Wabah raya yang menimpa penduduk di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia, hingga kini masih membuat sibuk para ahli di berbagai negara. Berbagai cara telah dilakukan yaitu dengan memutus rantai penyebarannya dengan memusnahkan unggas yang terkena virus Avian Influenzae ini.
Terapi yang pernah dilakukan adalah dengan memberikan obat anti virus neuroamidase inhibitor oseltamivir, tapi belakangan di Vietnam obat inipun seolah tak mampu (resisten) menahan laju progresivitas penyakit.
Akhirnya orang berharap dapat ditemukan vaksin penolaknya. John J Treamor dan kawan-kawan melaporkan keberhasilan penggunaan vaksin flu burung H5 N1 subvirion inaktivasi. Laporan penelitian mereka dipublikasikan dalam New England Journal Medicine edisi 30 Maret 2006 lalu.
Treamor dan kawan-kawan melaporkan data hasil penelitian klinis random multisenter uji tersamar ganda plasebo terkontrol vaksin subvirion influenza A (H5 N1). Dengan mengikutsertakan 451 orang dewasa sehat berusia 18 hingga 64 tahun dan menerima dua dosis vaksin tanpa adjuvant yang mana masing-masingnya mengandung 90, 45, 15 atau 7,5 mikrogram antigen hemaglutinin atau plasebo.
Vaksin tersebut diproduksi dari isolat manusia (A/Vietnam/1203/2004 H5N1) jenis H5 N1 yang virulen dengan menggunakan sistem penyelamatan plasmid serta adanya gen hemoagglutinin dan neuroamidase. Gen sisa berasal dari avirulent dikembangbiakan pada telur yang diperoleh dari strain influenzae A/PR 834.
Hasilnya vaksin dalam studi yang dilakukan oleh Treamor dan kawan-kawan memberikan penundaan. Walaupun vaksin 1203 dinyatakan aman dengan profil efek samping yang tidak nampak namun tingkat imunogenisitasnya masih belum memuaskan..
Sebenarnya hanya satu kelompok yang berhasil mencapai ambang imunogenisitas titer antibodi 1 : 40 atau lebih besar (secara tipikal dianggap seroprotektif) pada peserta yang menerima dua dosis masing 90 mikrogram selama 28 hari dari total dosis 12 kali vaksin influenza.
"Masalah yang penting adalah apakah vaksin 1203 memberikan perlindungan silang terhadap strain influenza A H5 N1 yang lain", ujar Gregory A Poland dalam editorial penyerta di jurnal itu.
(Drs. Mahdi J, Apt, Kardiovaskuler 128)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar