Cardiac rehabilitation (rehab) is a medically supervised program that helps improve the health and well-being of people who have heart problems. Rehab programs include exercise training, education on heart healthy living, and counseling to reduce stress and help you return to an active life. (The National Heart, Lung, and Blood Institute, USA)
SALAM KARDIO. Judul tersebut terasa agak memaksa, tetapi kalau benar-benar dirasa-rasakan memang seharusnya demikian seperti konsep “rehabilitasi kardiovaskular” yang telah dikemukakan oleh The National Heart, Lung, and Blood Institute salah satu lembaga kesehatan di Amerika Serikat yang amat bergengsi. Ada unsur komunikasi, informasi dan edukasi tentang hidup sehat, mengurangi stres dan mengembalikan pasien jantung ke kehidupan aktifnya.
Nah, siapa saja pasien yang dianjurkan untuk dikelolanya? Mereka memasukkan kelompok-kelompok yang selamat dari serangan jantung atau paskabedah jantung. Melakukan upaya preventif agar terhindar dari rawat-inap ulang di rumah sakit, masalah jantung lanjut, dan meninggal mendadak akibat penyakitnya.
Berbasis Rumah. Lagi-lagi kata-kata berbasis rumah memaksakan diri seolah-olah lebih hebat dari sentra PRKV, Preventif-Rehabilitasi KardioVaskular kita sebut saja sentra-rehab yang canggih, tidak semua rumah sakit pendidikan jantung memilikinya. Sekiranya ini benar-benar berkembang seperti di Australia maka sentra rehab yang canggih tersebut dengan entengnya disebut sebagai “Sentra Rehab Tradisionil”.
Dr. Aulia Sani SpJP pada suatu hari bertanya kepada penulis: “Sudahkah Home-based cardiac rehabilitation anda kembangkan? Itu sangat penting lho. Zaman saya menjadi Direktur Utama, saya kirim orang ke Australia untuk studi banding!” Karena beliau beberapa kali menanyakan tergetar juga hati saya untuk mencari tahu apa yang beliau maksudkan. Tidak tanggung-tanggung Dr. dr. Hananto Andriantoro, SpJP Direktur Utama RS Harapan Kita berlantang kata agar Tim Rehab siap memberikan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang upaya penanggulangan penyakit jantung. Seperti gayung bersambut saja Dr. dr. Amiliana M. Soesanto, SpJP menugaskan penulis untuk memberikan Kuliah Senior di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI. Terpilihlah topik “Home-based Cardiac Rehabilitation from The Desk of a Doctor” dalam arti yang paling sederhana yang mungkin dikembangkan oleh seorang dokter. Idealnya memang menggunakan teknologi masa kini.
Rehab berbasis rumah menganjurkan pasien-pasien jantung untuk berolah raga di rumahnya sendiri walaupun hanya memiliki jalur olahraga 2 x 1 meter. Andalannya adalah jalan kaki dengan menggerakkan tangan dan kaki dengan penuh semangat. Semangat menjadi penting apalagi disertai dengan percaya diri. Boleh sambil melihat acara di televisi bahkan ngobrol dengan keluarga. Olah raga diteruskan ukuran intensitasnya masih dapat ngobrol atau menyanyi dengan baik, tidak ngos-ngosan.
Menurut Dr. Mia Amira Callista, peserta program studi kardiovaskular di unit Preventif-Rehabilitasi Kardiovaskular, upaya preventif ini perlu diberi muatan spiritual seperti pendekatan Kardiologi Kuantum. Meminjam konsep Candra Jiwa Indonesia, dipersepsikan olahraga ini merupakan bagian dari ibadah kita kepada Tuhan YME. Dengan menjaga kesehatan maka banyak yang dapat kita kerjakan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat.
Mengikuti kaidah FITT alias Frekwensi, Intensitas, Time (waktu) dan Tipe olah-raganya. Untuk frekwensi dapat dilakukan 3-7 kali dalam seminggu. Intensitasnya ringan sampai sedang saja, kalau mau diukur denyut nadinya lebih bagus. Denyut nadi maksimalnya 120 saja untuk pasien jantung, untuk yang sehat dapat ditambah menjadi 130-140.
Bagi pasien jantung ada 2 pendekatan:
1) umum (FITT), sasaran frekwensi jantung, dianggap sama dengan denyut nadi, ialah DJB= denyut jantung berdiri/duduk/istrahat yaitu
--- Target denyut jantungnya; TDN= [DJB + (10 s/d 20)] < 120 dpm=denyut per menit; sebagai denyut jantung maksimal.
2) progresif dalam rentang waktu 3 bulan (FITTPro); pada bulan pertama sasarannya: TDN BL1= [DJB + (10 s/d 30)] dpm
--- bulan kedua: TDN BL2= [DJB + (10 s/d 40)] dpm
--- bulan ketiga: TDN BL3= [DJB + (10 s/d 50)]dpm
--- frekwensi maksimalnya masih tetap 120 dpm.
Tentu saja setelah terlatih selama tiga bulan tersebut, sekiranya pasien ingin ikut klub olahraga sudah lebih longgar. Ada baiknya konsultasi ke dokter terdekatnya sebelum menjadi anggota klub-klub olahraga. Jadi, waktunya 30 menit setiap hari, dapat juga 15 menit 2x sehari. Dibuat dengan santai tetapi cukup bersemangat. Tipenya ya jalan kaki, atau memakai sepeda statis. Kalau malas hitung menghitung, kita dapat melakukan tes bicara atau menyanyi. Asal masih dapat bicara atau menyanyi secara wajar tidak sampai ngos-ngosan, kita anggap intensitasnya ringan sedang. Cukup sebagai target kita latihan sehari-hari.
Bila ingin menilai kesegaran jasmani sebagai bagian dari kualitas hidup, ada baiknya sebelum dan sesudah melakukan program olahraga, kita dapat menggunakan kwesioner WHO-5 Indeks Kebugaran Subjektif di bawah ini.
WHO-5 Kwesioner/Indeks Kebugaran-Subjektif
Silahkan dilingkari lima pernyataan yang paling mendekati perasaan anda selama periode 2 minggu ini. Perhatian bahwa angka yang lebih tinggi diartikan sebagai (indeks) kebugaran-subjektif yang lebih baik. (WHO-5 Well-Being Index)*)
Jumlah keseluruhan dihitung dari angka total dari lima jawaban. Nilai skor-baku terletak di antara angka 0 sampai 25; angka 0 mewakili kemungkinan terburuk dan angka 25 mewakili kemungkinan terbaik dari kualitas hidup. Untuk mencapai skor-baru: persentase yang terstandarisasi dari 0 sampai 100 (desimal), skor bakunya dikalikan dengan angka 4. Skor yang terstandarisasi 0 mewakili kemungkinan terburuk sementara skor 100 mewakili kemungkinan terbaik dari kualitas hidup.
Interpretasi: Direkomendasikan untuk memakai the Major Depression (ICD-10) Inventory (Annex 2)*) jika angka bakunya dibawah 13 menunjukkan kebugaran-subjektifnya buruk dan merupakan petanda untuk dilakukan tes untuk depresi menggunakan inventory tersebut. Monitoring perubahan: Agar supaya kemungkinan adanya perubahan kebugaran-subjektif dapat dimonitor, maka digunakan standarisasi skor persentase. Perbedaan 10% menunjukkan adanya perubahan (John Ware, 1995) #) [BSP 160515]
Di Masa Datang, anggaplah ini sebagai suatu cita-cita. Kelompok peneliti Australia yang bermarkas di R.S. Prince Charles Brisbane Australia telah membagi pengalamannya kepada kita untuk mengembangkan rehab berbasis rumah. Tentu saja ini pemilihan yang logis mengingat Australia merupakan benua yang luas sementara penduduknya relatif sangat sedikit dibanding dengan luasnya negara tersebut.
Diagram Sistem Pelayanan. Telepon genggam berfungsi sebagai media komunikasi yang mencakup a) Tim Rehab yang memandu dan menetapkan program, b) pesan motivasi harian, video edukasi dan pengiriman audio relaksasi, serta observasi pribadi dan memasukkan data kesehatan ke aplikasi Kebugaran Harian. Seluruh data berbasis harian disinkronisasi dan disimpan ke Catatan Kebugaran Harian yang terhubung melalui portal pada server jauh. (Walters et al.BMC Cardiovascular Disorders 2010, 10:5; http://www.biomedcentral.com/1471-2261/10/5 cited May 15, 2016)
Perhatikan adanya 3 kelompok manusia disini yaitu pasien, tim rehab, dan provider servis. Pasien adalah mereka yang melakukan kegiatan rehab membawa alat komunikasi HP, handphone, memanfaatkan internet, dan teknologi komunikasi. Tim rehab adalah yang memberikan panduan aktifitas, dan provider servis yang menyiapkan web-server; portal web untuk, data kebugaran harian, pengukuran data, laporan kesehatan, materi edukasi, dan ruang diskusi dengan telpon. Kelompok ke-3 menyiapkan sinkronisasi data dari Tim Rehab terhadap data dasar pasien dalam webservernya; Pasien akan menerima pesan-pesan motivasi dan edukasi multimedia melalui SMS langsung ke HP-nya; pasien dapat membuka data kebugaran hariannya termasuk memasukkan data perubahan ukuran berat badan, denyut jantung, capaian langkahnya dalam satu hari itu, dan memantau kesehatan jantungnya sendiri.
Bila kelompok ke-3 ini memiliki fasilitas penjualan dan strategi pasar yang jitu maka akuntan perusahaan tersebut dapat menentukan “harga” pelayanan ini kepada pasien termasuk jasa siapa saja dan organisasi apasaja yang terlibat. Program ini dapat dijual kepada siapa saja yang membutuhkan. Maka konsep ini akan berkelanjutan sesuai hukum bisnis-profesional maupun bisnis-sosial.
Demikianlah artikel kardiologi kuantum kali ini, mengemukakan suatu perspektif kardiologi sosial (promotif, preventif, dan rehabilitasi kardiovaskular) dari yang paling sederhana, yang masih dapat dikembangkan dari meja seorang dokter kardio(angio)log sampai kolaborasi dengan pihak ke-3 provider servis berbasis teknologi internet. Ketika berolahraga di rumah diusulkan dengan intensitas ringan-sedang saja, cukup 30 menit sehari. Yang penting Pe-de, percaya diri! “May The Force be with us,” Salam Kuantum.
__________
*) Wellbeing Measures in Primary Health Care/ The DEPCARE Project. Report on a WHO Meeting. Stockholm, Sweden, 12–13 February 1998. (EUR/ICP/QCPH 05 01 03; page 25; Annex 1; Annex 2).
#) Ware, J.E. & Davies, A.R. Monitoring health outcomes from the patient’s point of view: a primer. Kenilwork, New Jersey, Integrated Therapeutic Group, 1995.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar