PANDUAN kardiologi preventif ESC 2012 ini menyangkut praktik klinik telah mendapat kontribusi khusus dari European Association for Cardiovascular Prevention & Rehabilitation (EACPR). Penyakit aterosklerotik jantung dan pembuluh darah (PKV) adalah kelainan subklinik yang berlangsung kronik sampai menunjukkan gejala-gejala kliniknya. PKV masih menjadi penyebab kematian prematur utama di Eropa, walaupun cenderung menurun beberapa dekade ini di beberapa negara.
Penyebab PKV masih dihubungkan dengan gaya hidup, penggunaan tembakau, diet tidak sehat, inaktifitas fisik, dan stres psikososial. WHO menyatakan bahwa lebih dari tiga per empat dari seluruh kematian dini akibat PKV dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup yang memadai. Upaya preventif PKV masih merupakan tantangan besar bagi masyarakat, politisi, dan petugas kesehatan. Upaya tersebut berakar dari penelitian epidemiologi dan bukti nyata kedokteran. Dokumen ini berbeda dengan pendahulunya (2007) dalam beberapa hal: lebih berfokus pada penemuan ilmiah yang baru. Masih terdapat jurang pemisah antara apa yang seharusnya dilakukan dengan apa yang terjadi telah ditunjukkan oleh hasil survei EUROASPIRE III. Mencari waktu untuk membaca berbagai panduan dan melaksanakannya adalah kendala utama bagi dokter keluarga yang sibuk.
Yang menarik adalah konsep preventif primer dan sekunder diganti dengan pengertian alternatif bahwa aterosklerosis sesungguhnya adalah proses yang kontinyu. Prioritas diberikan pada empat tingkat: pasien dengan status penyakitnya sudah jelas, individu asimtomatik dengan risiko mortalitasnya tinggi, riwayat keluarga satu tingkat diatasnya, dan masalah praktik klinik rutin. Dokter dan ners kardiovaskular masih merupakan pemain utama implementasi preventif yang ditujukan terutama untuk perubahan gaya hidup.
Hasil penelitian yang bermakna tidak serta merta direkomendasikan dengan pertimbangan kualitas penelitiannya, keseimbangan antara keuntungan dan kerugiannya, ketidakpastian sistim nilai yang dianut pasien, ketidak pastian kemampuan pusat-pusat intervensi sekiranya direkomendasikan. Anjuran yang kuat akan diikuti pasien dan dokter untuk melakukan intervensi tertentu sampai menjadi kebijakan dari institusi, anjuran yang lemah akan mendorong untuk melakukan tawaran kepada pasien dan diskusi panjang dengan para pihak pemangku kesehatan.
Penyakit jantung koroner (PJK) sudah merupakan pembunuh utama di dunia, bahkan sudah dianggap sebagai pandemik yang melewati batas-batas negara sesuai pernyataan WHO 2009 dan Badan Eksekutifnya sejak 1969, dan sudah menjarah di kalangan muda usia. Yang menyedihkan di Eropa justru PKV sebagai penyebab utama kematian di antara wanita: PKV bertanggung jawab atas 42% seluruh kematian wanita sebelum usia 75 tahun, sementara pada pria Eropa 38%. Walaupun terjadi penurunan angka kematian PJK dan PKV berdasarkan umur yang distandardisasi di negara-negara Eropa dalam kurun waktu 1970-1990-an. Hasil dari Multinational MONItoring of trends and determinants in CArdiovascular disease (MONICA) justru menunjukkan hasil yang heterogen di Eropa pada kurun waktu 1980-1990. Dengan bertambahnya usia lanjut dan berkurangnya kasus fatal akibat PJK, maka jumlah total pasien yang hidup dengan PJK menjadi meningkat. Pada umumnya pasien-pasien tersebut menderita PJK pada usia sangat lanjut sehingga menambah angka kemungkinan hidup di dalam status kesehatan yang baik.
Prevensi PKV idealnya dimulai selama kehamilan dan berakhir pada kematian. Pada kehidupan sehari-hari, upaya preventif ditujukan kepada pria dan wanita umur pertengahan atau orang tua dengan CVD (preventif sekunder) atau pada mereka dengan risiko tinggi untuk berkembang menjadi serangan jantung yang pertama (kombinasi dari merokok, hipertensi, diabetes dan/atau dislipidemi). Pada umumnya preventif dibagi menjadi primer dan sekunder walaupun membedakan PKV menjadi sulit karena yang mendasari penyakit tersebut adalah proses aterosklerosis. Anjuran dari Geofrey Rose beberapa dekade yang lalu berdasarkan dua strategi: strategi populasi dan strategi risiko tinggi.
Strategi populasi bertujuan menurunkan insiden PKV pada tingkat masyarakat luas melalui perubahan gaya hidup dan lingkungan. Strategi ini secara primer dicapai dengan mengembangkan kebijakan tertentu dan intervensi masyarakat, misalnya larangan merokok membatasi kandungan garam di makanan. Keuntungannya terasa bagi masyarakat tetapi sedikit terasa sebagai pribadi-pribadi. Pendekatan ini akan menguntungkan lebih besar dalam jumlah untuk masyarakat sebab targetnya adalah seluruh anggauta masyarakat dan sebagian besar kejadian terjadi pada kelompok risiko sedang. Target pada strategi risiko tinggi lebih terasa ada sasaran tetapi karena jumlah mereka sedikit maka dampak populasinya juga berkurang. Terlihat kemajuannya ketika program stop merokok diperbaiki, pengenalan obat-obat penurun kolesterol dan murahnya obat-obat anti hipertensi, sehingga efektifitas strategi risiko tinggi juga meningkat. Secara konsensus dua pendekatan strategi akan lebih baik kalau dijalankan bersama-sama.
Menyemangati penggunaan estimasi risiko total sebagai alat penuntun manajemen pasien merupakan tulang punggung dari panduan ESC sejak awal publikasi. Hal ini disebabkan para dokter mengikuti rekomendasi berdasarkan estimasi risiko juga bermanfaat untuk mendeteksi pasien-pasien yang asimtomatik orang dewasa tanpa PJK. Akhirnya, individu risiko tinggi dideteksi berdasarkan PKV, diabetes, penyakit ginjal sedang-berat, faktor risiko yang sangat tinggi, dan mereka yang memiliki risiko SCORE yang tinggi. (European Heart Journal (2012); 33: 1635–1701)
Budhi Setianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar