RISIKO seumur hidup satu dari empat dan satu dari lima
atrial fibrilasi (AF) akibat non katup dan gagal jantung memberikan beban berat pada kesehatan masyarakat akibat morbiditas, mortalitas dan biaya kesehatan.
Gagal jantung merupakan sebab dan memberikan efek AF non katup. Pada pasien AF non katup, gagal jantung dihubungkan dengan peningkatan risiko stroke dan kejadian trombo emboli.
Gagal jantung mungkin dihubungkan dengan spectrum fungsi ventrikel kiri. Terdapat debat mengenai definisi gagal jantung berdasarkan pengukuran kuantitatif seperti fraksi ejeksi ventrikel kiri dan bervariasi di antara beberapa panduan klinis, studi klinis maupun studi epidemiologi.
Studi-studi terdahulu memperlihatkan perbedaan profil faktor risiko dan outcomes pasien gagal jantung fraksi ejeksi normal (HFPEF) dengan penurunan fraksi ejeksi (HFREF). HFPEF terdapat 50% pada pasien gagal jantung. Beberapa studi mengindikasikan tingka tmorbiditas dan mortalitas yang sama serta profil faktor risiko lebih berat pada kelompok HFPEF dibandingkan dengan HFREF.
Gagal jantung secara klinis telah memperlihatkan untuk menambahkan nilai prediktif stroke dan kejadian trombo emboli pada pasien AF non katup, tetapi peranan kuantitatif fraksi ejeksi sebagai prediksi risiko pada pasien tersebut belumlah jelas.
Analisis ekokardiografi terbesar dari investigator AF menemukan disfungsi ventrikel kiri tingkat sedang-berat dengan eko 2D hanya sebagai prediktor independen pada analisis multivariat.
Diakukanlah studi kohort oleh Banerjee et al. (
the Loire Valley Atrial Fibrillation Project) untuk menganalisa pasien AF non katup dan gagal jantung dengan rekam medis fraksi ejeksi untuk menilai apakah fraksi ejeksi sebagai faktor risiko independen stroke atau trombo emboli dan perdarahan serta melihat perbedaan profil faktor risiko dan outcomes diantara pasien AF non katup dengan HFREF dibandingkan HFPEF.
Pasien AF non katup, riwayat gagal jantung dan pengukuran fraksi ejeksi dimasukan dalam kriteria inklusi pada analisis retrospektif. Pasien gagal jantung dan HFPEF didefinisikan sebagai gagal jantung klinis dan fraksi ejeksi > 50%.
Diantara 7.156 pasien AF non katup, 1.276 (17.8%) pasien dengan gagal jantung. 747 dari 1.276 (58.5%) pasien mendapatkan terapi antagonis vitamin K. Tingkat kejadian stroke atau trombo emboli per 100 orang/tahun 1.05 (95% CI 0.87-1.25).
Pasien HFPEF lebih sering terdapat pada wanita (p < 0.001), usia tua (p < 0.001) dan hipertensi (p < 0.001) dan jarang terkena penyakit vaskuler sebelumnya (p < 0.001).
Tidak terdapat perbedaan pada tingkat stroke (p = 0.17) dan stroke/tombo emboli (p = 0.11) diantara pasien HFPEF dan HFREF. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada mortalitas oleh semua sebab ketika distratifikasi berdasarkan fraksi ejeksinya.
Pada analisis multivariat, hanya riwayat stroke (HR 2.36, 95% CI 1.45-3.86) dan penyakit vaskuler (HR 1.57, 95% CI 1.07-2.30) yang meningkatkan risiko stroke/ trombo emboli diantara pasien AF non katup dengan gagal jantung, tetapi fraksi ejeksinya < 35% tidak berpengaruh (HR 0.75, 95% CI 0.44-1.30).
Studi ini memperlihatkan tingkat stroke, stroke/trombo emboli, kematian dan perdarahan adalah sama pada HFPEF dan HFREF. Hanya riwayat stroke dan penyakit vaskuler secara independen meningkatkan risiko stroke/trombo emboli pada pasien-pasien tersebut. Fraksi ejeksi tidak memperlihatkan nilai lebih terhadap prediksi risiko stroke pada pasien AF non katup dan gagal jantung, serta peningkatan risiko dari adverse outcomes dihubungkan dengan gagal jantung klinis pada pasien AF non katup yang tidak berhubungan secara signifikan dengan pengukuran fraksi ejeksi.
(Eur J of Heart Failure 2012; 14: 295-301)
SL Purwo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar