Many people utter words of wisdom: “Man must have faith in himself.” In fact they do not know what is called “Self”, and which way to take so they can always have strong faith in themselves. Most of them only know their non-eternal-self [ego] which they regard as their True Leader and Guide. —Soenarto Mertowardojo
RUPANYA, baik orang Barat maupun orang Timur menaruh perhatian penuh terhadap pertanyaan siapakah diri kita yang sesungguhnya. Sabrina bahkan takut untuk menceritakan kepada kita siapa sesungguhnya diri kita itu. “I am afraid to show you who I really am, because if I show you who I really am, you might not like it—and that’s all I got.”— Sabrina Ward Harrison. Yang paling banyak diketahui adalah sang Aku (Ego) dari diri kita. Mengapa demikian? Karena dialah yang merupakan kristalisasi dari angan-angan manusia. Ego juga mewakili tiga sentra vitalitas manusia: inteligensi (angan-angan), nafsu, dan perasaan kita, oleh karena itu dunia mental/jiwa kita dapat disebut sebagai dunia-ego. Bahkan, Ego mewakili seluruh mikrokosmos manusia seutuhnya, misalnya aku sedang makan, sedang belajar, atau sedang marah.
Dalam perjalanan hidup manusia Sang Aku juga mengalami evolusi, perubahan untuk menghadapi dinamika masyarakat. Melalui pancaindra manusia berinteraksi dengan dunia luar, makrokosmos. Manusia dapat memanfaatkan flora dan fauna yang ada sekaligus melestarikannya bila ada kemauan dan kemampuan. Ia mengeksplorasi minyak, dan batu-bara sebagai sumber energi yang tak tergantikan sekaligus merusak lapisan ozon di luar angkasa. Sementara itu pabrik-pabrik kendaraan bermotor bermunculan dengan produksinya yang selalu meningkat setiap tahun. Setiap sepeda motor dan mobil memerlukan bensin sebagai bahan bakarnya, dengan gas buangnya yang merusak ozon sehingga panas matahari langsung menghunjam bumi, terjadilah pemanasan global. Es-es di kutub utara dan selatan mulai mencair, beberapa negara di dunia seperti Maladewa terancam tenggelam, hapus dari muka bumi beserta seluruh isinya. Dengan segala kemampuan sang Aku yang memiliki kemampuan inteligensi yang luar biasa ditantang alam semesta untuk menunjukkan kemampuannya dalam melestarikan makrokosmos.
Tanggal 22 Juli 2013, seorang bayi Kerajaan Inggris baru saja lahir di RS St Mary’s London dengan berat badan 3,8 Kg, ia adalah putra dari Pangeran William dan Kate Midleton (The Duke and Duchess of Cambridge). Beberapa saat kemudian bayi tersebut sudah memiliki gelar kerajaan sebagai HRH Prince George of Cambridge, langsung menjadi pewaris tahta kerajaan nomor urut ke tiga, menggeser nomor urut pamannya (Pangeran Harry). Ego manusia menurut penelitian baru muncul dalam perilaku sekitar usia 3 tahun. Dalam kehidupan sehari-hari ia nampak seperti seorang raja/ratu, seolah-olah dunia menjadi miliknya, ingin mengatur semuanya. Tentu saja bayi kerajaan yang baru saja lahir tersebut belum muncul sang Akunya, ia masih kaget karena harus mulai mandiri dalam menyusu, menghirup nafas, dan beradaptasi dengan makrokosmos.
Baru saja ia meninggalkan Sorga Dunia, di dalam kandungan seorang ibu, ia tidak perlu menyedot susu, menangis, bahkan tidak perlu menghirup udara sendiri, kebutuhan akan oksigen dan sari makanan sudah dipenuhi oleh sang ibu melalui tali pusarnya. Di dalam kandungan bayi berhubungan secara strukturil dengan ibunya, setelah lahir hubungan antar egonya dikenal sebagai hubungan fungsionil. Oleh karena itu tidak heran bila doa seorang ibu kepada Tuhan YME sering dikabulkan dan diyakini oleh sebagian besar masyarakat Indonesia bahwa sorga itu terletak di telapak kaki ibu.
Mari kita lihat gambar-1; Setiap Ego memiliki pengalaman dan jalur hidupnya sendiri, tidak dapat seseorang menumpang kepada jalur orang lain sehebat apapun jabatan orang itu di dunia. Apakah ia seorang pemimpin, ilmuwan, guru, bahkan nabi sekalipun tidak mungkin disejajarkan dengan jalur hidup siapapun, suatu saat akan bersimpangan sesuai amal perbuatannya. Di jalur manapun Ego berjalan memiliki 2 tugas utama eksoteris (ke luar) untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi lingkungannya, menjadi kusuma bangsa, kunci utamanya adalah jujur. Mengapa jujur? karena kejujuran menimbulkan keadilan, keadilan seorang pemimpin menghasilkan kesetiaan rakyatnya. Kejujuran juga menampilkan keberanian dan memuluskan sikap ikhlas, sabar, dan syukur pada akhirnya memiliki sifat dan perilaku unggulan budi luhur. Tugas berikutnya adalah tugas esoteris (ke dalam) mendekat kepada Tuhan di dalam lubuk hatinya, kunci utamanya adalah percaya (iman) merupakan kompas ke mana Ego-yang-tidak abadi ni berevolusi. Percaya adalah fungsi tertinggi dari perasaan manusia, salah satu dari 3 vitalitas jiwa. Masih diperlukan sadar sebagai fungsi tertinggi dari angan-angan manusia dalam arti yang seluas-luasnya misalnya doa, meditasi, dzikir, ibadat, dan membaca kitab suci. Satu lagi sikap esoteris yang harus dimiliki oleh sentra vitalitas ketiga: nafsu-nafsu yaitu taat menjalankan perintah Tuhan.
Nah, konsep esoteris yang dijalankan oleh egonya manusia ini memungkinkan ia menuju ke hati nurani-nya sebagai lapis terdalam dari jiwanya, sekaligus lapis terluar dari Egonya-yangabadi ialah Roh Suci (TheSelf) itu sendiri. Perhatikan lingkaran Ego-Hati Nurani-TheSelf terdapat koridor (the gate) dimana terjadi kontinuitas kesadaran antara Ego dan TheSelf, sinar dari pusat imateri dipancarkan keluar melalui konduksi asensorik. The Gate (Rahsa Jati) bukanlah indra ke-enam dalam arti Sang Ego dapat mengintip ke dalam Dunia ke-4 yang omnipotensi (mahakuasa) itu, tetapi justru sebaliknya, pengetahuan yang belum ada sejarahnya dapat terpancar dari dalam berupa intuisi, bila syarat-syaratnya terpenuhi. Ego hanya dapat menunggu berita dari dalam tanpa memiliki kekuatan memaksa, ia harus menyerahkan seluruh kedaulatannya kepada TheForce, utusan Tuhan yang abadi untuk dituntun kembali kepada sumber dan tujuan hidupnya ialah TheSource, Tuhan yang Maha Kuasa di dalam dirinya.
Sebenarnya evolusi tadi dapat diartikan sebagai ditariknya kembali “sinar kehidupan” TheSelf oleh TheForce atas nama TheSource. Di sini terjadi peristiwa yang menakjubkan secara teoritis: pertama adalah peristiwa intuisi yaitu bertemunya TheSelf dan TheForce yang dampaknya “terasa” oleh sang Ego sebagai pencerahan yang dapat mengubah peradaban manusia. Pencerahan ini dapat berupa penemuan-penemuan baru sain dan teknologi, kemajuan kebudayaan yang berarti, dan terangkatnya derajat suatu kaum atau bangsa. Pada posisi ini seluruh vitalitas sudah terintegrasi dengan baik, manusia di sini sudah memiliki integritas yang tinggi. TheSelf telah mengambil tongkat komando dari sang Ego yang sudah menyerahkan kedaulatannya tadi untuk patuh pada TheSelf. TheSelf selalu mendengarkan arahan dan tuntunan dari Sang Guru Sejati (TheForce) karena dialah yang menghidupi TheSelf tersebut untuk pada akhirnya juga yang menuntun kembali kepada sumber dan tujuan hidupnya yang hakiki yaitu Suksma Kawekas (TheSource), menyempurnakan evolusinya. Peristiwa kedua adalah peristiwa pamudaran yaitu selesainya tugas evolusi Egonya manusia bukan hanya pada saat terjadinya kematian saja, berarti kurang bermanfaat dalam arti sempit, tetapi evolusi itu dapat selesai jauh sebelum kematiannya badan jasmani kasar sebagai Dunia ke-2 manusia/mikrokosmos.
Candra Jiwa Indonesia menjelaskan bahwa yang benar-benar berubah pada proses Pamudaran adalah kesadaran. Kesadaran manusia menjadi semakin mengecil dibatasi oleh kesadaran sang aku, semakin lama semakin bersifat apribadi sampai akhirnya menjadi absolut tidak terbatas dalam peristiwa Pamudaran. Siapa saja yang berhasil menyelesaikan Pamudaran ini akan merasakan kesadaran dalam dirinya berada pada setiap bentuk kehidupan dan keberadaannya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Tidak ada lagi perbedaan dunia dalam maupun dunia luar, juga tidak ada lagi proses kegiatan di dalam jiwa.
Kesadaran pada status Pamudaran adalah suatu istilah dalam mengikuti perkembangan terakhir kesadaran hidupnya perasaan, angan-angan, dan nafsu-nafsu. Ketiga fungsi itu sekarang menyatu di dalam status Pamudaran dan menjadi akhir keberadaannya. Status Pamudaran adalah identik dengan status Suksma Sejati (TheForce) dan potensiil dapat dicapai oleh setiap manusia. Dalam berbagai sistem psikologi Barat, Jung satu-satunya yang mengemukakan kemungkinan perkembangan lanjut dari jiwanya manusia.
Menurut Freud, titik akhir kehidupan adalah kematian. Bagi Adler yang ideal adalah mengikuti kebutuhan masyarakat secara mutlak, tanpa kemungkinan sang aku dapat menyatukan dirinya dengan masyarakat. Proses Pembebasan atau Pamudaran dalam Candra Jiwa Indonesia telah disebut oleh Jung sebagai werden zur Persönlichkeit, atau Selbstverwirklichung, Verselbstung atau sebagai Individuationprozess, proses individuasi. Sekian dan terima kasih.
Dalam perjalanan hidup manusia Sang Aku juga mengalami evolusi, perubahan untuk menghadapi dinamika masyarakat. Melalui pancaindra manusia berinteraksi dengan dunia luar, makrokosmos. Manusia dapat memanfaatkan flora dan fauna yang ada sekaligus melestarikannya bila ada kemauan dan kemampuan. Ia mengeksplorasi minyak, dan batu-bara sebagai sumber energi yang tak tergantikan sekaligus merusak lapisan ozon di luar angkasa. Sementara itu pabrik-pabrik kendaraan bermotor bermunculan dengan produksinya yang selalu meningkat setiap tahun. Setiap sepeda motor dan mobil memerlukan bensin sebagai bahan bakarnya, dengan gas buangnya yang merusak ozon sehingga panas matahari langsung menghunjam bumi, terjadilah pemanasan global. Es-es di kutub utara dan selatan mulai mencair, beberapa negara di dunia seperti Maladewa terancam tenggelam, hapus dari muka bumi beserta seluruh isinya. Dengan segala kemampuan sang Aku yang memiliki kemampuan inteligensi yang luar biasa ditantang alam semesta untuk menunjukkan kemampuannya dalam melestarikan makrokosmos.
Tanggal 22 Juli 2013, seorang bayi Kerajaan Inggris baru saja lahir di RS St Mary’s London dengan berat badan 3,8 Kg, ia adalah putra dari Pangeran William dan Kate Midleton (The Duke and Duchess of Cambridge). Beberapa saat kemudian bayi tersebut sudah memiliki gelar kerajaan sebagai HRH Prince George of Cambridge, langsung menjadi pewaris tahta kerajaan nomor urut ke tiga, menggeser nomor urut pamannya (Pangeran Harry). Ego manusia menurut penelitian baru muncul dalam perilaku sekitar usia 3 tahun. Dalam kehidupan sehari-hari ia nampak seperti seorang raja/ratu, seolah-olah dunia menjadi miliknya, ingin mengatur semuanya. Tentu saja bayi kerajaan yang baru saja lahir tersebut belum muncul sang Akunya, ia masih kaget karena harus mulai mandiri dalam menyusu, menghirup nafas, dan beradaptasi dengan makrokosmos.
Baru saja ia meninggalkan Sorga Dunia, di dalam kandungan seorang ibu, ia tidak perlu menyedot susu, menangis, bahkan tidak perlu menghirup udara sendiri, kebutuhan akan oksigen dan sari makanan sudah dipenuhi oleh sang ibu melalui tali pusarnya. Di dalam kandungan bayi berhubungan secara strukturil dengan ibunya, setelah lahir hubungan antar egonya dikenal sebagai hubungan fungsionil. Oleh karena itu tidak heran bila doa seorang ibu kepada Tuhan YME sering dikabulkan dan diyakini oleh sebagian besar masyarakat Indonesia bahwa sorga itu terletak di telapak kaki ibu.
Mari kita lihat gambar-1; Setiap Ego memiliki pengalaman dan jalur hidupnya sendiri, tidak dapat seseorang menumpang kepada jalur orang lain sehebat apapun jabatan orang itu di dunia. Apakah ia seorang pemimpin, ilmuwan, guru, bahkan nabi sekalipun tidak mungkin disejajarkan dengan jalur hidup siapapun, suatu saat akan bersimpangan sesuai amal perbuatannya. Di jalur manapun Ego berjalan memiliki 2 tugas utama eksoteris (ke luar) untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi lingkungannya, menjadi kusuma bangsa, kunci utamanya adalah jujur. Mengapa jujur? karena kejujuran menimbulkan keadilan, keadilan seorang pemimpin menghasilkan kesetiaan rakyatnya. Kejujuran juga menampilkan keberanian dan memuluskan sikap ikhlas, sabar, dan syukur pada akhirnya memiliki sifat dan perilaku unggulan budi luhur. Tugas berikutnya adalah tugas esoteris (ke dalam) mendekat kepada Tuhan di dalam lubuk hatinya, kunci utamanya adalah percaya (iman) merupakan kompas ke mana Ego-yang-tidak abadi ni berevolusi. Percaya adalah fungsi tertinggi dari perasaan manusia, salah satu dari 3 vitalitas jiwa. Masih diperlukan sadar sebagai fungsi tertinggi dari angan-angan manusia dalam arti yang seluas-luasnya misalnya doa, meditasi, dzikir, ibadat, dan membaca kitab suci. Satu lagi sikap esoteris yang harus dimiliki oleh sentra vitalitas ketiga: nafsu-nafsu yaitu taat menjalankan perintah Tuhan.
Nah, konsep esoteris yang dijalankan oleh egonya manusia ini memungkinkan ia menuju ke hati nurani-nya sebagai lapis terdalam dari jiwanya, sekaligus lapis terluar dari Egonya-yangabadi ialah Roh Suci (TheSelf) itu sendiri. Perhatikan lingkaran Ego-Hati Nurani-TheSelf terdapat koridor (the gate) dimana terjadi kontinuitas kesadaran antara Ego dan TheSelf, sinar dari pusat imateri dipancarkan keluar melalui konduksi asensorik. The Gate (Rahsa Jati) bukanlah indra ke-enam dalam arti Sang Ego dapat mengintip ke dalam Dunia ke-4 yang omnipotensi (mahakuasa) itu, tetapi justru sebaliknya, pengetahuan yang belum ada sejarahnya dapat terpancar dari dalam berupa intuisi, bila syarat-syaratnya terpenuhi. Ego hanya dapat menunggu berita dari dalam tanpa memiliki kekuatan memaksa, ia harus menyerahkan seluruh kedaulatannya kepada TheForce, utusan Tuhan yang abadi untuk dituntun kembali kepada sumber dan tujuan hidupnya ialah TheSource, Tuhan yang Maha Kuasa di dalam dirinya.
Sebenarnya evolusi tadi dapat diartikan sebagai ditariknya kembali “sinar kehidupan” TheSelf oleh TheForce atas nama TheSource. Di sini terjadi peristiwa yang menakjubkan secara teoritis: pertama adalah peristiwa intuisi yaitu bertemunya TheSelf dan TheForce yang dampaknya “terasa” oleh sang Ego sebagai pencerahan yang dapat mengubah peradaban manusia. Pencerahan ini dapat berupa penemuan-penemuan baru sain dan teknologi, kemajuan kebudayaan yang berarti, dan terangkatnya derajat suatu kaum atau bangsa. Pada posisi ini seluruh vitalitas sudah terintegrasi dengan baik, manusia di sini sudah memiliki integritas yang tinggi. TheSelf telah mengambil tongkat komando dari sang Ego yang sudah menyerahkan kedaulatannya tadi untuk patuh pada TheSelf. TheSelf selalu mendengarkan arahan dan tuntunan dari Sang Guru Sejati (TheForce) karena dialah yang menghidupi TheSelf tersebut untuk pada akhirnya juga yang menuntun kembali kepada sumber dan tujuan hidupnya yang hakiki yaitu Suksma Kawekas (TheSource), menyempurnakan evolusinya. Peristiwa kedua adalah peristiwa pamudaran yaitu selesainya tugas evolusi Egonya manusia bukan hanya pada saat terjadinya kematian saja, berarti kurang bermanfaat dalam arti sempit, tetapi evolusi itu dapat selesai jauh sebelum kematiannya badan jasmani kasar sebagai Dunia ke-2 manusia/mikrokosmos.
Candra Jiwa Indonesia menjelaskan bahwa yang benar-benar berubah pada proses Pamudaran adalah kesadaran. Kesadaran manusia menjadi semakin mengecil dibatasi oleh kesadaran sang aku, semakin lama semakin bersifat apribadi sampai akhirnya menjadi absolut tidak terbatas dalam peristiwa Pamudaran. Siapa saja yang berhasil menyelesaikan Pamudaran ini akan merasakan kesadaran dalam dirinya berada pada setiap bentuk kehidupan dan keberadaannya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Tidak ada lagi perbedaan dunia dalam maupun dunia luar, juga tidak ada lagi proses kegiatan di dalam jiwa.
Kesadaran pada status Pamudaran adalah suatu istilah dalam mengikuti perkembangan terakhir kesadaran hidupnya perasaan, angan-angan, dan nafsu-nafsu. Ketiga fungsi itu sekarang menyatu di dalam status Pamudaran dan menjadi akhir keberadaannya. Status Pamudaran adalah identik dengan status Suksma Sejati (TheForce) dan potensiil dapat dicapai oleh setiap manusia. Dalam berbagai sistem psikologi Barat, Jung satu-satunya yang mengemukakan kemungkinan perkembangan lanjut dari jiwanya manusia.
Menurut Freud, titik akhir kehidupan adalah kematian. Bagi Adler yang ideal adalah mengikuti kebutuhan masyarakat secara mutlak, tanpa kemungkinan sang aku dapat menyatukan dirinya dengan masyarakat. Proses Pembebasan atau Pamudaran dalam Candra Jiwa Indonesia telah disebut oleh Jung sebagai werden zur Persönlichkeit, atau Selbstverwirklichung, Verselbstung atau sebagai Individuationprozess, proses individuasi. Sekian dan terima kasih.
Budhi S. Purwowiyoto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar