Rwâneka dhâtu winuwus Buddha Wiswa, Bhinnêki rakwa ring apan kena
parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinnêka tunggal ika
tan hana dharma mangrwa. (It is said that the well-known Buddha and
Shiva are two different substances. They are indeed different, yet how is it possible to recognise their
difference in a glance, since the truth of Jina (Buddha) and the truth of Shiva is one. They are
indeed different, but they are of the same kind, as there is no duality in
Truth). ~Dr. Soewito
Santoso*)
SALAM KARDIO. Hari-hari ini para dokter dan
petugas kesehatan lainnya di Timur tengah pastilah sedang sibuk-sibuknya
bekerja karena ada eskalasi pertempuran dengan masuknya kombatan Koalisi
baru Yordania yang telah menganggap
perangnya ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) adalah perangnya sendiri
bersamaan dengan Koalisi USA, Inggris dan teman-temannya. ISIS diketahui telah
membantai Shiah, Sunni, dan Kurdi di
Siria dan Iraq. Setelah Letnan Muath Al Kassasbeh seorang Pilot F-16 Yordania
dibakar hidup-hidup dan Haruna Yukawa (42) dibunuh dengan keji, dan jurnalis
Jepang Kenji Goto (47) dipotong lehernya, dan Kayla Moeller (26) diperkirakan diculik ISIS pada 4 Agustus
2013 di kota Aleppo, usai bekerja di sebuah rumah sakit yang dikelola lembaga Doctors Without Borders asal Spanyol.Banyak pemimpin
dunia terperangah dan merasa kebi-ngungan melihat sepak terjang ISIS yang saat
ini telah menguasai sepertiga wilayah Syria dan Iraq. Dari kacamata ideal Unity in diversity sering terlihat betapa sulitnya menyatukan perbedaan berbagai kelompok sekalipun esensi
syahadat/ kredo/ pahuger-an-nya sama
dalam satu religi, mungkin politik dengan keinginan memaksakan kehendaknya
dalam memperebutkan kekuasaanlah yang membedakannya. Mereka berpesta-pora
kekerasan berdarah-darah orang lain masih menebak-nebak apa yang diperjoangkan,
yang pasti orang-orang kesehatan dan kemanusiaanlah yang “mencuci”
piring-piringnya. Boleh jadi kalau diperiksa oleh dokter yang mengikuti pola
diagnosis Freud pastilah banyak diantara mereka yang kurang sehat jiwanya,
entah depresi, paranoid maupun neurotik.
Adalah kenyataan bahwa Indonesia memiliki berbagai agama dan kepercayaan, namun umat Islam di Indonesia menempati posisi yang terbesar jumlahnya. Di dunia yang sedang bergolak memperebutkan kekuasaan ini populasi muslim di Indonesia menduduki posisi terbesar jumlahnya diharapkan pemikirannya pun dapat dijadikan juga sebagai referensi terbesar di dunia. Islam di Indonesia harus mampu menunjukkan diri sebagai Islam yang moderat dan toleran. Islam yang mampu menjaga kebersamaan dan kedamaian adalah Islam yang menjadi jalan tengah arus pemikiran solusi peradaban dunia. Itulah yang menjadi harapan Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla ketika menyampaikan pidato pembukaan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI di Pagelaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Senin (9/II-2015). “Pemikiran-pemikiran Islam yang baik harus menjadi referensi dunia, yakni Islam yang moderat, Islam yang jadi jalan tengah,” demikian menurut beliau. Pertemuan ini difahami sebagai pertemuan puncak para ulama, cendekiawan, pengusaha, dan perwakilan ormas Islam se-Indonesia, dihadiri sekitar 400 peserta.
Ada baiknya para dokter dan siapa saja juga belajar dari alam, alam semesta seakan-akan membuka dirinya bahwa ia memang tidak memiliki (kesadaran) ego tetapi sebaliknya dan pasti memiliki ke(tidak) sadaran kolektif. Tentu saja pemahaman ini terasa pas bagi para dokter yang mengkritisi pemikiran Dokter Sigmun Freud bahwa ketidak sadaran atau kesadaran yang berbau kolektif; dalam pemahaman atheis, Kesadaran Kolektif (Tuhan) memang dianggap tidak ada. Tengoklah keatas, pertama, sepertinya langit maha mengayomi dan tanpa pilih kasih, memayungi menerima semua di bawahnya. Oleh karena itu dapat dimengerti orang-orang Tiongkok sejak dulu banyak yang menganggap bahwa Langit-lah yang menjadi Tuhan (Sang Ti); kasihnya tidak memilih. Kedua, ada langit di atas sana, maka di bawah ini ada bumi yang berfungsi mendukung semua kehidupan di atasnya, juga tidak pilih kasih walaupun ia di-“sakiti” oleh petani. Tanahnya dicangkul, diluku dan di garu di bolak-balik tanahnya, tetap mendukung petani untuk memberikan hasil pertanian yang bermanfaat sesuai keinginan petaninya, yaitu ketika yang ditanam padi maka akan menghasilkan padi juga, bukan jagung.
Ketiga, matahari dan rembulan juga menerangi tanpa pilih kasih. Konon, sebagian besar nenek-moyang bangsa Jepang termasuk menyembah, mengagungkan Matahari, ini dapat dilihat dari benderanya yang bergambar matahari di tengahnya dan berwarna merah dengan dasar putih. Menurut catatan Wikipedia, bendera ini secara resmi disebut Nisshōki (日章旗, "bendera simbol matahari") dalam bahasa Jepang, namun secara umum dikenal sebagai Hinomaru (日の丸 ?, "lingkaran matahari). Bendera lingkaran matahari dipakai sebagai bendera nasional untuk kapal-kapal dagang berdasarkan Maklumat No. 57 tahun 3 Meiji (dikeluarkan pada 27 Februari 1870), dan sebagai bendera nasional yang digunakan oleh Angkatan Laut menurut Maklumat No. 651 tahun 3 Meiji (dikeluarkan pada 27 Oktober 1870). Apakah nenek moyang Jepang menganggap bahwa panas matahari akan menguapkan air, dan uap air ini diatas sana akan menjadi awan dan menurunkan hujan yang menghidupkan tumbuh-tumbuhan sehingga mereka mengagungkannya, wallahu a’lam, tetapi setiap bangsa, setiap religi selalu ada yang di agungkannya. Orang Jawa menyebut matahari sebagai Srengenge, orang Sunda menyebutnya Panon Poek, orang Inggris menyebut The Sun dan orang Belanda menyebutnya sebagai De Zon, padahal itu-itu juga yang ditunjuk. Mataharinya satu tetapi setiap suku, setiap bahasa menyebutnya berlainan, walaupun bermacam-macam nama, maknanya satu jua pemaknaan ini tercakup di dalam pengertian unity in diversity, bhinneka tunggal ika.
Di dalam forum KTT ASEAN ke-25 di Nay Pyi Taw Myanmar, Kamis 13 November 2014 yang lalu, Presiden Jokowi menyebutkan betapa posisi jalur laut Indonesia sangat strategis sehingga RI akan fokus memilih menjadi negara maritim. Indonesia menganggap KTT Asia Timur berperanan penting bagi keamanan, stabilitas, dan kemakmuran ekonomi di kawasan pantas untuk menyampaikan gagasannya tentang Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Pada abad ke-21 ini sedang terjadi pergeseran pusat gravitasi geo-ekonomi dan geo-politik dunia dari Barat ke Asia Timur. Pertumbuhan ekonomi di kawasan ini yang rata-rata 7% pertahun, dengan total GDP sekitar USD 40 trilyun menempatkan Asia Timur paling dinamis secara ekonomi dengan 40% perdagangan dunia terjadi di kawasan ini.
Jalur laut yang menghubungkan dua samudra strategis—Hindia dan Pasifik—merupakan jalur penting lalu-lintas perdagangan dunia. Tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) adalah “lorong” lalu lintas maritim dunia yang di dalamnya menyimpan potensi kekayaan besar—energi dan sumberdaya laut lainnya—yang akan menentukan masa depan kemakmuran di kawasan. Indonesia berada tepat di tengah-tengah proses perubahan strategis itu, terbuka peluang peranannya baik secara geografis, geo-politik, maupun geo-ekonomi. Ada lima pilar yang diajukan beliau yang dimulai dari 1. membangun kembali budaya maritim pada 17 ribu pulaunya, 2. pembangunan kedaulatan pangan laut melalui industri perikanan dan nelayan sebagai pilar utamanya, 3. prioritas pembangunan infrastruktur maritim, Tol Laut, industri perkapalan sampai pariwisata maritim, 4. diplomasi maritim yang mempersatukan kawasan untuk menghilangkan konflik di laut, pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan pencemaran laut, dan akhirnya, 5. pembangunan kekuatan pertahanan maritim untuk menjaga kedaulatan dan kekayaan maritim NKRI.
Dengan menjadi satunya samudera Pacifik, Atlantik, Arctik, dan Hindia antara lain melalui Terusan Nicaragua yang akan dibuat oleh Tiongkok. Sementara itu disebelah tenggara Terusan Nicaragua yaitu terusan Panama dan nun jauh di sana Terusan Suez terlihat juga gerak pembangunannya untuk meningkatkan kemampuan transitnya sebanyak duakali telah terasa telah menyatukan 4 samudera dan 5 benua, menjadikan kita semua bersaudara, maka Poros Maritim Indonesia menjadi komplemen maritim dunia bagi unity in diversity. Semoga Tuhan YME mengabulkannya, amin. Salam Kuantum
Adalah kenyataan bahwa Indonesia memiliki berbagai agama dan kepercayaan, namun umat Islam di Indonesia menempati posisi yang terbesar jumlahnya. Di dunia yang sedang bergolak memperebutkan kekuasaan ini populasi muslim di Indonesia menduduki posisi terbesar jumlahnya diharapkan pemikirannya pun dapat dijadikan juga sebagai referensi terbesar di dunia. Islam di Indonesia harus mampu menunjukkan diri sebagai Islam yang moderat dan toleran. Islam yang mampu menjaga kebersamaan dan kedamaian adalah Islam yang menjadi jalan tengah arus pemikiran solusi peradaban dunia. Itulah yang menjadi harapan Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla ketika menyampaikan pidato pembukaan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI di Pagelaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Senin (9/II-2015). “Pemikiran-pemikiran Islam yang baik harus menjadi referensi dunia, yakni Islam yang moderat, Islam yang jadi jalan tengah,” demikian menurut beliau. Pertemuan ini difahami sebagai pertemuan puncak para ulama, cendekiawan, pengusaha, dan perwakilan ormas Islam se-Indonesia, dihadiri sekitar 400 peserta.
Ada baiknya para dokter dan siapa saja juga belajar dari alam, alam semesta seakan-akan membuka dirinya bahwa ia memang tidak memiliki (kesadaran) ego tetapi sebaliknya dan pasti memiliki ke(tidak) sadaran kolektif. Tentu saja pemahaman ini terasa pas bagi para dokter yang mengkritisi pemikiran Dokter Sigmun Freud bahwa ketidak sadaran atau kesadaran yang berbau kolektif; dalam pemahaman atheis, Kesadaran Kolektif (Tuhan) memang dianggap tidak ada. Tengoklah keatas, pertama, sepertinya langit maha mengayomi dan tanpa pilih kasih, memayungi menerima semua di bawahnya. Oleh karena itu dapat dimengerti orang-orang Tiongkok sejak dulu banyak yang menganggap bahwa Langit-lah yang menjadi Tuhan (Sang Ti); kasihnya tidak memilih. Kedua, ada langit di atas sana, maka di bawah ini ada bumi yang berfungsi mendukung semua kehidupan di atasnya, juga tidak pilih kasih walaupun ia di-“sakiti” oleh petani. Tanahnya dicangkul, diluku dan di garu di bolak-balik tanahnya, tetap mendukung petani untuk memberikan hasil pertanian yang bermanfaat sesuai keinginan petaninya, yaitu ketika yang ditanam padi maka akan menghasilkan padi juga, bukan jagung.
Ketiga, matahari dan rembulan juga menerangi tanpa pilih kasih. Konon, sebagian besar nenek-moyang bangsa Jepang termasuk menyembah, mengagungkan Matahari, ini dapat dilihat dari benderanya yang bergambar matahari di tengahnya dan berwarna merah dengan dasar putih. Menurut catatan Wikipedia, bendera ini secara resmi disebut Nisshōki (日章旗, "bendera simbol matahari") dalam bahasa Jepang, namun secara umum dikenal sebagai Hinomaru (日の丸 ?, "lingkaran matahari). Bendera lingkaran matahari dipakai sebagai bendera nasional untuk kapal-kapal dagang berdasarkan Maklumat No. 57 tahun 3 Meiji (dikeluarkan pada 27 Februari 1870), dan sebagai bendera nasional yang digunakan oleh Angkatan Laut menurut Maklumat No. 651 tahun 3 Meiji (dikeluarkan pada 27 Oktober 1870). Apakah nenek moyang Jepang menganggap bahwa panas matahari akan menguapkan air, dan uap air ini diatas sana akan menjadi awan dan menurunkan hujan yang menghidupkan tumbuh-tumbuhan sehingga mereka mengagungkannya, wallahu a’lam, tetapi setiap bangsa, setiap religi selalu ada yang di agungkannya. Orang Jawa menyebut matahari sebagai Srengenge, orang Sunda menyebutnya Panon Poek, orang Inggris menyebut The Sun dan orang Belanda menyebutnya sebagai De Zon, padahal itu-itu juga yang ditunjuk. Mataharinya satu tetapi setiap suku, setiap bahasa menyebutnya berlainan, walaupun bermacam-macam nama, maknanya satu jua pemaknaan ini tercakup di dalam pengertian unity in diversity, bhinneka tunggal ika.
Di dalam forum KTT ASEAN ke-25 di Nay Pyi Taw Myanmar, Kamis 13 November 2014 yang lalu, Presiden Jokowi menyebutkan betapa posisi jalur laut Indonesia sangat strategis sehingga RI akan fokus memilih menjadi negara maritim. Indonesia menganggap KTT Asia Timur berperanan penting bagi keamanan, stabilitas, dan kemakmuran ekonomi di kawasan pantas untuk menyampaikan gagasannya tentang Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Pada abad ke-21 ini sedang terjadi pergeseran pusat gravitasi geo-ekonomi dan geo-politik dunia dari Barat ke Asia Timur. Pertumbuhan ekonomi di kawasan ini yang rata-rata 7% pertahun, dengan total GDP sekitar USD 40 trilyun menempatkan Asia Timur paling dinamis secara ekonomi dengan 40% perdagangan dunia terjadi di kawasan ini.
Jalur laut yang menghubungkan dua samudra strategis—Hindia dan Pasifik—merupakan jalur penting lalu-lintas perdagangan dunia. Tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) adalah “lorong” lalu lintas maritim dunia yang di dalamnya menyimpan potensi kekayaan besar—energi dan sumberdaya laut lainnya—yang akan menentukan masa depan kemakmuran di kawasan. Indonesia berada tepat di tengah-tengah proses perubahan strategis itu, terbuka peluang peranannya baik secara geografis, geo-politik, maupun geo-ekonomi. Ada lima pilar yang diajukan beliau yang dimulai dari 1. membangun kembali budaya maritim pada 17 ribu pulaunya, 2. pembangunan kedaulatan pangan laut melalui industri perikanan dan nelayan sebagai pilar utamanya, 3. prioritas pembangunan infrastruktur maritim, Tol Laut, industri perkapalan sampai pariwisata maritim, 4. diplomasi maritim yang mempersatukan kawasan untuk menghilangkan konflik di laut, pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan pencemaran laut, dan akhirnya, 5. pembangunan kekuatan pertahanan maritim untuk menjaga kedaulatan dan kekayaan maritim NKRI.
Dengan menjadi satunya samudera Pacifik, Atlantik, Arctik, dan Hindia antara lain melalui Terusan Nicaragua yang akan dibuat oleh Tiongkok. Sementara itu disebelah tenggara Terusan Nicaragua yaitu terusan Panama dan nun jauh di sana Terusan Suez terlihat juga gerak pembangunannya untuk meningkatkan kemampuan transitnya sebanyak duakali telah terasa telah menyatukan 4 samudera dan 5 benua, menjadikan kita semua bersaudara, maka Poros Maritim Indonesia menjadi komplemen maritim dunia bagi unity in diversity. Semoga Tuhan YME mengabulkannya, amin. Salam Kuantum
(Budhi S. Purwowiyoto)
*) Santoso, Soewito Sutasoma, a Study in Old Javanese Wajrayana 975:578. New Delhi International Academy of Culture
Tidak ada komentar:
Posting Komentar