Digoxin diekstraksi dari tanaman foxglove (digitalis), berfungsi untuk meningkatkan kontraktilitas dan membuat ritme jantung lebih regular. Namun, sulit untuk menggunakan obat ini secara benar karena dosis terapinya yang sempit. Dosis digoksin yang tinggi di dalam darah berhubungan dengan peningkatan angka kematian.
Para peneliti yang dipimpin Profesor Samy Claude Elayi dari Gill Heart Institute, University of Kentucky, USA menganalisa data 4060 pasien AF dalam studi Atrial Fibrillation Follow-up Investigation of Rhythm Management (AFFIRM) yang bertujuan untuk melihat hubungan antara digoksin dengan angka kejadian kematian.
Studi ini menemukan terjadi peningkatan 41% kematian (semua penyebab) setelah faktor-faktor risiko dan obat-obatan lain disesuaikan. Hasil ini tidak bergantung pada gender maupun ada tidaknya gagal jantung. Digoksin juga berhubungan dengan peningkatan 35% kematian karena sebab kardiovaskular, dan 61% kematian karena aritmia.
Professor Elayi: “Hasil AFFIRM trial memperlihatkan bahwa di antara pasien AF yang mengonsumsi digoksin, dalam waktu 5 tahun, 1 dari 6 pasien akan meninggal apapun penyebabnya, 1 dari 8 pasien akan meninggal karena sebab kardiovaskular, dan 1 dari 16 pasien akan meninggal karena aritmia.”
“Penemuan ini membuat kita mempertanyakan penggunaan digoksin pada pasien AF, terutama untuk mengendalikan irama jantung. Digoksin pada pasien AF jarang diteliti. RCT yang sudah ada lebih memfokuskan digoksin pada pasien gagal jantung dengan ritme sinus, dan mengeksklusi pasien AF. Studi kami menggaris bawahi pentingnya menilai ulang peran digoksin pada pasien AF dengan atau tanpa gagal jantung.”
Prof Elayi menyimpulkan dalam jurnalnya, “Berdasarkan penemuan ini, seorang dokter sebaiknya menjaga irama jantung pasien dengan alternatif lain seperti beta-blockers atau calcium channel blocker. Jika menggunakan digoksin, gunakan dosis rendah dengan follow-up ketat, nilai potensi interaksi obat jika menambah obat baru, dan monitor kadar digoksin. Pasien harus waspada dengan potensi toksisitas digoksin dan segera ke dokter jika merasakan gejala-gejala seperti palpitasi atau sinkop.
Belum diketahui bagaimana digoksin dapat meningkatkan kejadian kematian pada penderita AF. Kematian karena penyebab kardiovaskular klasik, entah itu karena aritmia atau bukan, tidak dapat menjelaskan semuanya. Kemungkinan ada mekanisme lain yang perlu diidentifikasi. Perlu studi lebih lanjut mengenai penggunaan digoksin pada pasien dengan gagal jantung sistolik–pasien yang secara teorinya, paling mendapat manfaat dari digoksin.” (Ref: Whitbeck MG, et al. Increased mortality among patients taking digoxin-analysis: analysis from the AFFIRM study. European Heart Journal. doi: 10.1093/eurheartj/ehs348)
Dwita Rian Desandri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar