TRANSPLANTASI jantung telah dirintis oleh Dr. Christian Barnard dari Afrika Selatan pada 1967. Salah satu pasiennya, Dirk van Zyl yang mendapatkan transplantasi jantung melalui tangan beliau (1971), dapat hidup sampai 23 tahun. Namun kurang lebih 21% pasien yang mendapatkan jantung baru ini ternyata mengalami perubahan personaliti dan emosi paralel dengan riwayat emosi dan personaliti dari donornya.1,2
Kasus lainnnya, pada 1995, Sonny Graham mendapatkan jantung baru dari Terry Cottle. Pendonor berusia 33 tahun itu meninggal bunuh diri dengan menembak kepalanya dengan pistol (atheist, committedsuicide). Setahun kemudian Sonny Graham ingin berterimakasih kepada Cheryl Cottle, janda dari TerryCottle. Tak dinyana, saat bersua dengan Cheryl, Sonny langsung jatuh cinta. Gayung bersambut akhirnya mereka menikah. namun perkawinan itu tak berlangsung lama dan tragis: Sonny Graham menembak kepalanya dengan pistol, persis seperti yang dilakukan Terry Cottle.3
Antrian untuk mendapatkan donor tidak mudah, sementara penyakit jantung pasien makin memburuk untuk segera mendapatkan donor transplantasi. Maka dikembangkanlah jantung buatan dari bahan titanium yang diberi nama JARVIK.
Salah satu pasien yang menerima JARVIK adalah Peter Houghton pada tahun 2000 dan berfungsi dengan baik. Namun dia melaporkan perubahan personalitinya. "Saya menjadi kurang simpati dan empati, seperti cold hearted, tidak bisa lagi merasa dekat dengan orang-orang yang selama ini dekat dengan saya. Aneh.... saya merasa tidak punya rasa cinta, tidak juga benci. Emosi saya berubah, tidak tahu kenapa. Saya ini part man, part machine… seperti cyborg," katanya saat diwawancarai wartawan. Akhirnya Houghton meninggal, setelah 7 tahun lamanya ditemani dengan jantung buatan ini.4
***
Marilah kita kembali pada pokok bahasan kita, berkenaan dengan jantung atau QALBU. Perhatikan Al Quran surat Al-Araf (7: 179) ketika Allah berfirman "Aku jadikan neraka jahanam dari kebanyakan jin dan manusia, mereka punya QALBU tapi tidak memahami, punya mata tapi tidak melihat, punya telinga tapi tidak mendengar. Itulah mereka hewan bahkan lebih sesat lagi, itulah mereka yang lalai." Arti QALBU dari "Al Qalb" yang artinya "jantung". Bukankah hadits Buchari No.50, mengatakan "Dalam tubuh ada sekepal daging, bila dia baik, baiklah seluruh tubuh dan apabila dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh, itulah Qalb (jantung)". Bahwa Al-Qalb ini berada di dalam rongga dada (Quran Al Hajj (22): 46), dan hadits Arbain Nawawi No.35- riwayat Muslim, Rasulullah mengatakan bahwa taqwa itu berada di dada kirinya sambil menunjuknya sampai 3 kali.
Terjadinya perubahan kepribadian dan emosi resipien jantung tersebut dapatlah disimpulkan bahwa di dalam jantung tersebut pastilah ada sistim sel yang menyimpan memori karakter, sifat, kebiasaan, preferensi, keimanan, rasa cinta, rasa benci, emosi, dari pendonornya. Al Quran mengatakan bahwa "QALBU itu dapat memahami". Tentu saja memahami adalah suatu output dari proses berpikir analisa yang panjang mendalam dengan menggunakan tolok ukur tertentu, memiliki rambu-rambu moral dan keberpihakan kepada umat, keadilan, kejujuran (cognition, higher thinking).
Marilah kita cermati karakteristik dari QALBU lebih mendalam, berikut ini. Jibril menanamkan Al Quran ke dalam QALBU (Al-Baqarah, 2: 97), QALBU itu tempat ketaqwaan (Al-Hajj, 22: 32), tempat keimanan (Al-Maidah 5: 41), tempat kejujuran (Ali Imran 3: 167), tempat kebaikan (Al-Anfaal 8: 70), tempat ketentraman/mutmainah (Al-Anfaal 8:10, Ar-Rad 13: 28, An-Nahl 16: 106), rasa takut kepada Allah (Al-Anfaal 8: 2), Allah membersihkan QALBU (Ali Imran 3: 154), QALBU orang beriman dipersatukan oleh Allah (Al-Anfaal 8: 63), QALBU juga alat berfikir (Al-Hajj 22: 46). Selain itu, QALBU alat untuk cognition: berfikir/menganalisa/memahami (Al-Araaf (7): 179). Sebaliknya melalui bisikan setan di dalam shudur (rongga dada), QALBU bisa diintervensi (An-Naas 114: 4-6), QALBU bisa sesat (Ali Imran 3: 8), bisa keras seperti batu (Al-Baqarah (2: 74), ada penyakit (Al-Maidah 5: 52), QALBU kafir ditimbulkan rasa ketakutan amat sangat (Ali Imran 3: 151), QALBU dalam keadaan lalai (Al-Anbiyya 21: 3).
Jadi, dalam membangun keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, peran QALBU alias jantung sangatlah sentral sekali. Dua hal yang bisa dipelajari di sini. Yang pertama adalah, jantung sebagai organ tubuh yang berperan dalam memompa darah ke seluruh tubuh untuk mendistribusikan oksigen dan nutrien agar semua organ tubuh dapat melakukan fungsinya dengan baik.
Yang kedua jantung sebagai organ yang menyimpan nilai-nilai "kode Allah", bilamana dia sakit maka kita melihat akibatnya distorsi perilaku yang sangat dimurkai Allah, zalim, korupsi, vested, pembohong-tidak jujur, munafik, tidak adil, dsb. Semakin jelaslah kini hatta ya tabayyana lahum annahul haqq, …sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar…. (Fushshilat (41: 53) dan hadits bila QALBU (jantung) itu baik secara organis maupun secara fungsinya maka seluruh tubuh akan baik sehat, sebaliknya bila QALBU itu tidak baik maka seluruh tubuh akan tidak baik, perilaku yang jauh dari nilai-nilai Allah.
Penelitian Armour dari Montreal Canada pada 1991, sungguh mengejutkan dengan ditemukannya sel-sel saraf (neuron) di dalam jantung.5,6 Keberadaan ini juga didukung oleh peneliti dari Lithuania, Neringa Pauziene dkk pada 2000, dengan jelas terlihat keberadaan sel-sel saraf di dalam jantung melalui mata mikroskop elektron.7
Lebih jauh Armour mengatakan dengan ditemukannya tidak kurang dari 40.000 sel neuron tersebut dan adanya sel saraf sensorik aferen yang memberikan informasi ke otak melalui aferen saraf simpatis menuju saraf sumsum tulang belakang dan yang melalui aferen saraf parasimpatis nervus vagus menuju batang otak, yang semua informasinya diteruskan ke otak.
Bahkan Armour juga mengatakan bahwa sistem ini adalah suatu "otak tersendiri" yang independen terhadap otak (dalam kepala). Dia bisa melakukan fungsi merasakan dan rasa, dapat belajar (learning), mengingat (recall memory), berfikir, cognition, dst. Sebab itulah Armour menyebutnya "little brain in the heart". Sel-sel saraf (neuron) di dalam otot jantung ini memproduksi neuropeptide, suatu hormon namanya calmodulin yang mampu menyimpan proses learning dan memory, yang kemudian beredar melalui aliran darah dan informasinya ditangkap oleh otak (cranial brain). Calmodulin ini banyak ditemui di hyppocampus, cortex pre frontal.8,9 Sebab itulah mengapa ketika jantung dari donor yang atheist tadi akan memindahkan sifat atheist tersebut kepada resipien, seperti contoh di atas. Graham akhirnya mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri dengan menembakkan pistol ke dalam mulutnya.
***
Itulah mengapa para saintis barat menemukan kebenaran Al Quran dan kemudian menyatakan ke-Islam-annya dengan mengucap dua kalimat shahadat. Seyogianya ilmuwan intelektual muslim menjadikan Al Quran untuk membangun hipotesis, dengan demikian direction dari penelitian menjadi terarah konvergen tidak divergen atau bizare ketika hanya mengandalkan akal semata seperti penelitian-penelitian di Barat (Al Maghribi). Seperti contohnya penelitian Neuro Science dalam bidang meditasi/kontemplasi yang akan dibahas berikut ini. Karena pendekatannya empirik deduktif, ketika hasil-hasil yang didapat sulit bagi mereka melihat benang merahnya dan akhirnya salah dalam mengambil kesimpulannya.
Neuro science adalah bidang ilmu yang mempelajari ilmu tentang otak manusia, dalam berbagai aktifitas kehidupan manusia, hubungan horisontal maupun vertikal sebagai refleksi mahluk ciptaan Tuhan. Andrew Newberg dari Pennsylvania, USA pada 2001, meneliti 8 monk Tibetan Budhist (rahib) dalam meditasi yang intens (oneness to universe) menunjukkan peningkatan aktifitas otak dengan meningkatnya aliran darah ke cortex pre frontal dorso lateral kanan, yang direkam dengan SPECT Brain HMPAO perfusion scan.10
Kemudian Newberg meneliti kembali pada 3 Franciscan Nuns (biarawati) pada 2003. Aktivitas prayer mereka yang ditujukan pada one god phrase yang ada di Injil (bukan rosary prayer yang notabene trinity base), menunjukkan hasil yang konsisten, terlihat peningkatan aliran darah ke cortex pre frontal dorsolateral kanan juga.11
Hasil riset lainnya, Nina Azari dari Dusseldorf Germany pada 2001, meneliti 6 guru agama yang religius dari Evangelical Fundamentalist Community dan 6 mahasiswa sebagai kontrol dari University of Dusseldorf. Grup religius berdoa dengan membaca Mazmur 23 ayat-1 (Psalm 23 verse-1), artinya Lord is my sheperd atau Tuhan adalah gembalaku berulang-ulang. Kelompok guru agama kemudian disuntikkan 15 Oxygen untuk melihat rCBF di bawah kamera PET (positron emission tomography). Sedangkan grup kontrol menyanyikan lagu yang gembira. Grup kontrol terlihat peningkatan aktifitas otak cortex pre frontal dorso lateral kiri sedangkan grup religius terlihat peningkatan aktifitas otak cortex pre frontal dorso lateral kanan. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian Azari ini adalah bahwa pengalaman religius ini merupakan fenomena kognitif.12
Herrington tahun 2005 membuktikan bahwa kata-kata yang indah menyenangkan akan mengaktifkan cortex pre frontal dorso lateral kiri saja.13 Sedangkan cortex pre frontal dor so lateral kanan bila didisrupsi dengan stimulus magnet akan menjadi tidak berfungsi, dan keputusan yang diambil pada saat itu akan distorsi melanggar nilai-nilai moral. Artinya cortex pre frontal dorso lateral kanan tersebut tempat aktifitas kognitif berbasis moral.14
Pada pasien dengan gagal jantung atau kerusakan miokard (otot jantung) seperti yang dilaporkan Ingrid Kinderman tahun 2012, pada kardiomiopati atau yang spesifik seperti chagas disease, kerusakan miokard tersebut menyebabkan gangguan kognitif.15
Hasil pencitraan aktivitas otak pada Muslim, Katolik dan Budhist (Manoefris Kasim, 2013)
Manoefris Kasim pada 2013 meneliti 15 subjek sehat, right handed, terdiri dari 8 Muslim, 3 Katolik, 2 Protestan, 1 Budhist dan 1 Hindu Bali. Perekaman dilakukan dengan tehnik fMRI (functional MRI dengan bold sequence) dan data diproses dengan software perfusion. Pemeriksaan terdiri dari 4 sesi, yaitu baseline, meditasi, hearing/listening lagu rohani setiap sesi lamanya 4 menit. Untuk Muslim terdiri dari dzikir, shalat dan mendengar resitasi Al Quran. Untuk Katolik dan Protestan berdoa dengan basis rosary/trinitas, (Bapak, Putra dan roh Kudus), membaca Mazmur 23 ayat 1, kemudian mendengar lagu gospel. Untuk Buddhist memusatkan atensi kepada satu titik oneness ke universe alam semesta, kemudian hearing lagu rohani Budhist. Terakhir, untuk Hindu Bali resitasi fokus kepada Hyang Widhi, kemudian mendengarkan lagu rohani Hindu Bali.
Hasilnya menunjukkan peningkatan aktifitas otak cortex pre frontal dorso lateral kanan pada muslim ketika zikir, shalat dan mendengar resitasi Al Quran. Sebaliknya tidak terlihat aktifitas sama sekali di cortex pre frontal dorso lateral kanan dan kiri pada Katolik atau Protestan ketika berdoa rosary/trinity base. Namun jika berdoa dengan Mazmur 23 ayat 1 terlihat peningkatan aktifitas di cortex pre frontal dorso lateral kanan. Saat mendengar lagi gospel terlihat peningkatan aktifitas otak cortex pre frontal dorso lateral yang kiri saja, sedangkan kanannya tidak.
Nah bagaimana dengan yang Buddhist? Terlihat peningkatan aktifitas otak cortex pre frontal dorso lateral yang sebelah kanan juga ketika meditasi ditujukan kepada to oneness of God dan hal serupa ketika hearing sacred Buddhist song yang diaktifkan juga cortex pre frontal dorso lateral Kanan. Sedangkan pada subjek Hindu Bali, meditasi yang ditujukan pada Sang Hyang Widhi, mengaktifkan otak cortex pre frontal dorso lateral kiri dan ketika subjek mendengarkan lagu rohani Hindu Bali yang diaktifasi juga otak cortex pre frontal dorso lateral Kiri.16
***
Tak pelak lagi, QALBU atau jantung sangat sentral dalam keimanan dan ketaqwaan bagi seorang muslim. Jadi QALBU bukan otak atau pun hati/liver atau sesuatu yang abstrak. QALBU adalah organ jantung dan jantung adalah QALBU. Meditasi, sembahyang atau kontemplasi bila ditujukan pada one God (monotheism), maka aktifitas otak kanannya akan menjadi aktif, untuk terciptanya bilateral communication with almighty ALLAH. Aliran darah akan banyak mengalir ke otak kanan tersebut. Sehingga fungsi kognitif otak menjadi baik dan sehat, baik secara fisik maupun rohani.
Akhirnya the ultimate goals-nya spiritualitas berbasis tauhid, dapat dibuktikan dengan sains, artinya kita telah membuktikan masalah “Keimanan Tauhid dan ketaqwaan" (Al-Baqarah (2): 177). Dan tinggal bagaimana kita mengisi dan memelihara QALBU tersebut dengan amal ibadah kita dalam berbagai aspek kehidupan di alam dunia ini untuk mencapai kehidupan yang abadi kelak. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
- Paul Pearsall, Garry ER Schwartz, Linda GS Russek. Changes in heart transplant recipients that parallel the personalities of their donors. Integrative Medicine. 1999; 2: 65-72.
- Bunzel B, Schimidl-Mohl B, Grundblock A, et al. Does changing the heart mean changing personality? A retros pec tive inquiry on 47 heart tranplant patients. Qual Life Res.1992; 4: 251-6.
- Paul Thompson. Man given heart of suicide victim marries donor’s widow and then kills himself in exactly the same way. Mail Online. 2008; April 7.
- Joel Garreau. His Heart Whirs Anew. The Washington Post. 2007; August 11.
- Armour JA . Anatomy and function of the intrathoracic neurons regulating the mammalian heart. In Reflex Control of the circulation, ed. Zucker IH & Gilmore JP. 1991; pp. 1-37. CRC Press, Boca Raton, FL, USA.
- Armour JA, Kember. Cardiac sensory neurons. In Basic and Clinical Neurocardiology, ed. Armour JA & Ardell JL. 2004; pp.79117. Oxford University Press, New York.
- Neringa Pauziene, Dainius H.Pauza, Rimvydas Stropus. Morphology of human intracardiac nerves: an electron microscope study. J. Anat. 2000; 197: 437-459.
- Paul T Kelly. Calmodulin Dependent Protein Kinase II. Molecular Neurobiology. 1991; 5: 153-177.
- Science of the heart: Exploring the Role of the Heart in Human Performance. Heartmath Research Center. Publication No. 01-001. Boulder Creek, CA, 2001
- Newberg A, Alavi A, Baime M, Pourdehnad M, Santanna J & d’Aquili E. The measurement of regional cerebral blood flow during the complex cognitive task of meditation: A preliminary SPECT study. Psychiatry Research, 2001; 106: 113-122.
- Newberg A. Pourdehnad M, Alavi A & d’Aquili E G. Cerebral blood flow during meditative prayer: Preliminary findings and methodological issues. Perceptual and Motor Skills. 2003; 97: 625-630.
- Azari N P, Nickel J, Wunderlich G. Nie deg gen M, Hefter H, Tellmann L, et al. Neural correlates of re li gious ex pe rien ce. European Journal of Neuroscience. 2001; 13: 1649-1652.
- Herrington JD, Mohanty A, Koven NS, et al.Emotion Modulated Performance and Activity in Left Dorsolateral Prefrontal Cortex. Emotion. 2005; 5: 200-207.
- Sébastien Tassy, Olivier Oullier, Yann Duclos, et al. Disrupting the right prefrontal cortex alters moral judgement. SCAN. 2012; 7: 282-288.
- Ingrid Kindermann, Denise Fisher, Julia Karbach, et al. Cognitive function in patient with decompensated heart failure: the cognitive impairment in heart failure (cogimpair-HF) study. European J of HF. 2012; 14: 404-413.
- Manoefris Kasim, Taufiq Pasiak, Quraish Shihab. Spirituality Tauhid Base Prayer will activate Right Dorso Lateral Pre Frontal Cortex. Unpublished Data. 2013.
dr. Manoefris Kasim, SpJP(K)
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta