~Slamet Rahardjo, seniman unggul~
Prof Omar Salem menjelaskan dalam artikelnya tentang Heart, Mind, and Spirit bahwa angan-angan (mind) adalah konsep yang sangat penting bagi seorang psikolog dan psikiater. Diperlukan candra jiwa (working model of the mind) untuk lebih memahaminya seperti yang telah ditulisnya di tahun 2004.
Dalam berbagai kebudayaan sesuai sejarahnya jantung (hati? deep heart) merupakan pusat emosi, semangat dan kebijaksanaan. Orang menggunakan pengalaman perasaannya seperti sensasi cinta atau emosi lainnya di area kiri dadanya yang terasa berdenyut itu, area jantung. Pada masa lalu saintis menekankan peranan otak di kepala bertanggung jawab atas persoalan ini. Menarik sekali studi-studi berikutnya tentang mekanisme fisiologi jantung yang berkomunikasi dengan otak oleh karena itu mempengaruhi proses informasi, persepsi, emosi dan kesehatan.
Telah lama diketahui apabila ada perubahan emosi sesuai perhitungan akan terjadi perubahan pada denyut nadi, tekanan darah, pernafasan dan pencernaan. Ketika kita terkejut, saraf otonom simpatis akan memperkuat untuk melawan atau lari, dan pada suasana damai, komponen prasimpatis ikut menenangkan suasana itu. Hal ini membuktikan adanya konser fisiologis dari sistim saraf oto-nom akibat stimulus yang diterima otak.
Mengikuti penelitian yang dilaksanakan beberapa tahun, jantung berkomunikasi dengan otak tentang bagaimana persepsi dan reaksi kita terhadap dunia. Penelitian Lacey dan Lacey tahun 1978, ditemukan bukti bahwa jantung memiliki logikanya sendiri yang berbeda dari sistim saraf otonom. Jantung mengirimkan sinyal ke otak yang tidak hanya dimengerti tetapi juga dilaksanakan. Menurut McCraty (2002) neurofisiolog telah menemukan jalur saraf dan mekanismenya sehingga input dari jantung ke otak dapat menghambat atau memfasilitasi aktifitas listrik otak.
Otak di dalam jantung adalah isu yang menarik. Armour (1994) setelah riset yang mendalam, memperkenalkan konsep ‘otak-jantung’ fungsionil. Ia menerangkan bahwa jantung memiliki sistim saraf intrinsik yang kompleks yang memiliki kualitas sebagai ‘otak kecil’ di dalam jantung itu sendiri. Otak-jantung bekerjasama dengan beberapa tipe sel saraf, transmiter, protein, dan sel-sel penyangga lainnya seperti layaknya sistim saraf pusat. Secara independen melakukan pembelajaran, mengingat, dan bahkan merasa dan menerima respon lainnya. Sistim saraf jantung menurut Armour (1991) mengandung kira-kira 40.000 neuron, disebut neurit sensori. Informasi dari jantung termasuk sensasi perasaan dikirim ke otak melalui beberapa saraf aferen. Jalur saraf aferen memasuki otak pada area medulla, dan memanjat keatas menuju pusat yang lebih tinggi, mungkin mempengaruhi persepsi, pengambilan keputusan, dan proses kognitif lainnya. Oleh karena itu menjadi jelas bahwa jantung memiliki sistim sarafnya sendiri dan memproses informasi sendiri bebas dari pengaruh otak dan sistim sarafnya. Dalam keadaan normal, jantung berkomunikasi dengan otak melalui serabut saraf di dalam N. Vagus dan kolum spinal. Pada transplantasi jantung, koneksitas sarafnya terganggu untuk periode tertentu. Pada waktu itu jantung yang ditransplantasikan dapat berfungsi sebagai penghuni baru dengan kapasitas yang mandiri melalui sistim persarafannya yang intrinsik.
Dalam disertasinya Soemantri Hardjoprakoso (1956) telah membuat Skema-1 yang menggambarkan hubungan antara jantung dengan pangerti (fungsi deduktif) sedangkan fungsi persepsi dan asosiasi terletak pada jantung. Perlu dicoba dan diperhatikan apabila seseorang melakukan transedental meditasi yang dalam istilah religi-metafisikanya berupa doa, dzikir, dengan intensitas yang mendalam. Dapat dimengerti adanya sementara anjuran untuk menghentikan aktifitas otak ketika “mendekat” kepada-Nya, tetapi masih menyisakan “pengertian” tentang sumber dan tujuan hidup (TheSource) di dalam jantung, seperti kata-kata yang dibatinkan, berarti status kesadarannya masih ada (lihat Skema-1).
Yang menarik, riset telah mengungkapkan bahwa jantung menginformasikan kepada jantung dan seluruh tubuh melalui interaksi elektromagnetik. Jantung menghasilkan medan elektromagnetik yang kuat dan berirama paling ekstensif. Komponen elektromagnetik jantung kira-kira 500 kali lebih kuat dari otak dan terdeteksi beberapa meter dari badannya. Diperkirakan medan jantung tersebut merupakan pembawa informasi yang memiliki sinyal sinkronisasi global (bluetooth?) ke seluruh tubuh menurut McCraty, Bradley & Tomasino, 2004.
Pada interaksi antar individu telah diketahui adanya pengaruh elekromagnetik atau sistim komunikasi yang ‘berenergi’ berada dibawah kesadaran kita. Interaksi energetik tersebut diduga berperanan dalam atraksi-atraksi tertentu atau sikap yang mempengaruhi hubungan individu dan masyarakat. Juga telah ditemukan bahwa gelombang otak dapat menyinkronkan jantung orang lain.
Jantung dan intuisi menjadi menarik semenjak diketahui bahwa jantung berperanan pada proses dekoding informasi pada intuisi. Dukungan data sebelumnya menunjukkan bahwa lingkungan jantung secara langsung terlibat pada persepsi intuitif yang berhubungan melalui energi lapangan informasi yang berada di luar batas ruang dan waktu.
Telah lama orang berfikir bahwa kesadaran hanya berasal dari otak saja. Studi saintifik baru-baru ini menunjukkan bahwa kesadaran muncul dari otak dan tubuh yang bekerja sama dan jantung di dalamnya sangat berperanan dalam proses tersebut. Faktanya, jantung sangat kompleks, memiliki pusat untuk memproses informasinya sendiri sebagai ‘otak’ fungsional dengan kemampuan komunikasi, mempengaruhi otak melalui sistim syaraf, hormonal dan jalur lainnya. Peranan jantung pada fungsi intuitif adalah hal yang menarik lainnya. Walaupun demikian, pada orang dengan transplantasi jantung, jantung dapat berfungsi normal, disini jantung sebagai medium atau alat, sebagai dasar yang lebih canggih yang mengintegrasikan sistim yang dapat membawa identitas personal dari individu.
Visi baru diharapkan dapat memberikan pencerahan tentang konsep dari ‘mind’ (mental, jiwa, psike) sebagai multi komponen unit yang tidak hanya berinteraksi dengan lingkungan fisik, tetapi juga memiliki kapasitas berkomunikasi alam semesta (makrokosmos) melalui jalur non fisik. Hal ini memberikan konsep yang lebih tinggi yaitu spiritual sebagai konsep elemen nonfisik (imaterial) menurut Lorimer, 2001. Bukti nyata komunikasi unik ini berangkat dari laporan fenomena dari persepsi ekstra sensori (telepati, prekognisi, dan clairvoyance), psycho-kinesis, psychic healing, dan pengalaman religius, menurut Radin, 1997 dan Henry, 2005. Phenomena tersebut telah lama menjadi bahan pertanyaan Carl Gustav Jung, yang sebagian telah di jelaskan oleh Soemantri Hardjoprakoso tentang fenomena “Bayu Sejati” yang dapat dibuktikan secara ilmiah. Sebagai tindak lanjut dari fisika kuantum, Prof Oemar Salim mengharapkan suatu hari fisika kuantum tersebut dapat menjelaskan bagaimana kita sebaiknya memformulasikan heart, mind and spirit (sebagai fisik, mental, dan spiritual).
Budhi S. Purwowiyoto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar