Perubahan akut pada fungsi renal akibat media kontras radiografi biasanya bersifat ringan dan sementara, tetapi dapat menghasilkan disfungsi ginjal yang menetap dan membutuhkan terapi pengganti ginjal.
Nefropati terkait kontras (CIN) merupakan penyebab tersering gagal ginjal onset dini pada pasien yang dirawat di rumah sakit, dengan risiko tertinggi pada pasien yang sebelumnya dengan gangguan fungsi ginjal.
Hal ini dihubungkan dengan peningkatan yang signifikan terhadap morbiditas dan mortalitas di rumah sakit serta jangka panjang, peningkatan perkembangan penyakit ginjal kronis dan tingginya biaya perawatan.
Karena tidak ada terapi spesifik untuk CIN dan penyakit ini merupakan iatrogenic, prevensi merupakan hal terpenting. Patofisiologi CIN tidak dipahami secara sempurna tetapi mungkin terdapat vasokonstriksi akut yang menghasilkan hipoperfusi ginjal, hipoksia memicu stress oksidatif dan radikal bebas menghasilkan suasana asam medulla renalis.
Beberapa pendekatan telah diajukan untuk mencegah terjadinya CIN dengan target pada pato mekanismenya. Satu hari pemberian natrium klorida 0.9% secara umum diterima dalam penggunaan klinis praktis dalam mencegah dan dianggap sebagai tolak ukur pencegahan CIN.
Studi terbaru telah mengevaluasi pemberian natrium bikarbonat lebih superior dibandingkan pemberian natrium klorida 0.9%. berdasarkan hipotesis alkalinisasi tubulus renal dengan bikarbonat mungkin akan mengurangi jejas renal.
Studi oleh Merten et al. memperlihatkan pemberian natrium bikarbonat selama 7 jam, nampaknya lebih superior dari pemberian 7 jam natrium klorida 0.9%. Akan tetapi, pemberian 24 jam natrium klorida 0.9% untuk menunjang suatu dugaan bahwa dengan pemanjangan pemberiannya mungkin merupakan mekanisme yang efektif, namun hal tersebut belum pernah dilakukan.
Sehingga dilakukanlah studi oleh Klima et al, untuk membandingkan pembe-rian natrium klorida 0.9% selama 24 jam dengan natrium bikarbonat untuk mencegah CIN. Studi ini merupakan studi prospektif, randomisasi yang dilakukan selama Maret 2005 sampai Desember 2009, melibatkan 258 pasien konsekutif dengan insufisienfi renal yang menjalani prosedur kontras intra vaskuler.
Pasien dirandomisasi untuk diberikan intravena natrium klorida 0.9% 1cc/kg/jam (kelompok A) selama 12 jam sebelum dan sesudah atau natrium bikarbonat (166 mEq/L) 3 cc/kg (kelompok B) selama 1 jam sebelum dan 1 cc/kg/jam selama 6 jam setelah tindakan atau pemberian natirum bikarbonat (166 mEq/L) 3 cc/kg (kelompok C) selama 20 menit sebelum tindakan ditambahkan natrium bikarbonat tablet (500 mg setiap 10 kg).
Hasil keluaran primer berupa perubahan estimasi nilai filtrasi glomerulus (eGFR) dalam 48 jam setelah tindakan. Sedangkan hasil keluaran sekunder berupa perkembangan CIN. Perubahan maksimum eGFR secara signifikan lebih besar pada kelompok B dibandingkan dengan kelompok A [perbedaan rerata -3.9 (95% CI -6.8 sampai -1) cc/menit/1.73m2; p = 0.009] dan sama diantara kelompok C dan B [perbedaan rerata 1.3 (95% CI, -1.7 – 4.3) cc/kg/1.73m2, p = 0.39]. Insidensi CIN secara signifikan lebih rendah pada kelompok A (1%) dibandingkan kelompok B (9%, p = 0.02) dan sama diantara kelompok B dan C (10%, p = 0.9).
Nefropati terkait kontras (CIN) merupakan penyebab tersering gagal ginjal onset dini pada pasien yang dirawat di rumah sakit, dengan risiko tertinggi pada pasien yang sebelumnya dengan gangguan fungsi ginjal.
Hal ini dihubungkan dengan peningkatan yang signifikan terhadap morbiditas dan mortalitas di rumah sakit serta jangka panjang, peningkatan perkembangan penyakit ginjal kronis dan tingginya biaya perawatan.
Karena tidak ada terapi spesifik untuk CIN dan penyakit ini merupakan iatrogenic, prevensi merupakan hal terpenting. Patofisiologi CIN tidak dipahami secara sempurna tetapi mungkin terdapat vasokonstriksi akut yang menghasilkan hipoperfusi ginjal, hipoksia memicu stress oksidatif dan radikal bebas menghasilkan suasana asam medulla renalis.
Beberapa pendekatan telah diajukan untuk mencegah terjadinya CIN dengan target pada pato mekanismenya. Satu hari pemberian natrium klorida 0.9% secara umum diterima dalam penggunaan klinis praktis dalam mencegah dan dianggap sebagai tolak ukur pencegahan CIN.
Studi terbaru telah mengevaluasi pemberian natrium bikarbonat lebih superior dibandingkan pemberian natrium klorida 0.9%. berdasarkan hipotesis alkalinisasi tubulus renal dengan bikarbonat mungkin akan mengurangi jejas renal.
Studi oleh Merten et al. memperlihatkan pemberian natrium bikarbonat selama 7 jam, nampaknya lebih superior dari pemberian 7 jam natrium klorida 0.9%. Akan tetapi, pemberian 24 jam natrium klorida 0.9% untuk menunjang suatu dugaan bahwa dengan pemanjangan pemberiannya mungkin merupakan mekanisme yang efektif, namun hal tersebut belum pernah dilakukan.
Sehingga dilakukanlah studi oleh Klima et al, untuk membandingkan pembe-rian natrium klorida 0.9% selama 24 jam dengan natrium bikarbonat untuk mencegah CIN. Studi ini merupakan studi prospektif, randomisasi yang dilakukan selama Maret 2005 sampai Desember 2009, melibatkan 258 pasien konsekutif dengan insufisienfi renal yang menjalani prosedur kontras intra vaskuler.
Pasien dirandomisasi untuk diberikan intravena natrium klorida 0.9% 1cc/kg/jam (kelompok A) selama 12 jam sebelum dan sesudah atau natrium bikarbonat (166 mEq/L) 3 cc/kg (kelompok B) selama 1 jam sebelum dan 1 cc/kg/jam selama 6 jam setelah tindakan atau pemberian natirum bikarbonat (166 mEq/L) 3 cc/kg (kelompok C) selama 20 menit sebelum tindakan ditambahkan natrium bikarbonat tablet (500 mg setiap 10 kg).
Hasil keluaran primer berupa perubahan estimasi nilai filtrasi glomerulus (eGFR) dalam 48 jam setelah tindakan. Sedangkan hasil keluaran sekunder berupa perkembangan CIN. Perubahan maksimum eGFR secara signifikan lebih besar pada kelompok B dibandingkan dengan kelompok A [perbedaan rerata -3.9 (95% CI -6.8 sampai -1) cc/menit/1.73m2; p = 0.009] dan sama diantara kelompok C dan B [perbedaan rerata 1.3 (95% CI, -1.7 – 4.3) cc/kg/1.73m2, p = 0.39]. Insidensi CIN secara signifikan lebih rendah pada kelompok A (1%) dibandingkan kelompok B (9%, p = 0.02) dan sama diantara kelompok B dan C (10%, p = 0.9).
(Eur H Journal 2012; 2-9)
SL Purwo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar