MODEL prediktor risiko kardiovaskular digunakan untuk kemudahan klinis dalam mengidentifikasi dan manajemen populasi berisiko tinggi, serta mengkomunikasikan risiko tersebut secara efekif. Jurnal ini meneliti validitas dan utilitas dari 4 model prediktor risiko kardiovaskular pada populasi Asia di negara berkembang. Data diambil dari survey berbasis populasi nasional dari 14.863 partisipan yang berusia 40-65 tahun. Skor risiko Framingham, SCORE (Systematic Coronary Risk Evaluation) pada daerah berisiko tinggi dan rendah serta model WHO/ISH dianalisis. Keluaran utama dari penelitian ini adalah mortalitas kardiovaskular dalam 5 tahun. Diskriminasi kemudian dihitung pada keseluruhan model kemudian dilakukan kalibrasi pada model SCORE.
Faktor risiko kardiovaskular cenderung tinggi pada perokok 20%, obesitas 32%, hipertensi 55%, diabetes mellitus 18% dan hiperkolestrolemia 34%. FRS dan SCORE-tinggi dan rendah menunjukkan keunggulan dalam stratifikasi risiko. FRS dan SCORE tinggi dan rendah juga merupakan diskriminan bagus untuk mortalitas kardiovaskular, area dibawah kurva ROC (AUC) 0.768. Model WHO/ISH menunjukkan diskriminasi yang buruk, AUC 0.613.
Model Prediksi risiko kardiovaskular pada sumber informasi terbatas peranannya sangat penting. Model tersebut seharusnya dapat membedakan secara memadai antara risiko kardiovaskular rendah dan tinggi untuk mengoptimalkan terapi pada kelompok yang besar. Model prediksi kardiovaskuler WHO/ISH telah direkomendasikan untuk stratifikasi faktor risiko negara-negara dengan sumber data yang kurang memadai. Keinginan utama yang terkandung dalam rekomendasi ini adalah tidak terdapatnya hasil penelitian yang terkait dengan daftar ada-tidaknya hasil kolesterol. Model WHO/ISH yang digunakan pada studi ini memasukkan angka kolesterol total, namun tidak dapat menstratifikasi risiko kardiovaskular secara akurat.
Studi ini menggarisbawahi bahwa model WHO/ISH harus divalidasi sekiranya akan dipakai untuk menghitung stratifikasi risiko kardiovaskular. Implikasi penggunaan prediksi risiko WHO/ISH tanpa validasi dapat mencemaskan. Pada populasi Malaysia, model WHO/ISH secara tidak tepat mengkategorikan sebagian besar masyarakat berada pada risiko kardiovaskular yang rendah. Masalah ini membahayakan prevensi, kontrol dan monitoring penyakit jantung ketika sumber daya dan dana diarahkan ke skrining individu dengan risiko tinggi dengan kemungkinan teridentifikasi lebih rendah, sehingga yang terobati lebih sedikit akibatnya banyak terjadi komplikasi. Ketika kendala tingginya angka kejadian dan kematian akibat penyakit jantung di negara berkembang bisa lebih tinggi atau lebih rendah, klasifikasi yang salah tentang kehadiran risiko kardiovaskular pada periode yang menentukan untuk memulai atau meningkatkan strategi penanggulangannya tidak dapat diterima, ini akan mengganggu upaya pencegahan.
Sebagai kesimpulan, Model FRS dan SCORE-tinggi dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko tinggi kardiovaskular pada populasi Malaysia. Model SCORE-tinggi memprediksi risiko lebih akurat pada laki-laki namun underestimate pada wanita. (Intern J. Cardio. 176 (2014) 211–218)
Faktor risiko kardiovaskular cenderung tinggi pada perokok 20%, obesitas 32%, hipertensi 55%, diabetes mellitus 18% dan hiperkolestrolemia 34%. FRS dan SCORE-tinggi dan rendah menunjukkan keunggulan dalam stratifikasi risiko. FRS dan SCORE tinggi dan rendah juga merupakan diskriminan bagus untuk mortalitas kardiovaskular, area dibawah kurva ROC (AUC) 0.768. Model WHO/ISH menunjukkan diskriminasi yang buruk, AUC 0.613.
Model Prediksi risiko kardiovaskular pada sumber informasi terbatas peranannya sangat penting. Model tersebut seharusnya dapat membedakan secara memadai antara risiko kardiovaskular rendah dan tinggi untuk mengoptimalkan terapi pada kelompok yang besar. Model prediksi kardiovaskuler WHO/ISH telah direkomendasikan untuk stratifikasi faktor risiko negara-negara dengan sumber data yang kurang memadai. Keinginan utama yang terkandung dalam rekomendasi ini adalah tidak terdapatnya hasil penelitian yang terkait dengan daftar ada-tidaknya hasil kolesterol. Model WHO/ISH yang digunakan pada studi ini memasukkan angka kolesterol total, namun tidak dapat menstratifikasi risiko kardiovaskular secara akurat.
Studi ini menggarisbawahi bahwa model WHO/ISH harus divalidasi sekiranya akan dipakai untuk menghitung stratifikasi risiko kardiovaskular. Implikasi penggunaan prediksi risiko WHO/ISH tanpa validasi dapat mencemaskan. Pada populasi Malaysia, model WHO/ISH secara tidak tepat mengkategorikan sebagian besar masyarakat berada pada risiko kardiovaskular yang rendah. Masalah ini membahayakan prevensi, kontrol dan monitoring penyakit jantung ketika sumber daya dan dana diarahkan ke skrining individu dengan risiko tinggi dengan kemungkinan teridentifikasi lebih rendah, sehingga yang terobati lebih sedikit akibatnya banyak terjadi komplikasi. Ketika kendala tingginya angka kejadian dan kematian akibat penyakit jantung di negara berkembang bisa lebih tinggi atau lebih rendah, klasifikasi yang salah tentang kehadiran risiko kardiovaskular pada periode yang menentukan untuk memulai atau meningkatkan strategi penanggulangannya tidak dapat diterima, ini akan mengganggu upaya pencegahan.
Sebagai kesimpulan, Model FRS dan SCORE-tinggi dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko tinggi kardiovaskular pada populasi Malaysia. Model SCORE-tinggi memprediksi risiko lebih akurat pada laki-laki namun underestimate pada wanita. (Intern J. Cardio. 176 (2014) 211–218)
Habibie Arifianto & Budhi SP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar