelitian tersebut dipublikasikan online tanggal 2
Februari 2015 oleh Canadian Medical Association Journal (CMAJ).
Para peneliti yang dipimpin oleh Tony Antoniou, PhD, dari St. Michael's Hospital di Toronto, Ontario, Canada, memeriksa data pasien berusia 66 tahun atau lebih yang diterapi dengan spirinolakton selama tahun 1994 hingga 2011. Analisis data berasal dari resep pasien, perawatan di rumah sakit dan catatan asuransi kesehatan, termasuk juga data demografik dasar dari kantor catatan kependudukan Ontario. Dari kelompok 206.319 pasien yang diteliti, 11.968 meninggal mendadak dan 349 meninggal dalam waktu 14 hari saat diresepkan satu dari lima antibiotik.
Secara garis besar, 29.141 penggunaan trimetroprim-sulfametoksazol pada pasien yang diresepkan spirinolakton terkait dengan 215 kematian dalam 14 hari, dengan nilai persentase 0,74%.
Pasien yang diresepkan trimetroprim-sulfametoksazol telah mempunyai risiko lebih dari dua kali (adjusted odds ratio [OR], 2.46; 95% dengan confidence interval [CI], 1.55 - 3.90) untuk kematian mendadak dibandingkan pasien yang diresepkan amoksilin, antibiotik yang umum lainnya.
Diantara antibiotic lainnya dalam penelitian, ciprofloxacin (adjusted OR, 1.55; 95% CI, 1.02 - 2.38) dan nitrofurantoin (adjusted OR, 1.70; 95% CI, 1.03 - 2.79) juga menunjukkan peningkatan risiko dibandingkan dengan amoksisilin, walaupun risikonya berkurang pada nitrofurantoin pada analisis selanjutnya. Norfloxacin (adjusted OR, 0.86; 95% CI, 0.47 - 1.58) menunjukkan tidak ada risiko.
Lebih dari 20 juta peresepan trimetroprim tercatat di America Serikat setiap tahunnya. Obat tersebut paling sering digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih dalam kombinasi dengan sulfametoksazol.
Penulis menyatakan bahwa trimetroprim-sulfametoksazol dan spirinolakton merupakan obat yang sering diresepkan, dan tinggi kecenderungannya untuk diresepkan bersamaan. Mereka juga menyampaikan bahwa dokter mungkin meremehkan bahayanya pada pasien dengan penyakit jantung, menyalahkan kematian akibat penyakit jantung, dibandingkan hiperkalemia.
Claudene George, MD, RPh, assistant professor of clinical medicine, geriatrik, di Albert Einstein College of Medicine, Bronx, New York, memberitahu Medscape Medical News bahwa hasil penelitian menjadi peringatan dan mereka akan merubah praktek peresepannya.
"Saya akan berpikir dua kali saat mempertimbangkan pilihan antibiotik untuk pasien dengan spirinolakton,” kata beliau. “Jika pilihan yang cocok tidak tersedia, maka kadar kalium dan fungsi ginjal harus dimonitor ketat selama terapi.”
Dr. George menyampaikan bahwa penisilin dan sefalosporin mungkin merupakan alternative antibiotic yang cocok. Ciprofloxacin biasanya merupakan alternative yang baik “tetapi juga terkait dengan peningkatan risiko dari kematian jantung mendadak, yang cukup mengejutkan,” ujarnya.
Jika tidak ada alternatif lain yang cocok, dokter harus mengawasi kadar kalium dan mempertimbangkan klirens kreatinin pasien saat obat tersebut digunakan secara bersamaan.
Dr. George menambahkan bahwa awalnya beliau berpikir bahwa fungsi ginjal memainkan peran penting yang menyebabkan hiperkalemia dan kematian mendadak, sesuatu yang tidak digali dalam penelitian.
Pada studi sebelumnya, Dr. Antoniou dan kolega menemukan bahwa trimetroprim-sulfametoksazol, dikombinasi dengan spirinolakton, mencetuskan hiperkalemia lebih dari 12 kali dibandingkan amoksisilin.
"Kami menemukan bahwa trimetoprim–sulfametoksazol terkait dengan peningkatan risiko bermakna dari kematian mendadak pada pasien usia lanjut yang menggunakan spirinolakton, sebuah temuan yang diduga akibat hiperkalemia yang dicetuskan trimetroprim. Kami juga menemukan bahwa terdapat kaitan klinis yang cukup penting pada ciprofloxacin dan kemungkinan nitrofurantoin,” penulis menyimpulkan. “Ketika tepat secara klinis, klinisi harus mempertimbangkan alternatif antibiotik lain pada pasien dalam terapi spirinolakton” (Antibiotic, Spironolactone Combo Ups Sudden Death in Elderly. Medscape. Feb 03, 2015)
Para peneliti yang dipimpin oleh Tony Antoniou, PhD, dari St. Michael's Hospital di Toronto, Ontario, Canada, memeriksa data pasien berusia 66 tahun atau lebih yang diterapi dengan spirinolakton selama tahun 1994 hingga 2011. Analisis data berasal dari resep pasien, perawatan di rumah sakit dan catatan asuransi kesehatan, termasuk juga data demografik dasar dari kantor catatan kependudukan Ontario. Dari kelompok 206.319 pasien yang diteliti, 11.968 meninggal mendadak dan 349 meninggal dalam waktu 14 hari saat diresepkan satu dari lima antibiotik.
Secara garis besar, 29.141 penggunaan trimetroprim-sulfametoksazol pada pasien yang diresepkan spirinolakton terkait dengan 215 kematian dalam 14 hari, dengan nilai persentase 0,74%.
Pasien yang diresepkan trimetroprim-sulfametoksazol telah mempunyai risiko lebih dari dua kali (adjusted odds ratio [OR], 2.46; 95% dengan confidence interval [CI], 1.55 - 3.90) untuk kematian mendadak dibandingkan pasien yang diresepkan amoksilin, antibiotik yang umum lainnya.
Diantara antibiotic lainnya dalam penelitian, ciprofloxacin (adjusted OR, 1.55; 95% CI, 1.02 - 2.38) dan nitrofurantoin (adjusted OR, 1.70; 95% CI, 1.03 - 2.79) juga menunjukkan peningkatan risiko dibandingkan dengan amoksisilin, walaupun risikonya berkurang pada nitrofurantoin pada analisis selanjutnya. Norfloxacin (adjusted OR, 0.86; 95% CI, 0.47 - 1.58) menunjukkan tidak ada risiko.
Lebih dari 20 juta peresepan trimetroprim tercatat di America Serikat setiap tahunnya. Obat tersebut paling sering digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih dalam kombinasi dengan sulfametoksazol.
Penulis menyatakan bahwa trimetroprim-sulfametoksazol dan spirinolakton merupakan obat yang sering diresepkan, dan tinggi kecenderungannya untuk diresepkan bersamaan. Mereka juga menyampaikan bahwa dokter mungkin meremehkan bahayanya pada pasien dengan penyakit jantung, menyalahkan kematian akibat penyakit jantung, dibandingkan hiperkalemia.
Claudene George, MD, RPh, assistant professor of clinical medicine, geriatrik, di Albert Einstein College of Medicine, Bronx, New York, memberitahu Medscape Medical News bahwa hasil penelitian menjadi peringatan dan mereka akan merubah praktek peresepannya.
"Saya akan berpikir dua kali saat mempertimbangkan pilihan antibiotik untuk pasien dengan spirinolakton,” kata beliau. “Jika pilihan yang cocok tidak tersedia, maka kadar kalium dan fungsi ginjal harus dimonitor ketat selama terapi.”
Dr. George menyampaikan bahwa penisilin dan sefalosporin mungkin merupakan alternative antibiotic yang cocok. Ciprofloxacin biasanya merupakan alternative yang baik “tetapi juga terkait dengan peningkatan risiko dari kematian jantung mendadak, yang cukup mengejutkan,” ujarnya.
Jika tidak ada alternatif lain yang cocok, dokter harus mengawasi kadar kalium dan mempertimbangkan klirens kreatinin pasien saat obat tersebut digunakan secara bersamaan.
Dr. George menambahkan bahwa awalnya beliau berpikir bahwa fungsi ginjal memainkan peran penting yang menyebabkan hiperkalemia dan kematian mendadak, sesuatu yang tidak digali dalam penelitian.
Pada studi sebelumnya, Dr. Antoniou dan kolega menemukan bahwa trimetroprim-sulfametoksazol, dikombinasi dengan spirinolakton, mencetuskan hiperkalemia lebih dari 12 kali dibandingkan amoksisilin.
"Kami menemukan bahwa trimetoprim–sulfametoksazol terkait dengan peningkatan risiko bermakna dari kematian mendadak pada pasien usia lanjut yang menggunakan spirinolakton, sebuah temuan yang diduga akibat hiperkalemia yang dicetuskan trimetroprim. Kami juga menemukan bahwa terdapat kaitan klinis yang cukup penting pada ciprofloxacin dan kemungkinan nitrofurantoin,” penulis menyimpulkan. “Ketika tepat secara klinis, klinisi harus mempertimbangkan alternatif antibiotik lain pada pasien dalam terapi spirinolakton” (Antibiotic, Spironolactone Combo Ups Sudden Death in Elderly. Medscape. Feb 03, 2015)
Rendy Suherman Sidik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar