Asosiasi Jantung Amerika (AHA) mengeluarkan panduan mengenai segmentasi miokardium dan registrasi pencitraan kardiak yang merekomendasikan model 17 segmen dari ventrikel kiri sebagai pendekatan optimal untuk menginterpretasikan regional abnormalitas ventrikel kiri secara visual dengan tehnik-tehnik pencitraan kardiak multipel.
Pencitraan resonansi magnetik kardiak (CMR) merupakan modalitas pencitraan noninvasive yang sangat kuat untuk mengevaluasi fungsi miokardium, perfusi dan viabilitas tanpa membutuhkan administrasi radioaktif.
Modalitas pencitraan ini menunjukkan resolusi spasial yang tinggi ketika dibandingkan dengan tehnik pencitraan perfusi nuklir.
Luasnya hyperenhacement subendokardial yang diikuti dengan infark miokard elevasi segmen ST (STEMI) sesuai dengan jaringan miokardium yang terkena dari hasil angiografi.
Studi yang dilakukan oleh Ortiz-Perez et al ini bertujuan untuk menilai hubungan antara anatomi arteri koroner dan model 17 segmen berdasarkan suplai miokardium yang didasarkan pada AHA.
Dari studi prospektif yang menginvestigasikan remodeling ventrikel kiri dengan STEMI yang dilakukan sejak Januari 2000 sampai Juni 2006, dilakukan retrospektif 115 pasien yang memenuhi kriteria adanya nyeri dada selama 30 menit dengan EKG segmen ST elevasi > 0.1mV paling sedikit di 2 lead atau adanya kecurigaan infark posterior, dilakukannya tindakan PCI primer dalam 24 jam pertama, telah ada konfirmasi infark miokard akut dari kreatinin fosfokinase yang lebih dari 2 kali batas atas referensi serta tidak adanya riwayat infark miokard sebelumnya.
Studi ini mengeklusikan 11 pasien tingkat TIMI flow > 1 pada arteri terkait daerah infark (IRA), 2 pasien riwayat operasi bedah pintas koroner dan 1 pasien dengan ketidakjelasan IRA. Total 101 pasien yang memenuhi untuk studi ini serta dilakukan pemeriksaan CMR.
Studi CMR dilakukan pada 93 pasien infark miokard akut yang diterapi dengan PCI primer. Dua observer tersamar ganda melihat ulang semua angiogram pasien tersebut untuk menentukan lokasi dari lesi culprit dan dominansi arteri koroner. Dua observer tambahan menilai apakah ada hyperenhancement (HE) pada model 17 segmen. Segmen-segmen tersebut dibagi berdasarkan daerah anatomi seperti sulcus interventricular dan musculus papilaris.
Pada analisis per segmen, 23% dari segmen HE tidak sesuai dengan distribusi koroner yang ada. HE yang nampak pada dinding basal anteroseptal, mid anterior, mid anteroseptal atau apikal anterior adalah 100% spesifik untuk distribusi arteri koroner left anterior descending (LAD).
Distribusi segementasi arteri koroner.
Distribusi
segmentasi arteri koroner dengan model 17 segmen yang dibuat oleh AHA
(diagram kiri bulls eye) dan berdasarkan spesifitas maksimum CMR HE
(diagram kanan bulls eye). Hasil studi ini menyatakan daerah LAD pada
kebanyakan kasus memberikan segmentasi tambahan pada apeks (segmen 15
dan 16) dan dinding mid anterolateral (segmen 12). Infark pada LAD sering kali melibatkan dinding mid anterolateral, apikal lateral dan apikal inferior. Tidak ada 100% segmen yang spesifik untuk arteri koroner kanan (RCA) atau oklusi arteri koroner sirkumfleks kiri (LCX), walaupun HE pada dinding basal anterolateral sangat spesifik (98%) untuk oklusi LCX.
Kombinasi HE pada dinding anterolateral dan inferolateral 100% spesifik untuk oklusi LCX dan ketika meluas ke dinding inferior juga didapatkan 100% spesifik untuk oklusi dominan atau kodominan LCX.
Empat segmen secara spesifik dapat menggambarkan oklusi LAD. Tidak ada segmen yang dapat secara jelas menyatakan oklusi RCA atau LCX. Walaupun analisis segmen yang ada meningkatkan spesifitas untuk keterlibatan arteri koroner yang terkena. Temuan ini memberikan bukti objektif kegunaan segmentasi wilayah perfusi arteri koroner dan memberikan penilaian yang akurat mengenai pembuluh darah yang terkena pada beberapa modalitas pencitraan. (J Am Coll Cardiol Img 2008; 1: 282–93)
SL Purwo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar