tag:blogger.com,1999:blog-41391076464573276902024-03-14T14:32:42.019+07:00kardiovaskulerkardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.comBlogger332125tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-356595132033020892018-06-05T15:25:00.000+07:002018-06-05T15:25:27.423+07:00Kardiologi Pediatrik: Masih Mencari Tempat di Hati Para Kardiolog<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><i>PERKI, Kolegium dan pemerintah harus bahu membahu memperbaiki layanan jantung anak. Pengadaan SDM pediatrik sangat perlu digalakkan.</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-3sPXBFbFE78/WxZHaiS8I1I/AAAAAAAADDM/lmR_xl6hxRMgwjNcy6etgi8Y6te2Mj6sQCLcBGAs/s1600/Prof_Ganesja.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="976" data-original-width="803" height="200" src="https://4.bp.blogspot.com/-3sPXBFbFE78/WxZHaiS8I1I/AAAAAAAADDM/lmR_xl6hxRMgwjNcy6etgi8Y6te2Mj6sQCLcBGAs/s200/Prof_Ganesja.jpg" width="164" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
DUNIA keilmuan kardiologi kembali menghadapi acara istimewa tahun ini: Kongres Perhimpunan Kardiak Pediatrik Asia Pasifik ke-7 atau <i>The 7<sup>th</sup> Congress of Asia Pacific Pediatric Cardiac Society (APPCS)</i>. Kali ini Indonesia mendapat kehormatan sebagai tuan rumah kongres yang berlangsung tiap dua tahun tersebut yang diadakan di Bali pada 30 Agustus – 1 September 2018.</div>
<div style="text-align: justify;">
Panitia APPCS 2018 mengharapkan kehadiran setidaknya 700 anggota yang terdiri dari para profesional dan ilmuwan dari seluruh pelosok negara-negara Asia Pasifik. Panitia bahkan harus mengundurkan tenggat waktu penyerahan abstrak hingga akhir April.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Semua kumpul di APPCS 2018, ada dokter bedah anak, dokter jantung, dokter anak, anastesi, termasuk pakar-pakar pediatrik dari luar negeri,” kata Prof dr Ganesja Harimurti, SpJP(K) yang bertindak sebagai anggota Dewan Penasehat Panitia Penyelenggara, APPCS 2018. Saat ini untuk menyambut APPCS 2018, segala sesuatunya telah dipersiapkan. Mulai dari sponsorship, lokasi, akomodasi hingga masalah keilmuan. “Di sana kita akan mengadakan pertukaran dan meng<i>update</i> ilmu-ilmu pediatrik, bagaimana tantangan dan solusinya,” kata Ganesja.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tema pertemuan ilmiah kali ini pun cocok untuk kondisi tatalaksana pelayanan kardiologi pediatrik di Indonesia, yakni <i>“Progress and Harmony Towards Equal Care for Children with Cardiac Problems"</i>. Pemerataan layanan kesehatan jantung anak di Indonesia memang harus terus digalakkan. Sebenarnya, menurut Ganesja, dari segi perkembangan dan tindakan kardiologi pediatrik Indonesia tak kalah dengan di Luar Negeri. Namun pada sisi pelayanan terhadap masalah jantung anak, masih banyak sekali yang harus diperbaiki.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-Dea5_Oo7kjU/WxZH23TndUI/AAAAAAAADDU/lFO5cjhDgA4TmucfHgvH87AScDmegFZ_QCLcBGAs/s1600/IHN7_laput01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="354" data-original-width="850" height="166" src="https://2.bp.blogspot.com/-Dea5_Oo7kjU/WxZH23TndUI/AAAAAAAADDU/lFO5cjhDgA4TmucfHgvH87AScDmegFZ_QCLcBGAs/s400/IHN7_laput01.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><b><span style="color: yellow;">Layanan Kardiologi Pediatrik</span></b></b></div>
<div style="text-align: justify;">
“Lihat saja kondisi pasien-pasien jantung anak di Indonesia, masih memprihatinkan. Perhatian terhadap kardiologi pediatrik memang masih sangat rendah, tenggelam dibandingkan dengan penyakit jantung koroner,” tutur Ganesja saat ditemui <b>Inaheartnews</b>. Perhatian masyarakat dan pemerintah lebih banyak kepada masalah jantung dewasa. “Misalnya sangat jarang ada pemberitaan atau pembahasan kasus jantung anak jadi <i>headline</i> di TV atau media massa. Tapi kalau ada yang terkena stroke, banyak yang membahas,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Padahal, kejadian jantung bawaan cukup banyak untuk menjadi perhatian kalangan profesi, pemerintah dan masyarakat umum. “Saya dan kawan-kawan pernah mengadakan penelitian pada 1996. Kita dapatkan dari seribu kelahiran, terdapat sembilan bayi diantaranya mengidap jantung bawaan,” kata Ganesja. Data-data itu diambil dari tujuh rumah sakit besar di Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalau kita lihat dari sisi angka kelahiran di Indonesia saat ini, maka itu artinya setidaknya ada 40.000 bayi yang menderita kelainan jantung per tahunnya. Dari jumlah itu, sekitar 9% meninggal pada awal kehidupan. Sisanya bisa kita lihat, sebanyak 50%, sekitar 18.000 bayi memerlukan intervensi dari dokter,” kata profesor dengan pengalaman pediatrik hampir 4 dekade ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk kejadian jantung anak di RSJ Harapan Kita saja, lanjut Ganesja, terdapat 1.000 - 1.200 kasus per tahun yang menjalani operasi, kemudian ada tambahan lagi sekitar 200 anak yang intervensi non bedah. “Jadi hanya sekitar 1.500 anak yang tertangani di RSJ Harapan Kita. Sisanya mereka ke RSCM, RS Surabaya, Semarang, Yogyakarta dan Bandung. Tapi itu pun tidak banyak. Lantas bagaimana dengan ribuan anak lainnya? Mereka pada kemana?” tanya Ganesja.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apalagi, kini dengan bantuan BPJS Kesehatan, banyak orangtua dapat membawa anaknya untuk ditindak. “Tetapi tetap saja sumber daya manusia (SDM) yang menangani terbatas. Banyak orangtua dari daerah yang membawa anaknya ke Jakarta. Tapi seberapa banyak yang bisa kita tampung?” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan yang membuat miris, kini antrean tindakan bedah jantung anak menjadi panjang tak karuan. “Sekarang mereka harus antri selama 2 tahun untuk dioperasi di RSJ Harapan Kita,” katanya. Ganesja mengaku pihak rumah sakit sudah berupaya maksimal mengatasi hal ini. “Saat ini kita telah melaksanakan hingga 4 operasi dalam sehari. Tapi pasien masih terus membludak. Jadi ini harus menjadi perhatian semua pihak,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kadang-kadang karena lamanya menunggu,lanjut Ganesja, ada anak yang tiba giliran, dipanggil untuk operasi ternyata sudah tiada. “Jadi ini tidak bisa lama-lama. Penanganan terhadap hal ini harus cepat. Seperti itulah gambaran kondisi darurat yang terjadi,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><b><span style="color: yellow;">Perkembangan Kardiologi Pediatrik Indonesia</span></b></b> </div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu penyebab masih sedikitnya SDM kardiologi pediatrik adalah peminat terhadap ilmu ini masih kurang. “Banyak yang menganggap, bidang kardiologi pediatrik kurang basah secara finansial dibandingkan dengan bidang jantung koroner. Jadi memang belum mencapai harapan," kata Ganesja tersenyum.</div>
<div style="text-align: justify;">
Padahal berkembangnya cabang kardiologi pediatrik tentu berawal dari sang induk, dunia kardiologi Indonesia. “Perkembangan jantung anak memang agak unik. Sebetulnya kita sebagai SpJP memang menangani pasien jantung dari pediatrik hingga geriatri. Begitu setidaknya paradigma yang terjadi ketika itu,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kardiologi Indonesia pada awalnya berkembang di Jakarta dan Surabaya, lebih tepatnya di RS Cipto Mangunkusumo. “Perkembangan itu lebih pesat lagi saat kita pindah ke RS Harapan Kita pada 1985. Tapi dulu pelayanan terhadap jantung anak memang tidak sekomprehensif seperti sekarang. Dulu kita terkotak-kotak. Tiap-tiap tindakan dilakukan pada bagian-bagian yang terpisah,” kata Ganesja.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perkembangannya, Ganesja berpikir penanganan kardiologi pediatrik seperti ini kurang sempurna. “Soalnya mereka yang mengkateter jantung orang dewasa belum tentu memahami ilmu kateter jantung pada anak,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebab itulah, manajemen rumah sakit saat itu kemudian mengirim Ganesja ke London untuk memperdalam jantung anak, pada 1979. Disana, Ganesja bertemu dengan rekan-rekan sejawat. Ternyata mereka menangani kasus jantung anak secara terpadu. Mulai dari diagnostik, kateterisasi, ekokardiografi hingga perawatan paska bedah.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ketika itu saya minder sekali… kok kita tidak seperti itu. Saya pulang ke Jakarta dan lapor kepada Departemen Kardiologi yang waktu itu dipimpin dokter Sukaman. Beliau setuju sekali untuk mengembangkan sistem yang terpadu. "Oke kamu belajar lagi dan mengembangkan," kata ibu dua anak ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada 1985, Ganesja disekolahkan lagi untuk memperdalam kardiologi pediatrik ke Tokyo, Jepang. Sepulangnya dari sana, mulailah dibangun pelayanan kardiologi anak yang lebih terpadu. “Sebelumnya saya sudah <i>sounding</i> dengan Prof Lily (Prof dr Lily I Rilantono, SpJP(K)) berangan-angan dan ancang-ancang membangun divisi pediatric cardiology terpadu. Mulai dari poliklinik, perawatan, ekokardiologi dan katerisasi yang khusus,” kata Ganesja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><b><span style="color: yellow;">Perhatian terhadap Kardiologi Pediatrik</span></b></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Kini setelah pindah ke RSJ Harapan Kita, angan-angan itu pelan-pelan mulai terwujud. Tapi perjuangan tentu tidak selesai sampai di sini, karena masih banyak yang harus diperbaiki dan dicapai. </div>
<div style="text-align: justify;">
“Salah satu mimpi saya adalah pemerataan pelayanan kardiologi anak di seluruh Indonesia, di semua daerah atau sentra sama derajatnya. Jadi pasien dari Papua tidak perlu lagi datang Jakarta, tetapi bisa ke sentra pendidikan di Makassar,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saat ini Indonesia telah memiliki 13 pusat pendidikan SpJP, yang tersebar di Aceh, Padang, Medan, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Solo, Surabaya, Bali, Malang, Manado dan Makassar. “Nah, mimpi saya itu semua pusat pendidikan ini mempunyai pelayanan kardiologi anak yang <i>equal</i>, sehingga semua rakyat Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk mendapat pelayanan kesehatan,” tutur Ganesja.</div>
<div style="text-align: justify;">
Langkah awal apa yang sebaiknya dilakukan untuk mewujudkannya? “Minimal PERKI dan Kolegium harus selalu mengingatkan daerah dan kolega lainnya bahwa pelayanan kardiovaskular itu termasuk pelayanan kardiologi anak. Maaf-maaf saja, sekarang pelayanan kesehatan yang satu ini memang sering dilupakan,” kata Ganesja tegas. Dari situlah kemudian bisa bahu membahu dengan pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan layanan yang merata. <b>[Tim InaHeartnews]</b></div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-87773794206503652032018-06-05T15:04:00.005+07:002018-06-05T15:15:47.915+07:00SpJP Harus Senantiasa Istiqomah, Tawadhu, Bersyukur & Amanah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-pL3tHZIg6zw/WxZDuOZNGtI/AAAAAAAADDA/gSBxyD6MYgYk0ITJ5QT25RoCVl6c8ms_wCLcBGAs/s1600/dr_JettySedyawan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="976" data-original-width="803" height="200" src="https://2.bp.blogspot.com/-pL3tHZIg6zw/WxZDuOZNGtI/AAAAAAAADDA/gSBxyD6MYgYk0ITJ5QT25RoCVl6c8ms_wCLcBGAs/s200/dr_JettySedyawan.jpg" width="164" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
HAMPIR semua wartawan kalangan kesehatan mengenal sosok dokter yang ramah dan cekatan ini: <b>Dr Jetty Sedyawan SpJP(K)</b>. Selain menjalankan amanat sebagai Sekjen Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) 2016–2018 dan melayani pasien, Jetty juga sibuk dengan beragam aktivitas. Mulai sebagai pembicara dalam berbagai pertemuan kesehatan, kegiatan bantuan sosial, Jetty juga aktif dalam kegiatan di Kementerian Kesehatan. Berikut perbincangan beliau dengan Tabloid <b>InaHeartnews</b>, Maret.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Kira-kira kode etik apa yang paling krusial harus selalu ditaati dan dilaksanakan SpJP?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya IDI termasuk PERKI sudah siap mengantisipasi segala persoalan dalam pelayanan kedokteran. Pada prinsipnya seluruh kode etik kedokteran Indonesia harus ditaati tanpa memandang dokter spesialis apapun. Kalau ditanya yang paling krusial, saya pilih dari Kode Etik Kedokteran Indonesia Pasal 8 kewajiban umum yang berbunyi: “Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventiv, kuratif dan rehabilitatif) baik fisik maupun psikososial serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Masyarakat kini makin kritis. Bagaimana dampaknya terhadap kinerja dokter jantung?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Menarik sekali pertanyaan ini, saya menjawab dengan dua pokok yaitu professional dan <i>patient safety</i>. Ilmu kedokteran saat ini menganut <i>evidence based medicine</i>. SpJP dituntut untuk selalu <i>update</i>, mumpuni dalam ilmu pengetahuan dan peka terhadap perkembangan ilmu kedokteran, khususnya ilmu penyakit kardiovaskular.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perkembangan media sosial di masyarakat mempunyai dampak positif dan negatif. Yang perlu diwaspadai adalah isu hoax yang beredar. Mitos-mitos tentang penanggulangan kesehatan dan iklan-iklan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, termasuk klinik-klinik palsu yang kerap merugikan masyarakat. Masyarakat harus lebih bijak dan teliti dalam mencermati tiap kebenaran hal yang ada. Bila ada keraguan jangan segan-segan untuk konsultasi ke dokter jantung dan pembuluh darah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Bagaimana mempersempit jurang layanan kesehatan dokter jantung di pusat maupun daerah?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Alhamdulillah, telah terbit buku Model Optimal Pelayanan Kardiovaskular Rumah Sakit Rujukan, yang disusun team PERKI dan Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah tahun 2017 yang dipimpin DR Dr Ismoyo Sunu SpJP. Ini merupakan karya gemilang, menjawab pertanyaan kebutuhan pemetaan penempatan dan fasilitas pelayanan kardiovaskular RS Rujukan di seluruh Indonesia. Jumlah SpJP di Indonesia terbatas. Saat ini ada sekitar 1.000 SpJP untuk melayani 250 juta penduduk Indonesia. Yang memprihatinkan mereka lebih banyak bekerja di kota-kota besar. Sebenarnya ketentuan penempatan SpJP adalah di Rumah Sakit tipe A dan B. Masyarakat daerah dan pedesaan juga berhak mendapat pelayanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
PERKI telah mengadakan pertemuan dengan IKBTKVI, dalam upaya mencapai pelayanan Kardiovaskular yang baik. Masalah ini pun telah kami sampaikan kemarin pada pertemuan dengan PPSDM, agar Kemenkes juga mendukung terlaksananya penempatan dan memfasilitasi para SpBTKV di daerah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Bagaimana pula pandangan dokter terhadap masalah gratifikasi kepada dokter jantung?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Anggota PERKI melalui cabang PERKI beberapa kali mengadakan malam klinik khusus membicarakan Etik kedokteran termasuk isu gratifikasi. Kami telah mengadakan diskusi dengan berbagai pihak terkait mengenai gratifikasi, kerja sama IDI dengan KPK. Informasi dan acuannya telah disampaikan pada rapat Pleno PERKI, November lalu. Gratifikasi juga sudah diatur dalam pasal 12B, Undang-undang nomor 20 tahun 2001. Secara umum PP PERKI mendukung upaya pemberantasan korupsi dalam semua lini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pencegahan selalu lebih baik, telah kami imbau untuk mencegah timbulnya masalah gratifikasi dengan cara melaporkan ke PERKI Cabang selanjutnya ke PERKI Pusat untuk kemudian dilaporkan ke IDI Pusat bila ada SpJP menerima bantuan apapun baik untuk kepentingan pendidikan berkelanjutan ataupun promosi obat-obatan pada acara-acara ilmiah. Selanjutnya IDI akan melaporkannya ke KPK.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Bagaimana pula upaya terbaik untuk mengatasi para dokter jantung yang melanggar etika atau malpraktek?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
IDI dan PP PERKI telah memiliki aturan dan standar tentang pelanggaran etika. Jika ditanyakan upaya terbaik dalam menangani dokter jantung yang melanggar etika adalah dengan pencegahan terlebih dahulu. Sebaiknya bila terjadi pelanggaran etika, PERKI cabang melaporkan segera kepada PERKI Pusat, sehingga dapat ditangani dengan baik, tidak sampai gaduh dan bisa berkembang ke ranah hukum. Bila sudah ada masalah etik, perhimpunan PERKI mempunyai dewan yang akan mendalami masalah etik tersebut dan tidak segan-segan memberikan sanksi bila ada anggota yang terbukti bersalah. Bila ada dugaan pelanggaran, Dewan Etik PERKI memanggil SpJP terkait, mengumpulkan data guna mencari kebenaran dan menentukan pelanggaran etik saja atau pelanggaran displin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau masuk pelanggaran disiplin, maka kasus itu akan diproses melalui sidang MKDKI untuk memutuskan sanksinya. Kalau pelanggaran etik, hasil keputusan Dewan Etik PERKI melaporkan secara tertulis berat-ringannya pelanggaran bersama sanksinya. Selanjutnya Ketua PERKI menyampaikannya kepada MKEK IDI. Eksekusi adalah wewenang IDI.</div>
<div style="text-align: justify;">
Soal malpraktek, <i>lha</i> ini yang sulit, karena ada perbedaan pengertian antara masyarakat dan profesi kedokteran. Masyarakat menuntut kalau berobat harus sembuh, kalau operasi harus berhasil sedangkan pelayanan dokter prinsipnya melakukan pelayanan dengan usaha tertinggi/terbaik. Jadi ada yang tidak puas atau tidak sembuh, lantas menuduh malpraktek, padahal bukan. Maka komunikasi dokter-pasien harus jelas dan <i>informed consent</i> harus dimengerti.</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang utama seorang SpJP harus senantiasa istiqomah, tawadhu, penuh syukur dan amanah. Taat dan paham pada Kodeki, hukum, budaya malu dan takut akan hukuman akhirat merupakan dasar pencegahan pelanggaran etik, disiplin dan malpraktek.*</div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-81365373242986063002018-06-05T14:25:00.001+07:002018-06-05T14:28:20.716+07:00PENING POSING adalah SOFT SKILLS ?<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><i>(Penerapan Heart and Beyond pada Pasien Rawat Inap dan Keluarganya)</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-c8ZJkLQWDQo/WxY6M-ZOA0I/AAAAAAAADCk/vOKmJ5qXxpA0_G_KJVhrn8J0J8R_NlOSwCLcBGAs/s1600/Prof_Budhi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1284" height="200" src="https://1.bp.blogspot.com/-c8ZJkLQWDQo/WxY6M-ZOA0I/AAAAAAAADCk/vOKmJ5qXxpA0_G_KJVhrn8J0J8R_NlOSwCLcBGAs/s200/Prof_Budhi.jpg" width="160" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Budhi S. Purwowiyoto</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<i>O<b>PENING</b>: Smiling, Greetings, Introduction, Quotes, Anecdotes;</i></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<i><b>P</b>r<b>o</b>blem solving: Identification, [SOAP][Rehab focus on WHO-5; 6MWT; CPX; HBCR]<sup>*]</sup>, Reassurance, Repositioning, Re-education, and Planning; clo<b>sing</b>: Appreciation, Singing, Praying, Zeroing are soft skills approach to the patients and their families based on quantum cardiology. ~BSP 2018</i></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-1Q1wQmmRqtk/WxY6egWwTZI/AAAAAAAADCs/YsIYyXG67Wwbn1BLdHIOkPcKCDodj5XjQCLcBGAs/s1600/IHN7_kolom01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="426" data-original-width="850" height="200" src="https://3.bp.blogspot.com/-1Q1wQmmRqtk/WxY6egWwTZI/AAAAAAAADCs/YsIYyXG67Wwbn1BLdHIOkPcKCDodj5XjQCLcBGAs/s400/IHN7_kolom01.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>SALAM KARDIO</b>. Menurut Dennis E. Coates<sup>+]</sup>, berbeda dengan <i>hard skill, soft skills</i> adalah keterampilan seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain <i>(interpersonal skills)</i> dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri <i>(intrapersonal skills)</i> yang mampu mengembangkan unjuk kerja dirinya secara maksimal. Contoh <i>interpersonal skills</i> adalah kemampuan berinteraksi dengan orang lain dan kemampuan bekerja sama dalam tim. Sedangkan contoh <i>intrapersonal skills</i> adalah kemampuan mengendalikan keinginan, kemauan, dan emosi. Memiliki manajemen waktu yang baik dan selalu berpikir positif. Kemampuan <i>soft skills</i> seseorang salah satu aspek dapat dilihat dari pengalamannya dalam berorganisasi. Semakin banyak pengalaman, maka kemampuan <i>soft skills</i>nya akan semakin terasah menjadi tajam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bermula dari kiriman seorang pasien umur 47 tahun kepada Prof Bambang B Siswanto (BBS) dari Rumah Sakit Advent Bandar Lampung yang dirawat oleh seorang dokter di sana dengan diagnosis <i>Intrac-table Heart Failure, Cardiac Liver, hipoalbuminemia, ascites</i> dan fibrilasi atrium dengan <i>respon ventrikel</i>nya normal. Difotolah surat konsultasi tersebut dan dilayangkan ke WhatsApp di telpon genggam penulis. Saya tersenyum saja sambil menduga bahwa pasien ini istimewa, setidaknya menjadi beban lebih beliau dalam menangani pasien-pasien gagal jantung dari mana-mana. Benar saja, pagi itu ditelepon perawat kalau ada pasien dikonsultasikan ke Prevensi-Rehabilitasi khusus ditujukan ke penulis.</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang selalu membuat <i>pening-posing</i>, saya musti menulis apalagi di jawaban konsul. SOAP <i>(Subjektif, Objective, Assesment, Planning)</i> pasti sudah beliau isi atau sudah ditulis setiap hari oleh PPDS (Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis) atau setidak-tidaknya <i>counter sign</i> disamping tanda tangannya dan cap dokter yang merawat pasiennya di ruangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perawat ruangan selalu mengatakan bahwa tadi sudah diisi oleh petugas rehab namun dokter tetap diminta Prof BBS untuk juga ketemu dengan pasiennya. Untung saya selalu membawa andalan saya: <i>eDragonFlyer: 2020 Heart & Beyond</i>. Di situ sudah ada pedoman SEHAT Yayasan Jantung Indonesia 1978 yang dikomposisikan oleh alm. Prof R Boedi Darmojo dari UNDIP Semarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Buka-buka status, ternyata pasien ini menderita kardiomiopati dilatasi dengan arteri koronernya normal. Elektrokardiogramnya berirama fibrilasi atrium dengan gelombang QRS melebar 149 ms sekali-sekali tampak ekstrasistol ventrikel. Fraksi ejeksinya di ekhokardiografi 13% dengan dilatasi keempat ruang-ruang jantungnya. Saya bayangkan pasien ini bengkak kaki-tangan serta perutnya dan yakin begitu menderita dengan muka yang bersedih serta pucat. Pasien semacam ini sudah cukup-sering dijumpai karena hampir semuanya sering keluar-masuk rumah sakit.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika ketemu pasiennya, kaget juga kok tidak bengkak dan tidak buncit perutnya. Rupanya pasien ini sudah dirawat selama seminggu dengan protokol ketat gagal jantung. Konsultasi pribadi ini melahirkan tulisan terutama untuk mahasiswa kedokteran dan program studi dokter spesialis yang sedang belajar di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita. Tentu saja pendekatan seorang dokter terhadap pasiennya tidak harus seperti yang diusulkan oleh penulis. Tidak ada paksaan, tidak ada kuliah khusus, tidak ada penilaian dan tidak mengambil waktu yang sudah terstruktur dengan ketat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengapa beliau ‘ngotot’ saya pribadi harus ketemu pasien khusus tersebut? Menurut Prof BBS, konon sehabis ketemu saya, biasanya pasien jadi lebih bersemangat dan <i>kepingin</i> lekas pulang. Bahkan ada satu pasien yang langsung kursi rodanya tidak dipakai. Umumnya mereka depresif, kurang semangat dan sering keluarganya kurang mendukung karena makin lama di rumah sakit beban keluarga menjadi sedikit berkurang karena gratis, biaya pengobatan dan perawatan ditanggung BPJS. Nah, ini yang tidak enaknya, kata beliau, ia juga sudah “pening-pusing” menghadapi pasien-pasien gagal jantung berat tersebut. “Pening-pusing” menghadapi pasien-pasien gagal jantung di rumah sakit inilah yang harus dibagi rata diantara para profesor. Alhamdulillah, Haleluya puji Tuhan, <i>soft skills Pening-Posing</i> masih ada manfaatnya. Rupanya, beliau juga sering menulis surat konsul pribadi untuk Prof Yoga Yuniadi, tentu untuk <i>hard (heart) skills</i> beliau agar memasang pacu jantung dengan alat kejutnya pada pasien-pasien khusus tersebut. Sistim remunerasi rumah sakit juga bermanfaat untuk bagi-bagi tugas secara profesional.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-E3CqamPrsvA/WxY6erLuDFI/AAAAAAAADCw/SQ5_3eo-T_kt-RnCklIRkYNXttnnitxlgCEwYBhgL/s1600/IHN7_kolom02.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="349" data-original-width="567" height="245" src="https://2.bp.blogspot.com/-E3CqamPrsvA/WxY6erLuDFI/AAAAAAAADCw/SQ5_3eo-T_kt-RnCklIRkYNXttnnitxlgCEwYBhgL/s400/IHN7_kolom02.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">OPENING</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Smiling, greetings, introduction.</i> Istilah yang sudah dikenal masyarakat sebagai 3S: senyum-sapa-salam. Menyampaikan salam tentu saja sebaiknya sesuai dengan adat kebiasaannya. Memilih yang berhubungan dengan waktu: selamat pagi, siang, malam; dapat juga dengan dinyanyikan “Slamat pagi pak, slamat pagi bu, slamat pagi merdeka!" Yang bernuansa agama/kepercayaan atau sebagian dari suatu doa misalnya “Assalamualaikum”, “Shalom”, “Salam Maria penuh rahmat Tuhan sertamu”, “Om swasti astu”, “Namo Budhaya”. Memilih yang bernada kebudayaan juga boleh “Horas Jala Gabe Tondi Mandingin Pir ma Tondi Matogu”, “Salam karahayon”, “Spada”. Semua itu sebagai pembukaan untuk memperkenalkan diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Quotes, Anecdotes</i>, dan <i>Rapport</i>. Mungkin perlu disampaikan juga mutiara kata, pendapat pakar, bahkan cerita lucu yang diselipkan dalam melakukan anamnesis, tentang kejadian awal masuk rumah sakit, riwayat penyakit sebelumnya, faktor risiko dan obat-obat yang diminum. Hal ini penting untuk membangun dan memelihara <i>rapport</i> yaitu hubungan yang harmonis antara dokter-pasien.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">PROBLEM SOLVING</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Identification of The Problems</i>. Identifikasi problem pada pasien tentu dapat berbeda-beda sesuai kebutuhan. Pasien yang mau dilakukan tindakan pemasangan ring, pelebaran dengan balon pada katup mitral yang menyempit, dan pemasangan pacu jantung permanen cara memandang dan bersikap terhadap obat pengencer atau anti pembekuan darah berbeda-beda, walaupun kamar tindakannya sama. Penting memperhatikan informasi dokter maupun perawat berdasarkan analisis SOAP <i>(Subjective-Objective-Assesment-Planning)</i> dari pasien tersebut. Informasi SOAP, data kasar tentang laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya dipakai sebagai menentukan rencana dan tindak lanjut pasien tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Reassurance</i>. Sebenarnya isinya tentang membuat senang hati orang dengan cara apa saja dalam berkomunikasi, dengan tujuan memperkuat ketahanan mentalnya. Istilah <i>entertaining</i> menjadi pas ketika tujuannya adalah membuat senang hati dan kebahagiaan siapa saja. <i>Reassurance</i> adalah istilah yang sama untuk psikologi-psikiatri maupun konselor, setidaknya menurut Dr. Danardi Sosrosumihardjo SpKJ, psikiater senior, mantan Presiden Psikiatri Indonesia dan negara-negara ASEAN. <i>Reassurance</i> dapat diartikan sebagai kemampuan petugas kesehatan untuk membuat perkuatan suasana mental yang positif bagi klien dan pasien. Namun, beliau juga mengingatkan ketika kita menghadapi pasien yang depresi kita-lah yang harus berusaha mendekati pasien tersebut. Pasien paska serangan jantung memiliki angka depresi yang tinggi sekitar 60% populasi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Repositioning</i> dimaksudkan dengan penempatan diri seorang dokter di dalam keluarga pasien. Seorang dokter diharapkan sebagai pengayom, saudara tua yang paham tentang kesehatan. Mengingat pasien-pasien banyak yang mengkonsumsi 2-3 macam pengencer atau anti pembekuan darah diharapkan dokter memberikan nomor telponnya sehingga kalau ada kejadian perdarahan, stroke atau keadaan darurat jantung dan pembuluh darah, dokter pengayom keluarga inilah yang ditelepon lebih dulu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Re-education</i> adalah internalisasi (introspeksi) nilai-nilai Ketuhanan dan eksternalisasi (ekstropeksi) nilai-nilai Kemanusiaan. Dalam melakukan internalisasi nilai-nilai tersebut khususnya Ketuhanan, yang perlu ditekankan adalah sesuai dengan iman dan keyakinan klien/pasien bukan sesuai dengan agama/kepercayaan kita. Oleh karena itu dianjurkan atau ditawarkan untuk mempelajari agama/kepercayaan orang lain agar supaya dapat membantu mengatasi masalah kesehatannya sesuai dengan iman dan keyakinannya itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Ekstrospeksi</i> nilai-nilai: ikhlas <i>(un-attachment)</i>, sabar <i>(obedience)</i>, syukur <i>(acceptability)</i>, jujur <i>(honesty)</i>, dan budi luhur <i>(high virtue)</i> dalam bermasyarakat disebut Pancasila. Jujurlah yang paling sulit dilaksanakan, dikatakan sebagai kata kunci untuk mencapai akhlak yang mulia erat hubungannya dengan psikohigienik. Ikhlas, sabar, syukur adalah sikap jiwa yang positif dan tahan banting dalam menghadapi stres kehidupan nyata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Planning</i> didedikasikan sebagai pendekatan terakhir dari SOAP: <i>Subjective, Objective, Assesment, Planning</i>. Rencana tindak lanjut ini kembali kepada identifikasi masalah dan fokus dari simpul-simpul yang terkait antara bidang kita dan masalah yang ada pada pasien yang harus diselesaikan. Diobati dengan menambah atau mengurangi jenis obatnya serta memperhatikan cara pemberiannya, dikonsultasikan ke dokter ahli lain, dipulangkan atau dirujuk ke rumah sakit lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">CLOSING</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Appreciation</i>. Pada waktu menutup komunikasi yaitu ketika akan meninggalkan pasien perlu memberikan apresiasi kepada pasien, keluarganya, petugas kesehatan lainnya maupun perawat. Petugas kesehatan lainnya meliputi petugas kebersihan, radiografer, dietisen, asisten apoteker dan petugas administrasi. Apresiasi kepada keluarganya dapat disampaikan misalnya “Wah, anda sepertinya akan mendapatkan 'tiga kunci sorga' karena dedikasi anda kepada ibu”, “Senyumnya nurse dan petugas kesehatan di sekitar anda adalah doa kepada Tuhan bagi kesembuhan”, “Perawat dan petugas kesehatan kami adalah ‘bintang-bintang film,’ hanya saja mereka masih dihargai sebatas ‘bintang-bintang'nya rumah sakit.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Singing</i>. Kapan saja boleh menyanyi kecil, pada saat pembukaan, pemecahan-masalah sampai penutupan bisa dinyanyikan sepotong lagu atau meminjam sepotong lirik lagunya Evi Tamala “Selamat malam duhai kekasih, sebutlah namaku menjelang tidurmu..” Bila kebetulan masih ada catatan yang belum lengkap dan kira-kira kita akan dicari: “Hello, is it me you looking for?” lagunya Lionel Richie yang menanyakan apakah anda mencari saya. Biasanya perawat-perawat langsung menjawab seperti koor “No, no..,” sambil tersenyum. Bahkan mereka beromentar sudah bosen karena seringnya sang dokter yang gaul tersebut menyanyikannya. Solusinya tentu saja ganti lagu yang lain. Kalau perlu ganti lagu Jawa yang pentatonik dengan metrum pelog, misalnya sebuah Dandang Gula memanising Hasta Sila: “Sadar, sadar, percaya dan taat kepada Tuhan.” “Ikhlas, sabar dan syukur, jujur, budiluhur.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Praying</i>. Rumah sakit biasanya menyediakan petugas masing-masing agama besar untuk menjenguk pasien-pasien yang seagama. Ada juga kelompok pegawai rumah sakit sebagai umat agama/kepercayaan tertentu bergiliran secara berkala mengunjungi pasien yang seagama untuk diajak berdoa bersama bagi kesembuhannya. Ada kalanya terpaksa diingatkan oleh perawat agar dalam berdoa tidak mengganggu pasien lainnya. Tentu kita dapat menyampaikan kata-kata harapan kesembuhan, seyogyanya menggunakan istilah-istilah agama pasien tersebut atau istilah umum dan bukan menggunakan istilah agama kita sekiranya berbeda agamanya. Disini selalu penting untuk diingatkan tentang <i>re-edukasi</i> sesuai dengan keyakinan pasien itu sendiri. Ada baiknya para petugas kesehatan untuk mempelajari agama/kepercayaan pasien-pasiennya sehingga ketika akan menolongnya dapat dilaksanakan secara sempurna sesuai keyakinannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Zeroing</i>. Mengembalikan ke posisi asal-mula, memaafkan atau meminta maaf, berterima kasih karena diberi sesuatu. Mengembalikan apresiasi, misalnya “Dokter, terima kasih, baru dokter pegang saja sudah lebih dari separoh penyakitku sembuh,” kata pasien dengan wajah serius. “Wah, mari kita kembalikan terima kasih anda kepada Tuhan YME, alhamdulillah atau haleluya puji Tuhan, Dialah sesungguhnya yang menyembuhkannya, para dokter hanya berusaha sesuai kemampuan profesinya,” “Tidak lain karena doa isteri, anak-cucu, petugas kesehatan dan bapak sendiri kepada Tuhan YME, sehingga sembuhnya relatif lebih cepat daripada orang lain dengan penyakit yang sama.” <i>Zeroing</i> ini terasa meringankan jiwa kita sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Soft skills</i> yang dibahas ini mengajarkannya dengan menggunakan metode role-model tertentu termasuk menggunakan contoh senyata-nyatanya. Perlu disampaikan juga kepada para peserta didik bahwa selalu ada penilaian yang melekat dari keluarga, teman dekat, dan masyarakat serta dari <i>The Force</i> di dalam diri kita masing-masing. Bukankah <i>The Force</i> adalah juga <i>The Pathfinder</i>, Juru Petunjuk Jalan Benar di dalam lubuk hati kita yang terdalam ialah Sang Guru Sejatinya manusia? <i>May TheForce be with us</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Salam kuantum</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
------------------------------------</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">*] Pada pendekatan Preventif-Rehabilitasi perlu fokus pada WHO-5= a simple 5-questions of quality of life questionair from WHO; 6MWT= 6 Minutes Walking Test; CPX= Cardiopulmonary Excercise Test; dan HBCR= Home Based Cardiac Rehabilitation sebagai tindak lanjut pasca rawat inap dan perhatian khusus pada Fase I dan II Rehabilitasi Jantung.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">+]http://intimanagement.com/2016/11/04/apa-itu-hard-skill-dan-soft-skill/ cited Feb. 9, 2018</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">1] Pada pendekatan Preventif-Rehabilitasi perlu fokus pada WHO-5= a simple 5-questions of quality of life questionair from WHO; 6MWT= 6 Minutes Walking Test; CPX= Cardio Pulmonary Excercise Test; HBCR= Home Based Cardiac Rehabilitation sebagai tindak lanjut pasca rawat inap dan perhatian pada Fase I dan II Rehabilitasi Jantung.(Heart & Beyond: Re-education is the most valuable task)</span></div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-66478480263827670582018-06-05T14:17:00.001+07:002018-06-05T14:17:07.570+07:00KKJI Terus Melangkah Maju<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><i>Koperasi Konsumen Jantung Indonesia kini telah banyak melakukan kerja sama bisnis. Selalu berusaha memenuhi kebutuhan anggota.</i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><i><br /></i></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-rnobi1l_dS4/WxY35fX6hQI/AAAAAAAADCY/IKiHnpEtG7Q3fTQOHZmmkdRR_G_1DxNUwCLcBGAs/s1600/IHN7_peristiwa01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="850" height="187" src="https://2.bp.blogspot.com/-rnobi1l_dS4/WxY35fX6hQI/AAAAAAAADCY/IKiHnpEtG7Q3fTQOHZmmkdRR_G_1DxNUwCLcBGAs/s400/IHN7_peristiwa01.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
SALAH satu booth di ajang pertemuan ilmiah Indonesia <i>Heart Rhythm Society (InaHRS)</i>, di Westin Hotel Jakarta, 18-19 Agustus 2017 cukup menarik perhatian. Umumnya, peserta booth berasal dari industri farmasi tapi kali ini didirikan oleh Koperasi Konsumen Jantung Indonesia (KKJI). Selain memajang sejumlah barang-barang cendera mata, buku-buku ilmiah, booth KKJI juga menampilkan sejumlah peralatan kesehatan seperti alat ECHO Clover60 dan INR Coagucheck.</div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah koperasi resmi bentukan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). Kegiatan booth pada sejumlah pertemuan ilmiah kardiologi ini memang menjadi salah satu program kerja KKJI. Koperasi ini telah dibentuk pada 2013. “Tujuannya meningkatkan kesejahteraan anggota PERKI. Saat itu Ketua PERKI Pusat Prof DR Dr Rachmat Romdhoni (2012-2014) menunjuk Dr Pri Utomo, SH sebagai Ketua Koperasi PERKI Pusat,” tutur DR Dr Antonia Anna Lukito, Wakil Ketua I kepada <b>InaHeartnews</b>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kondisi kinerja KKJI secara umum saat ini, menurut Antonia, mulai berkembang, terutama karena makin banyaknya partisipasi dan dukungan anggota KKJI terhadap koperasi ini. Misalnya, sejumlah panitia acara ilmiah kerap menyediakan lapak gratis untuk booth KKJI tadi. “Pada booth KKJI sendiri kami menyediakan produk-produk yang telah bekerjasama dengan KKJI, seperti alat INR, textbook, alat ECHO, ECG, dan lain-lain,” kata Antonia. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sejauh ini para pengurus KKJI terus berusaha mengembangkan dan memperkuat kegiatan usaha. “Untuk kegiatan usaha KKJI kini mengalami perkembangan, banyak alat yang disediakan di KKJI dan tentunya dengan harga yang lebih murah,” katanya. Antonia melanjutkan, bukan hanya dari anggota KKJI saja yang memesan, melainkan dari pasien dan rumah sakitpun ada yang memesan ke KKJI, seperti alat INR yang disediakan KKJI. Selain itu pemesanan Textbook Elsevier juga banyak.KKJI juga sudah berhasil menjual alat ECHO.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejauh ini, KKJI memang telah melakukan banyak kerja sama bisnis dengan beberapa perusahaan. “Kami berusaha untuk menyediakan keperluan yang dibutuhkan oleh para anggota KKJI,” kata Antonia. Adapun produk yang telah bekerja sama dengan KKJI itu adalah alat ABPM, Spyder, ECP Renew NCP-5, alat ECHO Samsung, ECHO Mindray M5, Apron, AERO Warp, ECHO WISONIC Clover60, alat ECG, alat INR Coagucheck, alat ECG, juga tersedia textbook Elsevier.</div>
<div style="text-align: justify;">
Antonia juga melaporkan jika tingkat aktivitas dan partisipasi para pengurus dan anggota KKJI semakin baik. “Sebagai Pengurus KKJI, para pengurus berusaha maksimal untuk mengembangkan usaha yang telah berjalan di KKJI. Untuk itu para pengurus sangat mengharapkan peran aktif dari anggota KKJI akan lebih baik ke depannya,” katanya lagi.*</div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-48709319276878645552018-06-05T14:10:00.001+07:002018-06-05T14:10:04.592+07:00InaSH ke-12: Pertarungan yang Tak Pernah Usai Melawan Hipertensi<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><i>Hipertensi masih menjadi penyakit yang merugikan rakyat Indonesia. Kesadaran terhadap penyakit ini perlu terus ditingkatkan.</i></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://kardio.my.id/SLIDERAN/INA-SH2018/IHN-12INA-SH2018.html" target="_blank"><img border="0" data-original-height="567" data-original-width="850" height="266" src="https://3.bp.blogspot.com/-v8Vladyaq6M/WxYxTD42vAI/AAAAAAAADCM/PAC7RDsodVkL921ldLQdMJgdwetPTjkDwCLcBGAs/s400/IHN7_peristiwa02.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<i><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Berfoto bersama setelah pemukulan gong pada Opening Ceremony, dari kiri ke kanan: Dr Rosana Barack SpJP(K), Prof Dr Teguh Ranakusuma SpS(K), DR Dr Ismoyo Sunu SpJP(K), Dr Aida Lidya SpPD(K) dan DR Dr Yuda Turana SpS.</span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
PERHIMPUNAN Dokter Hipertensi Indonesia atau <i>Indonesian Society of Hypertension (InaSH)</i> kembali menggelar pertemuan ilmiah tahunan ke-12, bertempat di Sheraton Grand Jakarta Gandaria Hotel, Jakarta Selatan pada 23-25 Februari 2018.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejumlah tokoh, pakar jantung dan tamu penting hadir dalam acara ini, antara lain Ketua InaSH, Ketua PERKI <i>(Indonesian Heart Association)</i>, Ketua PERDOSSI <i>(Indonesian Society of Nephrology)</i>, Ketua PERNEFRI <i>(Indonesian Neurological Association)</i>, perwakilan Kemenkes, Direktur Utama PJN Harapan Kita, Kepala Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler, Neprologi dan Neurologi serta para guru besar dan senior.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pertemuan InaSH 2018 kali ini memiliki tema unik yakni <i>“Hypertension 2018: The Never Ending Battle Againts Hypertension and Its Complications”</i>. Tak pelak lagi, melawan dan memberantas hipertensi memang menjadi target utama para dokter jantung. Perjuangan yang memang tak berkesudahan. Dalam sambutannya, Presiden InaSH, Dr Yuda Turana menyatakan hipertensi, adalah penyakit penyebab kematian nomor 1 sehingga Indonesia menderita kerugian cukup besar. “Empat besar penyumbang kerugian negara ini selain kanker, disumbang oleh hipertensi, yakni stroke, gagal jantung dan gagal ginjal,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini bukan hanya tugas InaSH, bukan hanya tugas dokter di ruangan ini tetapi tugas kita bersama sebagai petugas medis,” kata Yuda. Memberantas penyakit jantung memang bukan pekerjaan ringan. Betapa tidak, lihat saja penelitian Kementerian Kesehatan yang menunjukkan prevalensi hipertensi yang tidak banyak mengalami perubahan selama bertahun-tahun, yakni 31,7% pada 2007 dan 32,4% dalam Survei Indikator Kesehatan Nasional 2016.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apalagi ternyata survei yang dilakukan InaSH pada Mei 2017, menemukan bahwa 25% responden laki-laki penderita hipertensi tidak mengukur tekanan darah selama satu tahun terakhir. Penelitian tersebut melibatkan 29.353 pria sebagai subjek. Ini menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat terhadap bahaya hipertensi masih rendah. “Padahal yang kita tahu, kalau tidak dikontrol dapat memicu gangguan penyakit kardiovaskular,” tutur Yuda.</div>
<div style="text-align: justify;">
Data penelitian survei InaSH yang melibatkan 71.894 responden secara keseluruhan itu juga menyebutkan, pasien hipertensi tak hanya dialami oleh kalangan orang tua. Mereka yang masih berusia muda dengan profesi apapun rentan menderita risiko yang sama. </div>
<div style="text-align: justify;">
Melihat kondisi tersebut, berbagai kampanye pencegahan penyakit dan gaya hidup sehat agar tak terserang hipertensi sudah jamak digalakkan. Kali ini InaSH juga telah menggalakkan “Ceramah” alias “Cek Tekanan Darah di Rumah”. Menurut Yuda, fakta menunjukkan mengukur tekanan darah di rumah yang dilakukan secara benar dan rutin dengan alat yang akurat lebih baik dibandingkan dengan pengukuran tekanan darah di klinik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tak hanya itu, para dokter jantung juga kerap mengasah keahlian mereka mengatasi penyakit jantung. Bersama Dr Rossana Barack dan Dr Tunggul D. Situmorang, Yuda memperkenalkan buku ajar Hipertensi pada Perempuan. “Kami juga berupaya untuk menerbitkan sebuah buku ajar hipertensi pada perempuan yang merupakan populasi khusus dari seluruh populasi intervensi yang ada di Indonesia,” kata Yuda.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kasus hipertensi pada wanita juga membutuhkan perhatian. Data survey InaSh, sebanyak 1.924 perempuan berumur kurang dari 40 tahun mengidap hipertensi. Selanjutnya pada umur 41-50 tahun ada 2.816 perempuan, pada 51-60 tahun ditemukan 3.246 wanita yang terkena hipertensi. “Perempuan lanjut usia yang sudah menopause lebih rentan terkena hipertensi karena faktor hormonal,” kata Rossana Barack.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebab itulah, sebagai Ketua Panitia InaSH, Rossana berharap acara pertemuan ilmiah rutin seperti InaSH ini mampu sedikit banyak mengatasi masalah hipertensi. Sejauh ini, InaSH memang mendapat banyak perhatian dari kalangan spesialis jantung. “Kegiatan diawali dengan <i>workshop</i> pada hari pertama yang terdiri dari 3 kelas dengan peserta lebih kurang 170 orang, dilanjutkan simposium pada hari kedua dan ketiga dengan keseluruhan peserta yang terdaftar 1,300 orang,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tentu saja, menambah semarak suasana, InaSH juga mengundang sejumlah pakar dan pembicara dari luar negeri, diantaranya adalah Prof Chia Yook Chin (Malaysia), Prof Markus Schlaigh (Australia), Prof Jose Lopez Sendon Hentschel (Spanyol) dan Prof Pairoj Chattranukulchai (Thailand).</div>
<div style="text-align: justify;">
Panitia InaSH 12 kali ini menerima 67 abstrak yang datang dari berbagai daerah seperti: Medan, Riau, Palembang, Natuna, Belitung, Jakarta, Cilegon, Tangerang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang, Bali, Lombok, Banjarmasin dan Kendari. Penyumbang abstrak terbanyak datang dari Malang Jawa Timur terutama dari Universitas Brawijaya. Rencananya abstrak yang masuk ke Panitia akan dipublikasikan dalam Jurnal of Hypertension ISH/ESH.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pertemuan kali ini, InaSH juga mengetengahkan tiga program lainnya seperti <i>Trigger Quiz, Young Investigator Award, Moderated Poster</i> dan poster-poster Ilmiah yang dibawakan para dokter dari berbagai perhimpunan profesi. <i>Young Investigator Award</i> diraih oleh Rony Mario Candrasatria (Dept. of Cardiology and Vascular Medicine, Universitas Indonesia) dengan judul <i>“Methylenetetrahydrofolate Reductase C677T Gene Polymorphism is assPemenangociated with Hypertension in Rural Sundanese Population of Gunung Sari Village, Bogor-Indonesia”</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mewakili Ketua Panitia InaSH 12, Dr Tunggul D. Situmorang, dalam <i>Closing Ceremony</i> berharap pertemuan ini akan memberikan manfaat kepada semuanya saat kembali ke tempat pengabdian masing-masing serta lebih semangat membantu masyarakat. “Apa yang akan kita lakukan harus sesuai dengan paradigma dan <i>guideline-guideline</i> yang ada. Tugas kita sebagai profesional adalah melakukan yang paling baik terhadap pasien kita,” katanya lagi.*</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-42551741356777408322018-06-04T18:20:00.000+07:002018-06-04T18:27:29.110+07:00InaAcc ke-3: Luncurkan 3 Buku Guideline<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><i>Ratusan dokter mengikuti pertemuan InaACC. Para peserta dapat pulang membawa keterampilan dan buku guideline baru.</i></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
ADA hal yang istimewa dalam pertemuan <i>Indonesian Intensive and Acute Cardiovascular Care (InaACC)</i> ke-3. Tema yang diusung kali ini bertajuk <i>“Comprehensive Management of Acute and Critical Cardiac Care”</i>. Sesuai dengan tema manajemen komprehensif tersebut, dalam acara InaACC kali ini telah diluncurkan tiga buku <i>guideline</i> PERKI sekaligus, yakni <b>“Guideline PERKI STEMI 2018”</b>, <b>“Guideline PERKI NSTEMI 2018”</b> dan <b>“Guideline PERKI Acute Heart Failure 2018”</b>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pertemuan ilmiah yang diselenggarakan Pokja Intensif dan Kegawatan Kardiovaskular Indonesia Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) itu berlangsung di Sheraton Grand Gandaria City Hotel, Jakarta, pada 25-27 Januari 2018.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketua panitia InaACC ke-3, Dr Dafsah A. Juzar, SpJP(K) mengungkapkan bahwa simposium kali ini diselenggarakan adalah untuk membahas kemajuan tatalaksana terkini, jantung akut, intensif dan kegawatan kardiovaskular. Dafsah berharap, “Para peserta dapat menerima dan membawa pulang ilmu ini sehingga dapat diterapkan pada fasilitasnya masing-masing dan memberikan <i>outcome</i> yang lebih baik pada pasien-pasiennya”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketua Perki, Dr Ismoyo Sunu, dalam acara itu mengatakan, “Pertemuan ilmiah ini menjadi sarana untuk menyegarkan kembali kompetensi para spesialis jantung serta mampu meningkatkan pengetahuan ketrampilan kardiovaskuler emergensi bagi para dokter umum.”</div>
<div style="text-align: justify;">
InaACC kali ini dihadiri setidaknya 619 peserta, yang terdiri dari dokter umum (50%), spesialis (40%) spesialis dan perawat (10%). Dari hasil angket yang dibagikan kepada peserta, 80% peserta menilai bahwa materi sudah sesuai dengan yang diharapkan dan jalan acara tepat sesuai jadwal. “Ada juga masukan dari peserta, 41% peserta mendaulat Dr. Isman Firdaus sebagai pembicara favorit,” tutur Dafsah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di penghujung acara Symposium INAACC ke-3, panitia mengumumkan para pemenang abstrak yang dikirim para peserta. Dari 59 abstrak yang masuk, tim juri yang dipimpin Dr. Bambang Widyantoro, SpJP(K), menentukan para juara yang dibagi dalam 2 kategori.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kategori <b><i>Case Report</i></b>:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Dr Sigit Pratama Lustisia Nasrudin dari RS Muwardi, Solo</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Dr Dzikrulhaq Karimullah dari Universitas Brawijaya, RSU Dr Saiful Anwar, Malang</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Dr Mohammad Yofansyah Putra dari RS M. Yunus, Bengkulu</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kategori<b><i> Original Research Paper</i></b>:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Dr Limenaharok Adrian dari Universitas Brawijaya, RSU Dr Saiful Anwar</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Dr Dena Karina Firmansyah dari Universitas Indonesia</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Dr Stefani Salim dari Universitas Indonesia, RS Jantung Harapan Kita, Jakarta.*</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://kardio.my.id/SLIDERAN/INA-ACC2017/IHN-3INA-ACC2018.html" target="_blank"><img border="0" data-original-height="457" data-original-width="850" height="215" src="https://1.bp.blogspot.com/-t1WT7TPswNU/WxUfOr3zXyI/AAAAAAAADCA/wQlfAQ307HkYWVUx7pN2nWzShv6BeY9FQCLcBGAs/s400/IHN7_peristiwa03.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: x-small;"><i>Pemenang Case Report dan Original Research didampingi DR. Dr. Ismoyo Sunu dan Prof. Dr. Idris Idham </i></span></div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-77993415101668135112018-06-04T17:50:00.001+07:002018-06-04T18:00:22.126+07:00PERKI Pusat Laksanakan Webinar Pertama Kali<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><i>Webinar perdana PERKI diikuti ratusan peserta dari seluruh Nusantara. Selanjutnya PERKI akan terus menggelar webinar lainnya. </i></span><br />
<span style="font-size: large;"><i><br /></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://kardio.my.id/KEGIATAN%20PERKI%20DI%20JAKARTA/WEBINAR09122017/IHN-WEBINARPERKISATU2017.html" target="_blank"><img border="0" data-original-height="639" data-original-width="958" height="266" src="https://4.bp.blogspot.com/-O1YAHrqj9sc/WxUY08M7pgI/AAAAAAAADB0/j7s17qP5jWMI_YcW18J3Oo4epY-ktit7QCLcBGAs/s400/IHN7_peristiwa04.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: x-small;"><i>Nara sumber saat berdiskusi dengan Prof Djanggan Sargowo, peserta webinar dari Universitas Brawijaya Malang di layar monitor.</i></span><br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: x-small;"><i><br /></i></span></div>
ADA peristiwa istimewa di ruang <i>meeting</i> Gedung <i>Heart House</i>, Jakarta pada Sabtu, tanggal 9 Desember 2017. Untuk pertama kalinya, tepat pukul 09.00 PERKI Pusat menyelenggarakan webinar alias seminar secara online melalui jaringan internet <i>(boardcast)</i>. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam webinar perdana PERKI ini, tampil tiga pembicara, yakni Dr BRM Ario Soeryo Kuncoro, SpJP(K), yang membawakan makalah berjudul <i>Role on Novel Vasodilating Beta Blocker in the Management of Hypertension</i>, Dr RWM Kaligis, SpJP(K), yang berbicara tentang <i>Oral Thrombolytic, a Challenging Opportunity</i> dan terakhir DR Dr Ismoyo Sunu, SpJP(K), dengan makalahnya <i>Sharing Experience of Lumbrokinase</i>. </div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut panitia webinar, peserta webinar yang menyimak ceramah ilmiah para pembicara mencapai 150 orang yang tersebar di berbagai daerah. “Memang masih kurang dari target panitia yang diharapkan mencapai 200 peserta. Tapi sambutan yang datang dari Malang, Manado, Semarang, Surabaya, Kendari, Bandung dan yang lainnya cukup baik dan cukup berhasil, mengingat ini adalah kegiatan yang pertama kali diadakan di sini,” tutur Rina Dwiningsih dari pihak sekretariat yang ikut memotori acara ini seusai acara berlangsung. </div>
<div style="text-align: justify;">
Para peserta kali ini memang khusus diadakan untuk para SpJP sesuai dengan tema yang diadakan. Namun tidak menutup kemungkinan juga ditujukan kepada kalangan atau peserta lain, disesuaikan dengan tema yang akan diusung. </div>
<div style="text-align: justify;">
“Kedepannya akan diadakan webinar-webinar lainnya agar penyebaran ilmu kardiovaskuler tidak hanya berkembang di ibukota saja, bahkan bisa menjangkau ke seluruh pelosok Indonesia”, kata Rina berharap. </div>
<div style="text-align: justify;">
Acara Webinar ini terselenggara berkat kerjasama antara PP PERKI dengan Dexa Medica. </div>
<div style="text-align: justify;">
Tim teknis Webinar PERKI Pusat, Nisrina Ulfah, mengaku dalam pelaksanaan webinar, masih terjadi kekurangan di sana sini, seperti munculnya suara-suara dengung yang mengganggu saat seminar. “Namun untuk kedepannya hal-hal semacam itu akan menjadi pelajaran agar tidak ada lagi,” kata Nisrina. </div>
<div style="text-align: justify;">
“Teknisnya harus diperbaiki, dan edukasi ke peserta harus lebih digencarkan lagi agar peserta lebih mahir untuk memanfaatkan fitur-fitur yang ada dalam aplikasinya demi kelancaran acara, terutama saat sesi seminarnya,” katanya lebih lanjut. </div>
<div style="text-align: justify;">
Nisrina mengungkapkan, agar webinar berjalan lancar dan nyaman, para peserta sebaiknya menon-aktifkan fitur audio <i>(mute)</i> masing-masing saat proses webinar. “Dalam aplikasi WebEx Meeting yang digunakan, sebaiknya audionya dimatikan agar suara-suara peserta dan suara yang timbul dari alam sekitar tidak terdengar oleh anggota lain,” katanya. Fitur audio tersebut, dapat dihidupkan kembali saat mereka akan berkomunikasi atau bertanya dalam webinar. </div>
<div style="text-align: justify;">
Agar sejawat dapat bergabung dalam acara webinar, ada persiapan khusus yang harus dilakukan. Pertama, <i>download</i> aplikasi <b>WebEx Meetings</b> dari <b>Cisco</b> (https://www.webex.com/) ke dalam laptop atau smartphone masing-masing. Kemudian Klik <i><b>Join</b></i>, masukkan <i>meeting number</i> dan <i>meeting password</i> yang sudah dikantongi dari panitia. </div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, untuk peserta kelas/berkelompok, maka perlu disediakan kamera, proyektor dan layar besar tentunya, agar peserta bisa berinteraksi bersama-sama lewat layar. Ketiga, yang terpenting harus ada internet dengan jaringan sinyal yang stabil dan bagus, sehingga gambar dan jalannya webinar lancar. Terakhir, bisa juga sediakan kopi, teh dan snack, agar webinar berjalan lebih nyaman.*</div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-1339970641739236202018-06-04T15:31:00.002+07:002018-06-04T15:35:19.234+07:00Selamat Mengabdi Dokter Spesialis Jantung 2018<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://kardio.my.id/SLIDERAN/ASMIHA2018/IHN07-KONVOKASI-Asmiha27.html" target="_blank"><img border="0" data-original-height="567" data-original-width="850" height="266" src="https://4.bp.blogspot.com/-ZCVwN3sQ5AA/WxT4qWsn2qI/AAAAAAAADBo/uVWoT2XA1H8MsjCMvjv_znOVTPDlc9ZpACLcBGAs/s400/konvokasi-2018.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
PENGURUS Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) mengucapkan selamat kepada para dokter spesialis kardiovaskular yang baru. Acara konvokasi pemberian sertifikat FIHA tersebut diselenggarakan dalam perhelatan <i>Annual Scientific Meeting of Indonesian Heart Association (ASMIHA)</i> ke-27 pada 19-22 April 2018. Daftar peserta konvokasi sebagai berikut:</div>
<br />
<b><span style="color: yellow;">UNIVERSITAS SUMATERA UTARA</span></b><br />
1.<span style="white-space: pre;"> </span>Ahmad Handayani<br />
2.<span style="white-space: pre;"> </span>Dika Ashrinda<br />
3.<span style="white-space: pre;"> </span>Efrida Hasibuan<br />
4.<span style="white-space: pre;"> </span>Herman William Parlindungan<br />
5.<span style="white-space: pre;"> </span>Jaya Suganti<br />
6.<span style="white-space: pre;"> </span>Kartika Boru Karo<br />
7.<span style="white-space: pre;"> </span>Komaria<br />
8.<span style="white-space: pre;"> </span>Mustika Fadhilah Sarahazti<br />
9.<span style="white-space: pre;"> </span>Sanny March Novalin Silaban<br />
10.<span style="white-space: pre;"> </span>Syaifullah<br />
11.<span style="white-space: pre;"> </span>Theresia Wina Siagian<br />
12.<span style="white-space: pre;"> </span>Zulfan Efendi<br />
13.<span style="white-space: pre;"> </span>Zunaidi Syahputra<br />
<br />
<b><span style="color: yellow;">UNIVERSITAS ANDALAS</span></b><br />
1.<span style="white-space: pre;"> </span>Herlambang Zaputra<br />
2.<span style="white-space: pre;"> </span>Iman Fatullah<br />
3.<span style="white-space: pre;"> </span>Ivan Mahendra Raditya<br />
4.<span style="white-space: pre;"> </span>Mela Pratiwi<br />
5.<span style="white-space: pre;"> </span>Mohammad Harris Gailani<br />
6.<span style="white-space: pre;"> </span>Putri Mardhatillah<br />
7.<span style="white-space: pre;"> </span>Vera Yulia<br />
<br />
<b><span style="color: yellow;">UNIVERSITAS PADJADJARAN</span></b><br />
1.<span style="white-space: pre;"> </span>Aninka Saboe<br />
2.<span style="white-space: pre;"> </span>David Almeidi<br />
3.<span style="white-space: pre;"> </span>Harvi Puspa Wardani<br />
4.<span style="white-space: pre;"> </span>Intan Yustikasari<br />
5.<span style="white-space: pre;"> </span>Mardlatillah<br />
6.<span style="white-space: pre;"> </span>Yuni Twiyarti Pertiwi <span style="white-space: pre;"> </span><br />
<br />
<b><span style="color: yellow;">UNIVERSITAS INDONESIA</span></b><br />
1.<span style="white-space: pre;"> </span>Andi Mahavira<br />
2.<span style="white-space: pre;"> </span>Andika Rizki Lubis<br />
3.<span style="white-space: pre;"> </span>Aprivita Gayatri<br />
4.<span style="white-space: pre;"> </span>Christina Candra<br />
5.<span style="white-space: pre;"> </span>Damba Dwisepto Aulia Sakti<br />
6.<span style="white-space: pre;"> </span>Dian Yaniarti Hasanah<br />
7.<span style="white-space: pre;"> </span>Gustaf David Sinaka<br />
8.<span style="white-space: pre;"> </span>Haikal Abdullah Balweel<br />
9.<span style="white-space: pre;"> </span>M. Gibran Fauzi Harmani<br />
10.<span style="white-space: pre;"> </span>Mia Amira Callista<br />
11.<span style="white-space: pre;"> </span>Muhamad Syarif<br />
12.<span style="white-space: pre;"> </span>Muhammad Reza<br />
13.<span style="white-space: pre;"> </span>Muhammad Rusydi<br />
14.<span style="white-space: pre;"> </span>Priyandini Wulandari<br />
15.<span style="white-space: pre;"> </span>Rizky Aulia Fanani<br />
16.<span style="white-space: pre;"> </span>Rony Mario Candrasatria<br />
17.<span style="white-space: pre;"> </span>Silfi Pauline Sirait<br />
18.<span style="white-space: pre;"> </span>Wendy Marmalata Saragih<span style="white-space: pre;"> </span><br />
<br />
<b><span style="color: yellow;">UNIVERSITAS GADJAH MADA</span></b><br />
1.<span style="white-space: pre;"> </span>Arina Prihestri Nugraheni<br />
2.<span style="white-space: pre;"> </span>Braghmandaru Adhi Bhaskara<br />
3.<span style="white-space: pre;"> </span>Fera Hidayati<br />
4.<span style="white-space: pre;"> </span>Muhammad Haris<br />
5.<span style="white-space: pre;"> </span>Pamrayogi Hutomo<br />
6.<span style="white-space: pre;"> </span>Rano Irmawan<br />
7.<span style="white-space: pre;"> </span>Rio Probo Kaneko<br />
8.<span style="white-space: pre;"> </span>Vita Yanti Anggraeni<br />
9.<span style="white-space: pre;"> </span>Wahyu Himawan <span style="white-space: pre;"> </span><br />
<br />
<b><span style="color: yellow;">UNIVERSITAS DIPONEGORO</span></b><br />
1.<span style="white-space: pre;"> </span>Bahrudin<br />
2.<span style="white-space: pre;"> </span>Detrianae<br />
3.<span style="white-space: pre;"> </span>Fauzan Muttaqien<br />
4.<span style="white-space: pre;"> </span>Hari Indratno<br />
5.<span style="white-space: pre;"> </span>Kelly Kuswidi Yanto<br />
6.<span style="white-space: pre;"> </span>Mochamad Ali Sobirin<br />
7.<span style="white-space: pre;"> </span>Mohamad Fauziar Ahnaf Murtazam<br />
8.<span style="white-space: pre;"> </span>Putri Kusuma Dewi<br />
9.<span style="white-space: pre;"> </span>Yosman Freedy Soeroto<span style="white-space: pre;"> </span><br />
<br />
<b><span style="color: yellow;">UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET</span></b><br />
1.<span style="white-space: pre;"> </span>Alfa Alfin Nursidiq<br />
2.<span style="white-space: pre;"> </span>Dewi Ayu Paramita<br />
3.<span style="white-space: pre;"> </span>Pipiet Wulandari<br />
4.<span style="white-space: pre;"> </span>Risalina Myrtha<br />
5.<span style="white-space: pre;"> </span>Verry Gunawan Sohan<span style="white-space: pre;"> </span><br />
<br />
<b><span style="color: yellow;">UNIVERSITAS AIRLANGGA</span></b><br />
1.<span style="white-space: pre;"> </span>Ahadi<br />
2.<span style="white-space: pre;"> </span>Alisia Yuana Putri<br />
3.<span style="white-space: pre;"> </span>Anindita Primiari Qodrina<br />
4.<span style="white-space: pre;"> </span>Anna Budiarti<br />
5.<span style="white-space: pre;"> </span>Ari Rahmawati<br />
6.<span style="white-space: pre;"> </span>Arief Rachman Hakim<br />
7.<span style="white-space: pre;"> </span>Armyta Galuh<br />
8.<span style="white-space: pre;"> </span>Aussie Fitriani Ghaznawie<br />
9.<span style="white-space: pre;"> </span>Ayu Ariestha Kesumaningputri<br />
10.<span style="white-space: pre;"> </span>Ayu Diajeng Sekar Negari<br />
11.<span style="white-space: pre;"> </span>Dimas Rio Balti<br />
12.<span style="white-space: pre;"> </span>Drastis Mahardiana<br />
13.<span style="white-space: pre;"> </span>Galih Rakasiwi Soekarno<br />
14.<span style="white-space: pre;"> </span>Kriswanto<br />
15.<span style="white-space: pre;"> </span>Laily Djihan<br />
16.<span style="white-space: pre;"> </span>Lely Puspita Candra Dewi<br />
17.<span style="white-space: pre;"> </span>Mia Puspitasari<br />
18.<span style="white-space: pre;"> </span>Muhammad Zulkifli Amirullah A.S<br />
19.<span style="white-space: pre;"> </span>Nadya Luthfah<br />
20.<span style="white-space: pre;"> </span>Ratna Dewi Cahyaningtias<br />
21.<span style="white-space: pre;"> </span>Ruthvi Adriana<br />
22.<span style="white-space: pre;"> </span>Shafira Nadia<br />
<br />
<b><span style="color: yellow;">UNIVERSITAS BRAWIJAYA</span></b><br />
1.<span style="white-space: pre;"> </span>David Rubiyaktho<br />
2.<span style="white-space: pre;"> </span>Diah Rachmaniah<br />
3.<span style="white-space: pre;"> </span>Fitranti Suciati Laitupa<br />
4.<span style="white-space: pre;"> </span>Hidayanto Perdana<br />
5.<span style="white-space: pre;"> </span>Ike Dyah Ayu Pambayun<br />
6.<span style="white-space: pre;"> </span>Ikhwan Handirosiyanto<br />
7.<span style="white-space: pre;"> </span>Lenny Kartika Sari<br />
8.<span style="white-space: pre;"> </span>Lina Haryati<br />
9.<span style="white-space: pre;"> </span>Mochammad Ali Trihartanto<br />
10.<span style="white-space: pre;"> </span>Mohammad Afies Sjugiharto<br />
11.<span style="white-space: pre;"> </span>Muchamad Abusari<br />
12.<span style="white-space: pre;"> </span>Niva Wilujeng<br />
13.<span style="white-space: pre;"> </span>Samsul Bakhri<br />
14.<span style="white-space: pre;"> </span>Santy Cintiana Dewi<br />
15.<span style="white-space: pre;"> </span>Yoseph Budi Utomo<br />
<br />
<b><span style="color: yellow;">UNIVERSITAS UDAYANA</span></b><br />
1.<span style="white-space: pre;"> </span>Agung Pradnyana Suwirya<br />
2.<span style="white-space: pre;"> </span>Deo Idarto<br />
3.<span style="white-space: pre;"> </span>Felix Fodianto<br />
4.<span style="white-space: pre;"> </span>I Gusti Agung Bagus Krisna Jayantika<br />
5.<span style="white-space: pre;"> </span>I Ketut Raditya Surya<br />
6.<span style="white-space: pre;"> </span>Ni Wayan Lena Agustini<br />
7.<span style="white-space: pre;"> </span>Rani Paramitha Iswari Maliawan<br />
8.<span style="white-space: pre;"> </span>Cyndiana Widia Dewi Sinardja<br />
9.<span style="white-space: pre;"> </span>Ida Bagus Komang Wisasmita<br />
10.<span style="white-space: pre;"> </span>Putu Kiki Wulandari<br />
<br />
<b><span style="color: yellow;">UNIVERSITAS HASANUDDIN</span></b><br />
1.<span style="white-space: pre;"> </span>Andi Inggi Maesatana<br />
2.<span style="white-space: pre;"> </span>Bambang Rahardi<br />
3.<span style="white-space: pre;"> </span>Dian Pratiwi<br />
4.<span style="white-space: pre;"> </span>Edwin Hartanto<br />
5.<span style="white-space: pre;"> </span>Farid Hidayat<br />
6.<span style="white-space: pre;"> </span>Gusmawan Gani<br />
7.<span style="white-space: pre;"> </span>Harie Cipta<br />
8.<span style="white-space: pre;"> </span>Mirnawati Mappiare<br />
9.<span style="white-space: pre;"> </span>Titus Kurnia Hariadi<br />
10.<span style="white-space: pre;"> </span>Vicky Nanu Rewa<br />
11.<span style="white-space: pre;"> </span>William Horas <span style="white-space: pre;"> </span><br />
<br />
<b><span style="color: yellow;">UNIVERSITAS SAM RATULANGI</span></b><br />
1.<span style="white-space: pre;"> </span>Edy Chandra Tanoto<br />
2.<span style="white-space: pre;"> </span>Gratiani E. H. Reppi<br />
3.<span style="white-space: pre;"> </span>Hendro Adi Kuncoro<br />
4.<span style="white-space: pre;"> </span>Ike Adriana<br />
5.<span style="white-space: pre;"> </span>Irma Winastuti Rosmanadewi<br />
6.<span style="white-space: pre;"> </span>Kana Kurniati Elka<br />
7.<span style="white-space: pre;"> </span>Loretta Claudine Wangko<br />
8.<span style="white-space: pre;"> </span>Monique Priscilla Fransiska Rotty<br />
9.<span style="white-space: pre;"> </span>Nancy Sicilia Lampus<br />
10.<span style="white-space: pre;"> </span>Ronaldi<br />
11.<span style="white-space: pre;"> </span>Soetandar Widjaya<br />
12.<span style="white-space: pre;"> </span>Yosua Arthur Iskandar<span style="white-space: pre;"> </span><br />
<br />
<b><span style="color: yellow;">SPBTKV (ANGGOTA LUAR BIASA)</span></b><br />
1.<span style="white-space: pre;"> </span>Ahmad Ghozali<br />
2.<span style="white-space: pre;"> </span>Andri Syahrian<br />
3.<span style="white-space: pre;"> </span>Brema Suranta Prakarsa Utama Pasaribu<br />
4.<span style="white-space: pre;"> </span>Dhany Prasetyanto<br />
5.<span style="white-space: pre;"> </span>Doddy Prabisma Pohan<br />
6.<span style="white-space: pre;"> </span>Franky Yaseya Siahaan<br />
7.<span style="white-space: pre;"> </span>Maulidya Ayudika Dandanah<br />
8.<span style="white-space: pre;"> </span>Sri Nurbowo Ardi<br />
9.<span style="white-space: pre;"> </span>Yunanto Kurniakardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-59184926368700172002018-06-04T15:25:00.001+07:002018-06-04T15:25:55.116+07:00Pendidikan Kardiologi Memerlukan Revolusi Kedua<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><i>Tiap-tiap sentra pendidikan harus mampu mengejar bahkan melebih standar nasional. Perbaikan dalam kualitas SDM, mutu pendidikan serta perluasan jejaring harus dilakukan.</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-lsLFBiCBYhY/WxT2qLEtRKI/AAAAAAAADBc/dCQ7SC2gPsMBcfICATYw8g3HwJRvwoTfACLcBGAs/s1600/Prof_HarmaniKalim.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="976" data-original-width="803" height="200" src="https://1.bp.blogspot.com/-lsLFBiCBYhY/WxT2qLEtRKI/AAAAAAAADBc/dCQ7SC2gPsMBcfICATYw8g3HwJRvwoTfACLcBGAs/s200/Prof_HarmaniKalim.jpg" width="164" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
BERBICARA tentang pendidikan kardiologi, tentu tak terpisahkan dengan sosok Prof Dr Harmani Kalim, MPH, SpJP(K). Pria kelahiran Surakarta ini pernah menjadi Ketua Kolegium delapan tahun lamanya. Selama itu, Harmani beserta sejumlah kolega mendorong pendirian banyak pusat studi kardiologi. “Awalnya kita hanya memiliki dua pusat pendidikan kardiologi di Jakarta dan Surabaya,” katanya. Walhasil jumlah dokter jantung saat itu memang sangat kurang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebab itulah, menurut Harmani, pendidikan kardiologi memerlukan “revolusi”. Yang pertama adalah revolusi penyebaran dan jumlah sentra pendidikan di Indonesia. Kini jumlah sentra pendidikan berkembang dari 2 menjadi 13 pusat layanan jantung terpadu. Yaitu di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Solo, Malang, Surabaya, Denpasar, Makassar, Manado, Padang, Medan dan Aceh. “Yang paling baru adalah sentra pendidikan di Aceh,” kata Harmani.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tak cukup sampai di situ, setelah pendirian lembaga pendidikan terpadu, kini perlu ditingkatkan mutu dan kualitasnya. Berikut pembicaraan Prof Harmani dengan <b><i>InaHeartnews</i></b>, di Paviliun Eksekutif RSJ Harapan Kita, awal April.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Bagaimana perkembangan pendidikan kardiologi saat ini?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dulu kami cuma punya dua, Jakarta dan Surabaya. Selama berpuluh tahun jumlahnya segitu saja. Pada saat saya jadi Ketua Kolegium, saya merasa pusat-pusat pendidikan kardiologi harus dipercepat pertambahan dan pertumbuhannya. Itu perlu dilakukan untuk menambah dokter jantung yang masih sedikit pada 2010. Kemudian saya bersama Prof Dr Biran Affandi dan Prof Dr Idris Idham berusaha membuka pusat-pusat studi di daerah. Hasilnya adalah berdirinya 10 pusat studi selama kepengurusan kami.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kebetulan waktu itu Prof Biran merangkap Ketua Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI) dan Ketua Konsill Kedokteran Indonesia (KKI) sehingga lancar. Begitu juga Prof Idris dapat membantu untuk urusan ke Dikti sehingga SK (Surat Keputusan) terkait pendirian pusat pendidikan itu cepat keluar. Bahkan ada beberapa studi yang SKnya keluar di hari yang sama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Bagaimana dengan kondisi di daerah saat itu?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagian banyak yang mendukung, tapi banyak juga yang merasa keberatan. Mereka menganggap ini belum waktunya, belum berkembang, kondisi di daerah tidak siap, staf yang ada masih kurang dan sebagainya. Namun dengan berjalannya waktu, berbagai kendala itu dapat diatasi. Lagi pula sebenarnya dengan dibukanya pusat studi ini justru membantu pelaksanaan persyaratan yang ada, termasuk pengadaan dana dan staf. Jadi Alhamdulillah sekarang kita ada 13 pusat dan tidak ketinggalan dengan spesialisasi yang lain. Jadi begitulah, kita perlu semacam revolusi pertumbuhan pusat studi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Setelah mendirikan banyak sentra jantung, apa tindakan selanjutnya?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya perlu ada revolusi kedua. Kalau dulu kita menambah jumlahnya, sekarang ini perlu ada peningkataan mutu dan kualitas pusat studi itu. Memang kadang-kadang pusat studi yang ada terjerat dalam <i>comfort zone</i>. Kalau sudah lama di sana, maka mereka tidak ingin maju lagi dan tidak ingin berubah. Mereka terlena sehingga tertinggal dengan yang lain. Maka pusat studi sekarang harus didorong untuk terus melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dan sempurna.</div>
<div style="text-align: justify;">
Maka untuk tahap kedua ini kita melakukan revolusi untuk memperbaiki mutu pendidikan. Mutu dan kualitas ini perlu terus diperbaiki dan ditingkatkan karena saat ini makin besar tantangan yang ada. Misalnya dampak globalisasi, perubahan masyarakat yang makin kritis, tantangan teknologi kedokteran, atau tantangan dari profesi lain yang mengembangkan kompetensi yang sama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Bagaimana dengan serbuan globalisasi?</span></b> </div>
<div style="text-align: justify;">
Tantangan globalisasi inilah yang menjadi utama. Jadi kita harus menyiapkan tenaga kita bukan seperti yang dulu lagi. Sekarang kita harus menyiapkan tenaga ahli yang siap bersaing dengan mereka yang dari luar negeri. Para dokter asing dari luar itu juga datang ke Indonesia. Makanya kita harus siap mengirimkan tenaga dokter ke luar juga. Salah satu bidang yang paling rentan terkena dampak globalisasi antara lain bidang kardiologi, neurologi, onkologi, penyakit dalam dan bedah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Bagaimana dengan peran pemerintah?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya pemerintah itu perannya bisa besar atau kecil. Artinya kita jangan menunggu Pemerintah. Untuk pengembangan bidang profesi harus bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Memang pemerintah juga punya tanggung jawab terhadap rumah sakit, misalnya dalam hal penyediaan fasilitas alat, menyediakan regulasi dan sebagainya. Tetapi untuk pengembangannya tetap peran terbesar adalah pada profesi. Jadi masalah peran pemerintah tidak bisa kita jadikan alasan utama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Bagaimana dengan fenomena terjadinya ketimpangan pendidikan antara Pusat dan Daerah?</span></b> </div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi memang kita harapkan jurang itu dapat diatasi. Terkait dengan standar kompetensi dan standar pendidikan dokter jantung itu sudah disahkan oleh KKI. Jadi ini memang harus dapat dicapai oleh para dokter. Cuma itu kan penetapan standar minimal yang harus dicapai. Jadi kita harapkan sentra-sentra studi yang ada dapat menyelenggarakan mutu pendidikan yang melebihi dari standar kompetensi. Lebih baik lagi jika sentra studi di daerah mampu mengembangkan keunggulan masing-masing sehingga dapat melampaui standar kompetensi yang ada. Tiap-tiap sentra harus mengejar standar yang lebih tinggi, jangan puas terhadap apa yang telah diraih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Apa yang harus ditekankan dalam menghadapi situasi pendidikan kardiologi saat ini?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Intinya kita memang harus bisa memberikan perbaikan mutu pendidikan terutama dengan meningkatkan SDM-nya, kedua mutu dan jumlah penelitiannya, ketiga membangun jejaring, dalam dan luar negeri.*</div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-140557971656131132018-06-04T14:07:00.001+07:002018-06-04T14:10:58.055+07:00PERKI Surabaya: Pengabdian Seutuhnya untuk Pengembangan Kardiologi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><i>Kinerja dan pengabdian PERKI Surabaya semakin lancar. Segala daya upaya dimanfaatkan untuk pengembangan organisasi.</i></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-Ai-qkjr6j-M/WxTkzWY78BI/AAAAAAAADBQ/I0uhwAk7QWgjfCam8U_TntG02xnOlN5TgCLcBGAs/s1600/IHN7_unik01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="563" data-original-width="850" height="263" src="https://1.bp.blogspot.com/-Ai-qkjr6j-M/WxTkzWY78BI/AAAAAAAADBQ/I0uhwAk7QWgjfCam8U_TntG02xnOlN5TgCLcBGAs/s400/IHN7_unik01.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<i><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: x-small;">Beberapa anggota PERKI Surabaya seusai pelatihan.</span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"House of Perki”</i> demikian tulisan yang menyambut setiap orang yang berkunjung ke kantor Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI) Surabaya. “Saat ini PERKI Cabang Surabaya telah memiliki kantor sendiri yang bernama <i>House of PERKI</i> di Jalan Manyar Jaya II nomor 10-12, Surabaya,” tutur DR Dr Yudi Her Oktaviono, SpJP(K), Ketua PERKI Surabaya kepada <b>InaHeartnews</b>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, Yudi melanjutkan, PERKI Surabaya juga telah menjadi Badan Hukum yang berbentuk Koperasi. Badan hukum ini didirikan pada tanggal 14 Pebruari 2015 di Hotel Santika Premier Gubeng Surabaya. “Atas berkat usaha pengembangan Koperasi dengan beranggotakan dokter-dokter jantung,” kata Yudi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan keberadaan kantor dan berbadan hukum ini, banyak yang berharap PERKI Surabaya semakin mantab dan lancar menjalankan misi dan visinya mengabdi kepada masyarakat luas. Apalagi, kini perangkat organisasi dan aktivitas PERKI Surabaya makin berkembang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kini anggota PERKI Cabang Surabaya yang terdaftar mencapai 130 orang dengan kelengkapan organisasi berupa 7 departemen, yakni Departemen Etik dan Pembelaan Anggota, Pengembangan Organisasi dan Advokasi Kebijakan, Penelitian dan Iptek Kardiovaskular, Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan, Pengembangan Kemitraan dan Kesejahteraan Anggota, Penerbitan dan Informatika, serta Pengabdian Masyarakat. Selain itu PERKI Surabaya juga telah mengembangkan 8 Pokja, mulai dari Pokja Vaskular, Lipid dan Hipertensi, Heart Failure dan Cardiac Rehab, Intervensi, Aritmia, Echo dan Cardiac Imaging, Cardiac Intensive hingga ACLS, EKG, BCLS dan BLS.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebab itulah, perkembangan aktivitas menuntut keberadaan kantor sebagai markas pusat kegiatan sangat dibutuhkan. Harapannya, dengan <i>House of Perki</i>, kegiatan ilmiah dan pertemuan antar anggota dapat dilakukan dengan lancar. “Begitu juga dengan wadah koperasi yang akan meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para anggota,” kata Yudi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari sanalah, sekretariat PERKI Surabaya mengatur dan melancarkan seabreg kegiatannya baik yang ilmiah, non ilmiah, begitu juga yang bersifat kekeluargaan dan santai. “Kegiatan utama kita tetap mengikuti dan mengacu pada aktivitas Pengurus Pusat PERKI. Misalnya menghadiri Konker XVI tanggal 19-21 Mei 2017 di Hotel Gran Senyiur, Balikpapan,” kata Yudi. Selebihnya, dikembangkan sendiri dari inisiatif para anggota.</div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu kegiatan yang banyak dilaksanakan antara lain acara <i>Advanced Cardiac Life Support (ACLS)</i>. Aktivitas itu dilaksanakan sebanyak 26 kali pada 2015 kemudian meningkat menjadi 33 kali pada 2016. Berbagai ACLS tersebut dilaksanakan di berbagai tempat khususnya untuk dokter umum. “Anggota yang mengikuti pelatihan mengaku sangat besar manfaatnya bagi profesi,” kata Yudi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain ACLS, PERKI Surabaya tentu melaksanakan Program Bidang Pendidikan lainnya. Misalnya pelatihan EKG, BCLS, CTA <i>Course, workshop</i> untuk dokter umum, <i>cardiologist, nurse</i> dan SCU yang telah diselenggarakan dengan baik. Peran serta anggota dalam kegiatan tersebut, kata Yudi, sangat menonjol. Dalam pelaksanaannya, PERKI Surabaya juga mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak lain. Misalnya saja saat menyelenggarakan <i>Vascular Update</i> berkolaborasi dengan Pokja Vaskular, begitu juga saat melaksanakan ACS <i>roadshow</i>, berkolaborasi dengan Pokja <i>Acute Cardiac Care</i>. “Program Pengembangan Profesi diwujudkan dalam kegiatan ilmiah bekerjasama dengan Bagian/SMF Kardiologi & Kedokteran Vaskuler berjalan dengan cukup <i>intens</i>,” kata Yudi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Para anggota PERKI Surabaya juga rajin mengikuti berbagai <i>workshop-workshop</i>. Misalnya mengadakan <i>workshop Trans Esophageal Echocardiography</i>, PERKI Surabaya berkolaborasi dengan PT Berca Indonesia dan SMF Kardiologi RSAL Ramelan Surabaya, pada 19-20 Maret 2016 di RSAL Ramelan. <i>Workshop</i> ini pernah dilaksanakan di luar negeri misalnya ketika anggota PERKI Surabaya berkunjung ke Institute Jantung Negara Kuala Lumpur Malaysia, 2-5 Mei 2016 di IJN Malaysia.</div>
<div style="text-align: justify;">
PERKI Surabaya juga berusaha memupuk pengembangan organisasi bersama masyarakat dan Pemerintah kota maupun Jawa Timur dalam bentuk pengabdian terhadap masyarakat. Dalam wujud nyatanya para pengurus PERKI Surabaya aktif melakukan diskusi interaktif tentang penyakit jantung dan permasalahannya baik bersama Walikota Surabaya maupun Gubernur Jawa Timur.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ini terlihat dari berbagai peran serta PERKI Surabaya dalam berbagai <i>event</i> besar acara jantung seperti <i>World Heart Day</i> dan <i>Hypertension Heart Day</i> bersama Yayasan Jantung Indonesia (YJI). Dalam acara ini turut hadir Walikota Surabaya, KADIS Kesehatan, Direktur RS pemerintah–swasta Surabaya, perwakilan tenaga kesehatan, Puskesmas dan masyarakat luas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pengabdian terhadap warga Surabaya, juga kerap dilakukan PERKI Surabaya. Misalnya aktif mengadakan pelatihan <i>Basic Life Support (BLS)</i> bagi peserta awam di Grand City pada 13 Agustus 2017, begitu juga di kalangan pesantren Nahdlatul Ulama, di Bondowoso, pada 20 Oktober 2017, serta untuk anggota TNI di Atambua, NTT pada 13-14 Oktober 2017. “Pelatihan BLS juga sering kami adakan di <i>House of Perki</i>,” kata Yudi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tak ketinggalan juga, para dokter wanita PERKI Surabaya aktif mengadakan kegiatan tersendiri. Mereka tergabung dalam <i>Indonesian Women of Cardiology (IWOC)</i> yang merupakan cabang dari PERKI Surabaya. Tiap bulan, IWOC juga rutin menggelar seminar ilmiah, mengikuti dan menyelenggarakan bakti sosial baik di kota Surabaya atau di luar kota Surabaya hingga keluar daerah seperti ke Atambua, NTT. “IWOC juga sering mengadakan arisan dengan <i>dress code</i> daerah dengan tema budaya nasional,” kata Yudi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tak hanya kegiatan ilmiah PERKI Surabaya juga berupaya mengembangkan nuansa tradisional Indonesia dengan mengadakan <i>gala dinner</i> setiap tahunnya. “Beberapa <i>event</i> diantaranya menggunakan pakaian adat nasional, menggelar acara budaya ketoprak dan tari-tarian nasional yang semuanya dilakukan anggota PERKI sendiri,” tutur Yudi. Tak lupa juga dalam acara tersebut panitia menyediakan makanan juga khas Indonesia terutama makanan khas Surabaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam beragam kegiatan yang ada, tentu PERKI Surabaya tak melewatkan acara santai yang menyehatkan badan. Misalnya pawai sepeda sehat, pemeriksaan dan konsultasi gratis untuk masyarakat awam hingga lomba banner tentang preventif kesehatan jantung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang tak kalah menariknya, PERKI Surabaya tak ketinggalan dalam hal mengejar kemajuan teknologi. Mereka telah mengembangkan situs sendiri agar lebih gampang dan leluasa menjalankan misi dan visi organisasi. “Perkembangan dan perubahan dunia kardiologi di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi global. Perkembangan dan perubahan tersebut menuntut perubahan dan peningkatan kompetensi di bidang ilmu kardiologi dalam menyiapkan tenaga kesehatan yang cakap dan kompeten,” kata Yudi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Website ini diibaratkan sebagai pintu gerbang untuk memperoleh informasi dan media untuk menggali sumber belajar bagi semua tenaga kesehatan melalui dunia internet. “Diharapkan dapat meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan khususnya melalui informasi pelatihan maupun seminar serta sebagai ajang komunikasi antar tenaga kesehatan,” kata Yudi lagi.*</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-46199440739667956872018-06-04T13:22:00.000+07:002018-06-04T13:39:23.083+07:00Kinerja Redaksi InaHeartnews pada Masa Kabinet Amanah PERKI<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-4QX0Nch0w0I/WxTaN4H9-cI/AAAAAAAADAo/6pqID4HfHBgpfVc2ylfs2snpSqab9XbvACLcBGAs/s1600/IHN7_unik02.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="577" data-original-width="850" height="271" src="https://4.bp.blogspot.com/-4QX0Nch0w0I/WxTaN4H9-cI/AAAAAAAADAo/6pqID4HfHBgpfVc2ylfs2snpSqab9XbvACLcBGAs/s400/IHN7_unik02.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-JFr7437r6xs/WxTaRNBdD_I/AAAAAAAADAs/lCqbweFnS0sUtiPSO8O9Y85lWietiO8-gCLcBGAs/s1600/IHN7_unik021.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="567" data-original-width="850" height="266" src="https://4.bp.blogspot.com/-JFr7437r6xs/WxTaRNBdD_I/AAAAAAAADAs/lCqbweFnS0sUtiPSO8O9Y85lWietiO8-gCLcBGAs/s400/IHN7_unik021.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: x-small;"><i>DR Dr Raja Adil C Siregar (Pemimpin Redaksi) saat memimpin sidang redaksi untuk penerbitan tabloid InaHeartnews.</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
HAMPIR dua puluh tiga tahun tabloid ini berkiprah meramaikan jagad penerbitan kesehatan nasional. Suka duka pasang surut dan berbagai problema telah dilalui. “Alhamdulillah kami berhasil menerbitkan tabloid sesuai dengan waktu dan target, walaupun tentu masih terdapat kekurangan di sana sini,” tutur DR Dr Raja Adil C Siregar SpJP(K), Pemimpin Redaksi Tabloid <b>InaHeartnews</b>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di bawah pengurusan Kabinet Amanah --demikian Pengurus Pusat PERKI 2016-2018 disebut-- tim redaksi berhasil menerbitkan enam edisi tabloid sejak Oktober 2016. Namun, usia dan aktivitas penerbitan PERKI dimulai jauh sebelum itu. “Selain Tabloid ini, dulu kami pernah menerbitkan tabloid Medical Review dan Majalah Jantung Kardia,” tutur Asep Suhendar dari bagian perwajahan dan sirkulasi tabloid. Ada pula leaflet-leaflet pesanan dari industri farmasi yang memuat tentang acara simposium serta iklan obatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Awalnya, tim redaksi pernah berkantor di Wisma Bisnis Indonesia lantai 11 yang letaknya tepat di depan RS Jantung Harapan Kita. Selanjutnya pindah ke Gapura Mas, lantas berkantor di dalam lingkungan RS Harapan Kita di Gedung Asrama lantai 4, lalu ke lantai 2. Ketika ada proyek pemugaran rumah sakit, maka kantor redaksi pindah ke <i>PERKI House</i> di Tanah Abang, Jakarta. Kini tim redaksi menempati salah satu pojok di lantai 3 Gedung <i>Heart House</i> tempat dimana sekretariat PP PERKI berada.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selama ini setidaknya sudah empat Pemimpin Redaksi yang mengusung tabloid ini dari awal, yaitu DR Dr Faisal Baraas, Dr Dolly RD. Kaunang, Dr Sonny Hilal Wicaksono dan DR Dr Raja Adil Siregar. Selain Asep, sekretariat redaksi juga di awaki oleh Endah Muharini. Sejak Kabinet Amanah PERKI, tim redaksi juga mendapat bantuan dari Maxima Healthqual Indonesia, pimpinan Michael Suryadisastra, serta Fitri Kurniasih untuk bagian iklan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pendistribusiannya, Tabloid <b>InaHeartnews</b> tak hanya mengandalkan format cetak, tetapi juga digital. Tabloid ini juga dapat dinikmati dengan mengakses: </div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://kardio.my.id/">kardio.my.id</a>, </div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://www.facebook.com/tabloidprofesi.kardiovaskuler" title="Facebook">tabloidprofesi.kardiovaskuler</a> (facebook), </div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://twitter.com/kardio_vaskuler" title="Twitter">kardio_vaskuler</a> (twitter), </div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.tpkindonesia.blogspot.co.id/" title="Blogger">tpkindonesia.blogspot.co.id</a> (blogspot) maupun </div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://inaheartnews.wordpress.com/">inaheartnews.wordpress.com</a> (wordpress).</div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap kali ada kegiatan-kegiatan simposium atau <i>workshop</i> kardiovaskuler dan internis, redaksi juga akan sibuk menjadi juru foto dan membuat ulasan kegiatan. Berbagai kegiatan yang ada kami rangkum menjadi liputan untuk disajikan dalam tabloid. Untuk itu, kami selalu mengadakan rapat rutin redaksi untuk membahas isi tulisan, bahan-bahan wawancara dan foto, termasuk iklan dan percetakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada kesempatan ini kami atas nama Tabloid <b>InaHeartnews</b> mengucapkan terima kasih kepada berbagai perusahaan farmasi yang telah mendukung keberadaan kami, juga kepada dokter-dokter penulis yang telah berkontribusi penulisan dalam tabloid ini. Harapannya, tentu agar para pendukung terutama dari industri farmasi bisa lebih aktif lagi dalam kegiatan ini. Begitu juga dengan para spesialis, profesor dan dokter yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya untuk tabloid. Salam <b>InaHeartnews</b>!*</div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-60802882277331813582018-03-20T15:43:00.001+07:002018-03-20T15:43:48.386+07:00PERKI HUT 60th: Pencapaian dan Milestone Kinerja Profesi Kedokteran Jantung Indonesia<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<i style="font-size: x-large;">PERKI merayakan pengabdiannya selama 60 tahun. Prestasi dan pengabdian apa saja yang telah dicapai? PERKI telah memperkuat jaringan kerjasama dan pengabdian. Inilah sejumlah milestone yang berhasil dicapai.</i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<i style="font-size: x-large; text-align: left;"><br /></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-9JF8n64UdAs/WrDF-tZEN5I/AAAAAAAAC_4/dLw9ZsApkbUntzxIlpRnl-6D-1c235skQCLcBGAs/s1600/HUTPERKI60_36.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="625" data-original-width="1600" height="156" src="https://3.bp.blogspot.com/-9JF8n64UdAs/WrDF-tZEN5I/AAAAAAAAC_4/dLw9ZsApkbUntzxIlpRnl-6D-1c235skQCLcBGAs/s400/HUTPERKI60_36.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif; font-size: x-small;">PERKI memberikan bintang penghargaan Aryasatya tingkat kemuliaan kepada para Ketua PERKI purna bakti yang telah berjuang tanpa pamrih demi kemajuan organisasi.</span></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
JEJERAN lukisan wajah-wajah para Presiden Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Purna Bakti tampak menyambut para tamu undangan. Berlokasi di Ayana Mid Plaza Hotel, Jakarta, PERKI menyelenggarakan syukuran HUT ke-60, tanggal 18 November silam. </div>
<div style="text-align: justify;">
Tampak hadir sejumlah tokoh masyarakat, antara lain perwakilan dari IDI, PPSDM Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Ketua Perhimpunan Organisasi-organisasi Profesi, Ketua AIPTBI, Ketua YJI, perwakilan Direktur RSJHK, Direktur Rumah Sakit Rujukan Nasional, Provinsi dan regional, Ketua Kolegium Ilmu Penyakit jantung dan Pembuluh Darah. </div>
<div style="text-align: justify;">
Tentu tak ketinggalan elemen dari PERKI sendiri. Hadir dalam perhelatan itu antara lain para Presiden Pengurus Pusat (PP) PERKI Purna Bakti, para Ketua PERKI Cabang dan Komisariat, para Senior PERKI, Ketua Team Pengampu Jejaring Kardiovaskular RS rujukan, Ibu-ibu Paguyuban, Ibu-ibu Kardiologi Indonesia dan para peserta undangan yang datang dari berbagai wilayah Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hari itu PERKI memang layak mendapat perlakuan khusus. Sebuah logo HUT PERKI ke-60 khusus dibuat untuk peringatan ini. Betapa tidak, saat itulah organisasi profesi ini telah genap 60 tahun mengabdi dan melayani bidang kedokteran kardiologi Indonesia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-4E9HeySyHp4/WrDGOUKu4cI/AAAAAAAAC_8/1yVO3bjvauwQwN8_GPOeiPGLeYqTAK9jwCLcBGAs/s1600/HUTPERKI60_01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="639" data-original-width="958" height="213" src="https://2.bp.blogspot.com/-4E9HeySyHp4/WrDGOUKu4cI/AAAAAAAAC_8/1yVO3bjvauwQwN8_GPOeiPGLeYqTAK9jwCLcBGAs/s320/HUTPERKI60_01.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif; font-size: x-small;">Tampak jejeran lukisan wajah-wajah para Presiden PERKI purna bakti.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perayaan itu diisi dengan berbagai aktivitas, mulai dari pagelaran seni, pemberian penghargaan, sambutan dan silaturahim para anggota. Setelah penampilan <i>Pacemaker Choir</i> pimpinan dr. Radityo Prakoso sebagai pembuka, acara diteruskan dengan drama monolog Labdagati “Sebuah awal Menuju Kejayaan” ditampilkan oleh Anindya Naila Sabahat dkk dengan iringan musik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sesuai dengan tema drama tersebut, Ketua PP PERKI, DR Dr Ismoyo Sunu, SpJP(K) menyinggung tentang kinerja, prestasi dan kejayaan PERKI. “Pencapaian PERKI di usia 60 tahun tidak bisa dilepaskan dari hasil perjuangan para pendiri dan pengurus PERKI dari pusat hingga cabang di periode-periode sebelumnya,” katanya dalam pidato sambutan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berkat kerjasama yang sinergis antara PERKI dan Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (Kolegium IPJPD), lanjut Ismoyo, maka upaya pengabdian yang sangat berat untuk negeri ini dapat mengakselerasi berbagai <i>milestone</i> yang telah dirintis selama ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejumlah <i>milestone</i> tersebut antara lain, PERKI terlibat aktif dalam Komite Penanggulangan Penyakit Kardioserebrovaskular Nasional bersama Perhimpunan Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI), Perhimpunan Spesialis Penyakit Saraf (PERDOSI), Perhimpunan Spesialis Dokter Rehabilitasi Medik (PERDOSRI), Perhimpunan Spesialis Bedah Torak Kardiovaskular (HBTKVI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Anak (IDAI). “Harapannya, komite ini mampu mewujudkan kesamaan pandangan dan pendapat terutama dalam memberikan advokasi kebijakan dan regulasi pemerintah khususnya Kemenkes pada era JKN yang pada akhirnya dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas secara bermakna,” kata Ismoyo.</div>
<div style="text-align: justify;">
encapaian lainnya adalah PERKI telah menjadi organisasi profesi yang berstatus badan hukum sejak Januari 2017, sehingga kerjasama legal formal dengan beberapa instansi dapat dilakukan. Kerjasama itu antara lain dengan badan PPSDM Kemenkes untuk mengawal terlaksananya program <i>fellowship in training</i> dengan terwujudnya perjanjian kerjasama bantuan pembiayaan yang dilaksanakan di 9 Rumah Sakit rujukan Pendidikan Kardiovaskular.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Bersama Pokja PIKI, PERKI juga mampu melebarkan sayap dengan mengirimkan <i>fellow</i> ke India dan Cina yang juga direncanakan akan diberikan bantuan pendidikan oleh Kemenkes. Harapan ke depan, capaian ini dapat mempercepat pemenuhan kebutuhan SDM Spesialisasi Kardiovaskular Kompetensi Lanjut di RS rujukan Nasional, Provinsi dan Regional,” kata Ismoyo.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kerjasama dalam negeri yang lain yaitu terjalinnya nota kesepahaman PERKI dan Asosiasi Institusi Pendidikan Teknologi Biomedis Indonesia (AIPTBI). AIPTBI telah membuktikan pembuatan alat-alat kardiovaskular seperti stent pembuluh darah koroner, deteksi dini pembuluh darah dan pembuatan alat kateterisasi perifer tanpa menggunakan sinar X. “Harapan ke depan lebih banyak tercipta <i>cardiovascular medical equipment</i> yang lebih terjangkau,” kata Ismoyo.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pencapaian lainnya adalah terlaksananya usaha Pokja PIKI membuat <i>PCI Registry</i> sejak Januari 2017 dari partisipasi 11 rumah sakit. Di samping itu usaha keras dari Pokja <i>Acute Cardiovascular Care</i> berhasil melaksanakan program ISTEMI yang berjalan dengan baik di Indonesia. “Dua kegiatan ini diharapkan memberikan data tatalaksana penyakit jantung koroner yang sesuai dengan demografi Indonesia sehingga mendukung pelayanan kesehatan di era JKN. Di sisi lain melalui registrasi ini kita juga dapat menunjukkan kemampuan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di kancah Internasional,” ungkapnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Milestone</i> selanjutnya adalah terpilihnya Dr dr Anwar Santoso, SpJP(K), FIHA sebagai <i>President elect ASEAN Federation of Cardiology</i> tahun 2017 dan terpilihnya dr. Fauzi Yahya, SpJP(K), FIHA sebagai <i>Vice President</i> APSC 2017. “Ini membuktikan PERKI tetap memelihara hubungan baik dengan organisasi profesi kardiovaskular internasional. Harapan ke depan terjalinnya kerjasama MEA yang saling menguntungkan dengan terbentuknya komite akreditasi Asean dan Asia Pasific yang lebih menjamin keadilan,” kata Ismoyo lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Acara penting lainnya dari perayaan ini adalah pemberian Bintang Aryasatya PERKI atas jasa-jasa sejumlah tokoh kepada organisasi. Mereka yang mendapat penghargaan:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li><b>dr. Gan Tjong Bing</b> (Ketua PP PERKI 1957-1966) (Alm)</li>
<li><b>dr. Sukaman, SpJP</b> (Ketua PP PERKI 1966-1978) (Alm)</li>
<li><b>Prof. dr. Asikin Hanafiah, SpJP(K), FIHA, FAsCC</b> (Ketua PP PERKI 1978-1981 dan 1987-1991)</li>
<li><b>dr. Tagor GM Siregar, SpJP</b> (Ketua PP PERKI 1981-1984) (Alm)</li>
<li><b>Prof. dr. Lily I. Rilantono, SpJP(K), FIHA, FAsCC</b> (Ketua PP PERKI 1984-1987)</li>
<li><b>Prof. dr. Sjukri Karim, SpJP, FIHA</b> (Ketua PP PERKI 1991-1994) (Alm)</li>
<li><b>Prof. Dr. dr. Dede Kusmana, SpJP(K), FIHA, FACC, FAsCC</b> (Ketua PP PERKI 1994-1997)</li>
<li><b>dr. Santoso Karo Karo, MPH, SpJP(K), FIHA, FAsCC</b> (Ketua PP PERKI 1998-2002)</li>
<li><b>dr. Manoefris Kasim, SpJP(K), FIHA, FACC, FAsCC</b> (Ketua PP PERKI 2002-2004)</li>
<li><b>Prof. Dr. dr. Idris Idham, SpJP(K), FIHA, FACC, FESC, FAsCC</b> (Ketua PP PERKI 2004-2006)</li>
<li><b>Dr. dr. Muhammad Munawar, SpJP(K), FIHA, FACC, FESC, FSCAI, FAsCC</b> (Ketua PP PERKI 2006-2008)</li>
<li><b>dr. A. Sunarya Soerianata, SpJP(K), FIHA, FACC, FESC, FSCAI, FAsCC</b> (Ketua PP PERKI 2008-2010)</li>
<li><b>dr. Anna Ulfah Rahajoe, SpJP(K), FIHA, FACC, FESC, FAsCC</b> (Ketua PP PERKI 2010-2012)</li>
<li><b>Prof. Dr. dr. Rochmad Romdoni, SpJP(K), FIHA, FAsCC, FACC</b> (Ketua PP PERKI 2012-2014)</li>
<li><b>Dr. dr. Anwar Santoso, SpJP(K), FIHA, FAsCC, FESC, FACC</b> (Ketua PP PERKI 2014-2016).</li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Selain itu PERKI memberikan bintang penghargaan bagi para tokoh yang telah berjasa dalam pengembangan pusat pendidikan kardiologi dan kedokteran vaskular di Indonesia, yakni kepada <b>Prof Dr dr H Biran Affandi, SpOG(K)</b>, (Ketua Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia 2003-2009) dan kepada <b>Prof dr H Fasli Jalal, SpGK, PhD</b> (Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Dept. Pendidikan dan Kebudayaan RI (2007-2011).</div>
<div style="text-align: justify;">
Perhelatan ini diakhiri dengan hiburan, menampilkan grup band yang terkenal pada dasawarsa 1970-an yaitu <b>Koes Plus</b>. Dan….. tamu undanganpun terlarut kedalam iringan musik band itu.*</div>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
[Tim InaHeartnews]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-Ah-Y46wucIM/WrDGhJ-uhvI/AAAAAAAADAI/18Gafk-Z0PIJw6TYuEUsoHnqjw9Y04NrgCLcBGAs/s1600/HUTPERKI60_40.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="639" data-original-width="958" height="213" src="https://2.bp.blogspot.com/-Ah-Y46wucIM/WrDGhJ-uhvI/AAAAAAAADAI/18Gafk-Z0PIJw6TYuEUsoHnqjw9Y04NrgCLcBGAs/s320/HUTPERKI60_40.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-6U6nYMx7Uro/WrDGgzbLMxI/AAAAAAAADAE/VeZ6KZY-31Q_zosvGFi-1u65wM-dHHSpQCLcBGAs/s1600/HUTPERKI60_41.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="639" data-original-width="958" height="213" src="https://4.bp.blogspot.com/-6U6nYMx7Uro/WrDGgzbLMxI/AAAAAAAADAE/VeZ6KZY-31Q_zosvGFi-1u65wM-dHHSpQCLcBGAs/s320/HUTPERKI60_41.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif; font-size: x-small;">Dr Santoso Karo Karo dan Dr Ismoyo Sunu pun tersedot untuk tampil ke pentas.</span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
Baca juga: <a href="http://kardio.my.id/SLIDERAN/HUT_PERKI_60TH/IHN-ULTAHPERKI60.html" target="_blank">"Syukuran HUT PERKI ke-60"</a> </div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
</div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-73055794386380968572018-03-20T15:14:00.000+07:002018-03-20T15:14:35.860+07:00Pembinaan Etik & Etos Juga Melibatkan Bidang Profesi Lain<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-ZDe0Q_rN3vo/WrDA_rrvieI/AAAAAAAAC_k/xBG0DziGq4EsBJm8sJZSpjK4BMUT18vMQCLcBGAs/s1600/ismoyosunu.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="976" data-original-width="803" height="200" src="https://4.bp.blogspot.com/-ZDe0Q_rN3vo/WrDA_rrvieI/AAAAAAAAC_k/xBG0DziGq4EsBJm8sJZSpjK4BMUT18vMQCLcBGAs/s200/ismoyosunu.jpg" width="164" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
DALAM rangka HUT PERKI ke-60, Ketua PERKI Dr. dr. Ismoyo Sunu, SpJP(K) menyatakan, lembaga profesi ini tetap konsisten memelihara dan membina para anggota agar taat terhadap etos dan etik dokter jantung. Lebih penting lagi, Ismoyo menyatakan agar pembinaan etos ini berjalan dengan efektif, sangat perlu bekerja sama dengan profesi lain. Berikut ini percakapan InaHeartnews dengan beliau di sela-sela konferensi pers HUT PERKI ke-60 di Heart House, Jakarta, Desember lalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: lime;">Apa saja pencapaian etik dan etos dokter jantung dalam rangka HUT PERKI ke¬60 ini?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Etika adalah suatu kegiatan yang ke luar dari sanubari kita. Tentunya hal ini harus kita perhatikan dan harus dibina untuk kepentingan kita sendiri dan yang paling penting adalah kepentingan profesi kedokteran kardiologi dan <i>patient safety</i>. Untuk kepentingan pasienlah, dokter jantung itu sudah dididik tentang etika kedokteran sejak jenjang S1 hingga sub spesialis.</div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh sebab itu, memang cukup sulit menjawab bagaimana pencapaian etika kedokteran selama 60 tahun ini. Tidak bisa kita hitung secara statistik. Yang bisa kita lakukan adalah tetap menjaga ketaatan dan pedoman pada moral etika. Tetapi tentunya terkait dengan ini kami terus mengadakan pembinaan, pertemuan-pertemuan dan aktivitas pembinaan yang lain. Kami juga terus mengadakan diskusi dan seminar yang dihadiri oleh berbagai bidang terkait dengan etik dan etos kerja kedokteran ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: lime;">Apa saja upaya PERKI dalam melakukan pembinaan etik dan etos dokter jantung?</span></b> </div>
<div style="text-align: justify;">
Mulai dari sisi kedokteran, profesional, hukum dan kerohanian. Kami juga menghadirkan unsur tokoh masyarakat. Jadi ada keterpaduan dengan bidang profesi lainnya. Ini semua gunanya agar terus ada pengawalan dan memberikan suatu informasi sejauh mana kami sebagai dokter telah memberikan pelayanan kepada pasien serta patient safety. Ini tak hanya menjadi suatu manfaat bagi PERKI, tetapi bagi seluruh pelayanan kesehatan yang terlibat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: lime;">PERKI juga memiliki kelompok kerja tersendiri yang menangani masalah etika?</span></b> </div>
<div style="text-align: justify;">
Kami juga mempunyai tim etika, yang untuk kepemimpinan Kabinet Amanah PERKI kali ini dipimpin Dr. Santoso Karo Karo. Beliau akan selalu mengajukan petunjuk-petunjuk dan bimbingan teknis tentang etik dan etos dokter jantung. Kami juga mengadakan dan membuat buku petunjuk teknisnya. Tetapi itu juga harus selalu diingatkan dan dikomunikasikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Memang persoalan pembinaan dan mengingatkan ini tidak mudah dan tidak murah. Kami para dokter kan tersebar di mana-mana di Indonesia. Itu memang menjadi tantangan tersendiri bagaimana menciptakan upaya yang efektif tentang pembinaan etika ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi sebaliknya, jangan sampai pula, para dokter ini sibuk mengurusi etika sampai tidak bekerja melayani pasien. Makanya kita juga sedang mengembangkan peralatan yang mampu menyampaikan pesan-pesan kode etik ini secara kontinyu kepada para dokter. Ini disampaikan secara kontinyu bukan hanya ketika terjadi masalah saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: lime;">Bagaimana para dokter jantung saat ini menghadapi perkembangan sosial saat ini? Apakah masalah etika ini perlu menyesuaikan perkembangan yang ada?</span></b> </div>
<div style="text-align: justify;">
Pedoman moral dan etika tidak akan bisa kita ubah. Yang penting adalah pelaksanaannya yang harus dikawal terus. Kita harus terus berusaha membina etik dan etos ini. Jadi terus membina bukan membinasakan ….haha. Tentunya dalam rangka pembinaan itu, tidak hanya ketika ada atau terjadi masalah. Sehingga pada tujuan dapat tercapai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: lime;">Bagaimana tanggapan dokter soal perkembangan teknologi kedokteran saat ini? Tentunya ini juga berpengaruh pada etika?</span></b> </div>
<div style="text-align: justify;">
Saat ini kita juga banyak mengadakan kerja sama dengan para ahli teknologi Informasi tak hanya di bidang teknologi kedokteran. Dulu antara bidang kedokteran dan IT ini memang ada jarak. Oleh sebab itu, dalam HUT PERKI yang ke 60 tahun ini telah membuat berbagai kerja sama dengan para ahli teknologi yang tahu bagaimana membuat peralatan Kesehatan dan sebagainya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi sudah terjalin kerja sama dengan mereka.*<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-cS2wXcGcUUI/WrDBeomPiaI/AAAAAAAAC_s/E8RTW7e7f0cHhhrcgpDhoz0XhUTcGVD7wCLcBGAs/s1600/MOU_PERKI-KEMENKES_17.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="756" data-original-width="1134" height="265" src="https://1.bp.blogspot.com/-cS2wXcGcUUI/WrDBeomPiaI/AAAAAAAAC_s/E8RTW7e7f0cHhhrcgpDhoz0XhUTcGVD7wCLcBGAs/s400/MOU_PERKI-KEMENKES_17.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Penanda-tanganan Nota Kesepahaman PERKI dengan Kemenkes RI, dan antara PERKI dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Teknologi Biomedis Indonesia (AIPTBI).</i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i><br /></i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i><br /></i></span></div>
</div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-51261443307343931762018-03-20T14:32:00.000+07:002018-03-20T14:32:54.197+07:00Biomarker Fungsi & Ginjal: Diagnostik, Prognostik dan Implikasi Terapeutik pada Gagal Jantung<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-gUorg2xVW4s/WrC3ukQ5sBI/AAAAAAAAC_U/0VxCZD7ImgsxQJ6G2A5IdyJkUmgZBhWVQCLcBGAs/s1600/prof-janggan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="976" data-original-width="803" height="200" src="https://4.bp.blogspot.com/-gUorg2xVW4s/WrC3ukQ5sBI/AAAAAAAAC_U/0VxCZD7ImgsxQJ6G2A5IdyJkUmgZBhWVQCLcBGAs/s200/prof-janggan.jpg" width="164" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
PEDOMAN gagal jantung (<i>HF – Heart Failure</i>) menyarankan untuk mengevaluasi fungsi ginjal sebagai suatu rutinitas pada setiap pasien dengan HF. Secara khusus, disarankan untuk menghitung laju filtrasi glomerulus dan menentukan urea nitrogen darah. Alasan untuk ini adalah bahwa gangguan ginjal dan perburukan fungsi ginjal sangat umum terjadi pada HF dan berhubungan erat dengan keluaran klinis yang buruk.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lima belas tahun yang lalu, dua penelitian besar yang diterbitkan yang menunjukkan untuk pertama kalinya adanya nilai prognostik yang kuat dari fungsi ginjal pada pasien dengan HF kronis dan disfungsi ventrikel kiri asimtomatik.<sup>1,2</sup> Temuan luar biasa ini ditunjukkan pada suatu telaah pada subjek, yang disebut <i>‘The Cinderella Of Cardiovascular Risk Profile’</i>.<sup>3</sup> Sejak saat itu, sejumlah besar penelitian tentang fungsi ginjal pada pasien dengan penyakit kardiovaskular, khususnya pada pasien dengan HF dan infark miokard, telah diterbitkan.<sup>4-6</sup></div>
<div style="text-align: justify;">
Disfungsi ginjal direfleksikan dari penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) yang diestimasikan oleh formula yang telah divalidasi untuk memberikan indikasi yang cukup akurat dari GFR. Namun kenyataannya, disfungsi ginjal tidak hanya masalah penurunan filtrasi glomerular saja, tetapi juga terdiri dari hemodinamik ginjal, filtrasi, retensi natrium dan air, proteinuria dan albuminuria, kerusakan tubulointerstitial, dan pengaturan metabolisme kalsium fosfat, dimana secara keseluruhan telah terbukti terganggu pada pasien dengan HF.<sup>5,6</sup> Suatu kompleksitas dari fungsi ginjal ini mengakibatkan penggunaan berbagai macam biomarker ginjal. Meskipun biomarker konvensional pada kerusakan fungsi ginjal, seperti serum kreatinin, yang sering digunakan dalam praktek sehari-hari, tetapi suatu biomarker baru dengan karakteristik yang khas telah ditemukan. Namun, kegunaan klinis dalam menentukan diagnosis, prognosis, dan keputusan terapi masih belum dipahami secara lengkap.</div>
<div style="text-align: justify;">
Secara umum, penelitian biomarker dalam penyakit kardiovaskular banyak dikembangkan dalam dekade terakhir. Namun, sebagian besar studi biomarker hanya berimplikasi pada kepentingan prognostik, tidak banyak berimplikasi dalam praktek klinis. Dan juga, pemahaman mengenai latar belakang patofisiologi pada kebanyakan biomarker tersebut masih belum dimengerti. Dalam perawatan pasien HF, suatu biomarker ginjal harus dapat menjadi alat diagnostik yang dapat memberikan kemudahan dan informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan biomarker konvensional.</div>
<div style="text-align: justify;">
Fakta adanya hubungan yang kuat antara GFR dengan gangguan hemodinamik menjadi alasan utama GFR dijadikan prediktor yang kuat dalam prognosis HF.<sup>7-10</sup> Tetapi <i>gold standart</i> dari pengukuran GFR adalah dengan menggunakan marker radioaktif spesifik seperti Iothalamate atau Inulin <i>Clearance</i>. Hanya saja metode tersebut tidak ramah pada pasien karena memerlukan banyak waktu dan mahal.<sup>11</sup> Sehingga kemudahan dalam penggunaan marker plasma seperti serum kreatinin, serum Cystatin-C dan BUN (<i>Blood Urea Nitrogen</i>), lebih sering digunakan dalam mengukur fungsi ginjal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Serum kreatinin merupakan marker yang paling sering digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal karena kemampuannya dalam memberikan informasi GFR yang akurat.<sup>11</sup> Hubungan antara serum kreatinin dengan estimasi GFR (eGFR) merupakan hubungan eksponensial. Perubahan kecil pada keduanya akan menyebabkan perubahan bermakna pada GFR. Penting untuk dipahami jika serum kreatinin memiliki peran khusus pada penilaian kerusakan ginjal. Dalam bidang nephrologi, kerusakan ginjal merupakan suatu kondisi dengan penurunan fungsi ginjal secara progresif, kehilangan nephron azotemia dan muncul pada kondisi gagal ginjal akut/kronis dengan renal fibrosis dan kerusakan tubulointerstisial.<sup>12</sup> </div>
<div style="text-align: justify;">
Maka pasien dengan peningkatan kadar serum kreatinin memiliki resiko yang lebih besar terhadap perburukan fungsi ginjal (<i>Worsening Renal Function/WRF</i>). WRF ditentukan dari peningkatan serum kreatinin >26,5µmol/L dan atau >25%. Salah satu keterbatasan serum kreatinin adalah terdapat fakta bahwa kadar serum tidak hanya mencerminkan filtasi glomerular, tetapi juga massa otot. Sehingga, secara teoritis, peningkatan serum kreatinin muncul juga pada kondisi peningkatan massa otot dimana hal tersebut terjadi pula pada HF.<sup>12</sup> Dalam praktek sehari-hari, kebanyakan dokter akan memberikan terapi berdasarkan perubahan serum kreatinin dan GFR. Dosis obat yang mengalami filtrasi dan ekskresi melalui ginjal akan disesuaikan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Serum Cystatin-C adalah protein kecil yang dihasilkan pada semua sel yang memiliki nukleus dimana mengalami filtrasi bebas pada glomerular, tanpa sekresi aktif.<sup>13</sup> Sehingga pada kondisi kerusakan tubular yang berdampak pada reabsorbsi tubular, akan menyebabkan peningkatan kadar Cystatin-C pada urine. Maka dari itu, Cystatin-C digunakan sebagai marker sensitif dari filtrasi glomerular dan Urinary Cystatin-C digunakan sebagai marker kerusakan tubular. Tetapi data penelitian untuk HF masih terbatas. Studi ASCEND-HF menyebutkan bahwa Cystatin-C dapat dijadikan suatu prediktor yang prominen terhadap keluaran klinis pasien HF.<sup>14</sup> Tetapi studi tersebut belum digunakan sebagai panduan dalam terapi pasien HF.</div>
<div style="text-align: justify;">
BUN sangat berhubungan erat dengan fungsi ginjal dan aktivasi neurohormonal pada HF. BUN mengalami filtrasi glomerulus dan urea akan direabsorbsi pada tubulus ginjal. Sehihgga plasma BUN tidak hanya tergantung pada GF tetapi juga pada fungsi tubular dan erat kaitannya pada aktivasi <i>Renal Angiotensin-Aldosteron System</i> (RAAS). Pada Studi PROTECT-HF, BUN merupakan prediktor kuat untuk 180 hari angka kematian pada pasien HF akut. Pada Studi OPTIME-HF, BUN juga dapat mengidentifikasi pasien dengan resiko survival yang buruk. Saat ini masih sedikit data yang mendukung fungsi BUN dalam bidang kardiologi. Penelitian <i>Testani et al.</i> mengevaluasi BUN ada HF kronik dan membuktikan bahwa dosis tinggi dari Loop Diuretics berhubungan dengan perburukan prognosis bila nilai awal dari BUN sudah tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa BUN dapat digunakan untuk mengukur resiko yang berhubungan dengan penggunaan dosis tinggi <i>Loop-Diuretics</i> pada pasien HF.</div>
<div style="text-align: justify;">
Albuminuria dan Proteinuria umumnya berhubungan dengan hipertensi nephropaty pada pasien non-HF. Peningkatan tekanan intraglomerular menyebabkan kebocoran dan kerusakan pada membran glomerular sehingga terjadi pelepasan kuantitas dan tipe protein dalam jumlah besar pada urine. Albuminuria sering ditemui pada HF kronik. Pada Studi GISSI-HF, albuminuria menunjukkan sebagai nilai independen prognostik yang lebih baik daripada GFR dan menjadi marker pada kerusakan tubular. Proteinuria menjadi target terapi yang kuat pada Hipertensi dan penyakit Ginjal. Tetapi pada HF, belum ada bukti yang mendukung terapi.<sup>15</sup></div>
<div style="text-align: justify;">
Hipoksia ginjal kronis adalah ciri khas dari penyakit ginjal stadium akhir. Dan karena tubulus adalah bagian ginjal yang mengkonsumsi oksigen paling banyak, maka disfungsi dan kerusakan tubular sering terjadi. Terutama dalam kondisi yang ditandai oleh berkurangnya perfusi jaringan dan hipoksia seperti HF, ginjal rentan terhadap kerusakan tubulointerstitial. Data histologi yang mendukung kerusakan tubular dan fibrosis di HF masih terbatas.<sup>16</sup> Pada HF, beberapa marker disfungsi tubular telah menunjukkan asosiasi yang kuat terhadap kerusakan fungsional dan histologi dari ginjal. Beberapa tanda tersebut muncul dalam urin karena mereka diproduksi di tubulus dan bereaksi pada sisi luminal tubulus, sementara yang lain juga ditemukan dalam plasma. </div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Neutrophil Gelatinase-Associated Lipocalin</i> (NGAL) adalah molekul kecil dari golongan lipocalin. NGAL merupakan marker diagnostik yang kuat pada gagal ginjal akut, karena dalam waktu singkat, terjadi peningkatan kadar NGAL pada urine dan plasma lebih dari 1000 kali lipat.<sup>17</sup> Plasma NGAL berhubungan erat dengan proses infeksi dan inflamasi, dan sedikit meningkat pada penyakit kronik. Urinary NGAL diperkirakan dipengaruhi oleh produksi dan sekresi dari tubular. </div>
<div style="text-align: justify;">
Pada HF akut, kadar Plasma NGAL umumnya lebih tinggi pada pasien yang mengalami WRF sedangkan pada Urinary NGAL hal tersebut tidak terjadi.<sup>18,19</sup> Pada HF kronik, kadar Plasma NGAL berhubungan dengan marker fungsi ginjal lainnya. Penelitian <i>Maisel et al</i> <sup>20</sup> pada pasien HF akut menunjukkan bahwa Plasma NGAL memiliki nilai prognostik aditif yang lebih baik dari <i>Brain Natriuretic Peptide</i> (BNP). Menurut penelitian dari <i>Alvelos et al</i>,<sup>21</sup> Plasma NGAL juga dapat memprediksi mortalitas setelah hospitalisasi yang lebih baik daripada eGFR atau Cystatin-C. Analisis dari studi GISSI-HF menyatakan bahwa Urinary NGAL dapat memprediksi semua penyebab kematian pada HF.<sup>15</sup> Tetapi hingga saat ini masih belum ada studi mengenai terapi HF yang berdasarkan dari evaluasi NGAL. Terdapat fakta yang menarik pada hewan uji dengan kondisi Ischaemia-reperfusi, dimana pemberian NGAL dapat mengurangi kerusakan tubulointerstisial.<sup>22</sup> Hal ini dapat diperkirakan di masa depan, NGAL dapat menjadi agen terapi daripada menjadi marker dalam pedoman terapi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Kidney Injury Molecule</i> 1 (KIM-1) adalah suatu protein yang banyak ditemukan pada sisi luminal dari tubulus ginjal. Meskipun fungsi tepatnya masih belum diketahui, tetapi peningkatan kadar Urinary KIM-1 berhubungan dengan hospitalisasi pasien HF dan bukti patologis dari adanya kerusakan tubulointerstisial, fibrosis dan inflamasi.<sup>23,24</sup> <i>Urinary</i> KIM-1 meningkat 2 kali lipat pada pasien dengan HF kronik dan berhubungan dengan fraksi ejeksi, NYHA-Class, dan <i>N-terminal brain natriuretic peptide</i> (NTproBNP).<sup>25</sup> Studi GISSI-HF menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kadar <i>Urinary</i> KIM-1 dengan angka mortalitas dan hospitalisasi pada pasien HF kronik. Kegunaan KIM-1 pada terapi dibuktikan dalam suatu studi dimana pemberian obat Diuretik dihentikan dan diberikan kembali. Walaupun serum kreatinin tidak berubah, tetapi kadar <i>Urinary</i> KIM-1 menunjukkan peningkatan yang signifikan saat penghentian, dan menurun dengan pemberian kembali obat <i>Loop-Diuretics</i>.<sup>26</sup> Hal ini menunjukkan bahwa KIM-1 sangat sensitif terhadap perubahan kecil pada hemodinamik dan ginjal.</div>
<div style="text-align: justify;">
N-Acetyl-ß-d-glucosaminidase (NAG) adalah marker lain dari kerusakan tubulus proksimal ginjal dan telah diteliti pada pasien dengan gagal ginjal kronik dan Penyakit jantung Koroner. Pada HF kronik, kadar NAG berhubungan dengan eGFR, RBF (<i>Renal Blood Flow</i>) dan NTproBNP.<sup>27</sup> Studi GISSI-HF menunjukkan bahwa kadar NAG dapat menjadi prediktor univarian pada WRF, tetapi NAG kurang berguna daripada KIM-1.<sup>28</sup> Tetapi pada pasien HF, kadar NAG menjadi prediktor independen dari semua penyebab kematian dan hospitalisasi, yang lebih baik daripada eGFR dan albuminuria.<sup>15</sup> Hingga kini, belum ada studi mengenai panduan terapi yang berdasarkan kadar NAG. Pada studi kecil, NAG menunjukkan kemiripan dengan KIM-1 dalam hal sensitivitas terhadap obat diuretik.<sup>26</sup> </div>
<div style="text-align: justify;">
ß-2-Microglobulin adalah molekul kecil yang mengalami filtrasi sempurna pada glomerulus dan reabsorbsi tubular. Hal ini berarti bahwa ketika terjadi disfungsi tubular atau cedera, maka <i>Urinary</i> ß-2-Microglobulin muncul dalam urine. Oleh karena itu, ß-2-Microglobulin dapat dijadikan marker kerusakan ginjal dan dikaitkan dengan penurunan fungsi ginjal dalam populasi umum dan donor ginjal.<sup>29,30</sup> Pada dua analisis pada populasi di Jepang didapatkan bahwa peningkatan kadar ß-2-Microglobulin berhubungan dengan resiko serangan jantung, tanpa melihat fungsi ginjal awal.<sup>31,32</sup> Data <i>marker</i> ß-2-Microglobulin untuk implikasi terapi pada pasien HF masih belum tersedia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Fatty Acid-Binding Proteins</i> (FABPs) adalah suatu protein yang memainkan peran penting dalam regulasi metabolisme energi pada tubulus ginjal. Terdapat 2 tipe dari FABPs yaitu tipe Liver (L-FABP) dan tipe jantung (H-FABP). Faktanya, L-FABP ditemukan di liver dan tubulus proksimal ginjal setelah mengalami stres oksidatif. Sedangkan H-FABP ditemukan di jantung dan tubulus distal ginjal.<sup>33</sup> H-FABP diperkirakan meningkat pada kondisi kerusakan Miokardium, hal ini menjadikannya sebagai marker pada HF. Sebagai marker diagnostik, H-FABP meningkatkan akurasi diagnostik dari NTproBNP.<sup>34</sup> Sebuah studi kecil menyatakan bahwa serum H-FABP dapat menjadi prediktor independen dari angka kematian dalam 90 hari dan hospitalisasi.<sup>35</sup> Peningkatan kadar H-FABP berhubungan dengan keluaran klinis yang lebih buruk.<sup>36</sup> Dalam implikasi terapeutik, belum ada studi yang menunjang penggunaan H-FABP pada terapi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Urinary Natriuretic Peptides</i> (UNP) adalah suatu peptida penting dalam manejemen HF. Meskipun UNP bukan merupakan bio-marker ginjal, selain karena efek dari UNP berpengaruh pada ginjal, yaitu mengatur natrium dan ekskresi air, UNP juga tampak pada urine terutama <i>C-Type Natriuretic Peptide</i> (CNP). CNP ini diperkirakan memiliki efek anti-proliferasi, anti-fibrotik dan kemampuan vasodilatasi. Pada HF akut, kadar Urinary CNP meningkat. Pada studi HF akut, diketahui bahwa CNP berhubungan erat dengan keluaran klinis.<sup>37</sup> Tetapi pada implikasi terapi, masih belum terdapat data yang mendukung penggunaan UNP dalam pedoman terapi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain dari yang disebutkan di atas, masih banyak terdapat marker yang berhubungan dengan fungsi ginjal, antara lain <i>Pro-Enkephalin</i> (Pro-ENK), <i>Interleukin</i> 18 (IL18), <i>Osteopontin, Galectin</i>-3 dan <i>Growth Differentiating Factor</i>-15 (GDF-15). Tetapi bukti individual dari masing-masing marker masih cukup lemah untuk dibahas di sini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Disfungsi ginjal adalah salah satu fitur kunci dari HF, dan pedoman merekomendasikan pemantauan menyeluruh fungsi ginjal. namun, teknik yang optimal untuk mengevaluasi fungsi ginjal masih belum jelas, dan tidak ada konsensus tentang bagian mana dari fungsi ginjal (GFR, albuminuria, kerusakan tubulus) yang harus dievaluasi. Ada kesulitan dalam menerjemahkan informasi dari biomarker ginjal untuk menjadikan perubahan pada terapi. Fungsi ginjal digunakan untuk mengevaluasi risiko kardiovaskular, menilai status hemodinamik, dan memilih dosis yang tepat dalam terapi berbasis bukti.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian, penanda fungsi ginjal telah menjadi sebuah kebutuhan untuk menilai pasien dengan HF. Namun bukti untuk mendukung pengobatan HF berdasarkan biomarker ginjal tersebut masih kurang. Pada saat ini, pengukuran novel biomarker ginjal dapat membantu untuk menentukan risiko kardiovaskular, tetapi masih belum optimal. Maka peran biomarker ini cukup penting untuk mengubah suatu terapi agar meningkatkan hasil klinis pasien HF.*</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: x-small;">DAFTAR PUSTAKA</span></b></div>
<ol>
<li><span style="font-size: x-small;">Hillege HL, Girbes AR, de Kam PJ, Boomsma F, De ZD, Charlesworth A, Hampton JR, van Veldhuisen DJ. Renal function, neurohormonal activation, and survival in patients with chronic heart failure. Circulation 2000; 102: 203-210.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Dries DL, Exner DV, Domanski MJ, Greenberg B, Stevenson LW. The prognostic implications of renal insufficiency in asymptomatic and symptomatic patients with left ventricular systolic dysfunction. J Am Coll Cardiol 2000; 35: 681-689.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Ruilope LM, van Veldhuisen DJ, Ritz E, Luscher TF. Renal function: the Cinderella of cardiovascular risk profile. J Am Coll Cardiol 2001; 38: 1782-1787.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Damman K, Valente MA, Voors AA, O’Connor CM, Van Veldhuisen DJ, Hillege HL. Renal impairment, worsening renal function, and outcome in patients with heart failure: an updated meta-analysis. Eur Heart J 2014; 35: 455-469.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Hillege HL, van Gilst WH, van Veldhuisen DJ, Navis G, Grobbee DE, de Graeff PA, de Zeeuw D, CATS Randomized Trial. Accelerated decline and prognostic impact of renal function after myocardial infarction and the benefits of ACE inhibition: the CATS randomized trial. Eur Heart J 2003; 24: 412-420.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Anavekar NS, McMurray JJ, Velazquez EJ, Solomon SD, Kober L, Rouleau JL, White HD, Nordlander R, Maggioni A, Dickstein K, Zelenkofske S, Leimberger JD, Califf RM, Pfeffer MA. Relation between renal dysfunction and cardiovascular outcomes after myocardial infarction. N Engl J Med 2004; 351: 1285-1295.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Cody RJ, Ljungman S, Covit AB, Kubo SH, Sealey JE, Pondolfino K, Clark M, James G, Laragh JH. Regulation of glomerular filtration rate in chronic congestive heart failure patients. Kidney Int 1988; 34: 361-367.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Cody RJ, Torre S, Clark M, Pondolfino K. Age-related hemodynamic, renal, and hormonal differences among patients with congestive heart failure. Arch Intern Med 1989; 149: 1023-1028.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Packer M, Lee WH, Kessler PD. Preservation of glomerular filtration rate in human heart failure by activation of the renin-angiotensin system. Circulation 1986; 74: 766-774.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Smilde TD, Damman K, van der Harst P, Navis G, DaanWestenbrink B, Voors AA, Boomsma F, van Veldhuisen DJ, Hillege HL. Differential associations between renal function and “modifiable” risk factors in patients with chronic heart failure. Clin Res Cardiol 2009; 98: 121-129.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Smilde TD, van Veldhuisen DJ, Navis G, Voors AA, Hillege HL. Draw-backs and prognostic value of formulas estimating renal function in patients with chronic heart failure and systolic dysfunction. Circulation 2006; 114: 1572-1580.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Damman K, Tang WH, Testani JM, McMurray JJ. Terminology and definition of changes renal function in heart failure. Eur Heart J 2014; 35: 3413-3416.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">26. Coll E, Botey A, Alvarez L, Poch E, Quinto L, Saurina A, Vera M, Piera C, Darnell A. Serum cystatin C as a new marker for noninvasive estimation of glomerular filtration rate and as a marker for early renal impairment. Am J Kidney Dis 2000; 36: 29-34.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">28. Tang WH, Dupont M, Hernandez AF, Voors AA, Hsu AP, Felker GM, Butler J, Metra M, Anker SD, Troughton RW, Gottlieb SS, McMurray JJ, Armstrong PW, Massie BM, Califf RM, O’Connor CM, Starling RC. Comparative assessment of short-term adverse events in acute heart failure with cystatinC and other estimates of renal function: results from the ASCEND-HF trial. JACC Heart Fail 2015; 3: 40-49.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Damman K, Masson S, Hillege HL, Maggioni AP, Voors AA, Opasich C, van Veldhuisen DJ, Montagna L,Cosmi F, Tognoni G, Tavazzi L, Latini R. Clinical outcome of renal tubular damage in chronic heart failure. Eur Heart J 2011; 32: 2705-2712.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Mori K, Lee HT, Rapoport D, Drexler IR, Foster K, Yang J, Schmidt-Ott KM, Chen X, Li JY, Weiss S, Mishra J, Cheema FH, Markowitz G, Suganami T, Sawai K, Mukoyama M, Kunis C, D’Agati V, Devarajan P, Barasch J. Endocytic Page 10 of 12 D.J. van Veldhuisen et al.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Mishra J, Dent C, Tarabishi R, Mitsnefes MM, Ma Q, Kelly C, Ruff SM, Zahedi K, Shao M, Bean J, Mori K, Barasch J, Devarajan P. Neutrophil gelatinase-associated lipocalin (NGAL) as a biomarker for acute renal injury after cardiac surgery. Lancet 2005; 365: 1231-1238.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Aghel A, Shrestha K, Mullens W, Borowski A, Tang WH. Serum neutrophil gelatinase-associated lipocalin (NGAL) in predicting worsening renal function in acute decompensated heart failure. J Card Fail 2010; 16: 49-54.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Breidthardt T, Socrates T, Drexler B, Noveanu M, Heinisch C, Arenja N, Klima T, Zusli C, Reichlin T, Potocki M, Twerenbold R, Steiger J, Mueller C. Plasma neutrophil gelatinase-associated lipocalin for the prediction of acute kidney injury in acute heart failure. Crit Care 2012; 16: R2.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Maisel AS, Mueller C, Fitzgerald R, Brikhan R, Hiestand BC, Iqbal N, Clopton P, van Veldhuisen DJ. Prognostic utility of plasma neutrophil gelatinase-associated lipocalin in patients with acute heart failure: the NGAL EvaLuation Along with B-type NaTriuretic Peptide in acutely decompensated heart failure (GALLANT) trial. Eur J Heart Fail 2011; 13: 846-851.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Alvelos M, Lourenco P, Dias C, Amorim M, Rema J, Leite AB, Guimaraes JT, Almeida P, Bettencourt P. Prognostic value of neutrophil gelatinase-associated lipocalin in acute heart failure. Int J Cardiol 2013; 165: 51-55.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Mishra J, Mori K, Ma Q, Kelly C, Yang J, Mitsnefes M, Barasch J, Devarajan P. Amelioration of ischemic acute renal injury by neutrophil gelatinase-associated lipocalin. J Am Soc Nephrol 2004; 15: 3073-3082.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Carlsson AC, Larsson A, Helmersson-Karlqvist J, Lind L, Ingelsson E, Larsson TE, Bottai M, Sundstrom J, Arnlov J. Urinary kidney injury molecule-1 and the risk of cardiovascular mortality in elderly men. Clin J Am Soc Nephrol 2014; 9: 1393-1401.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Van Timmeren MM, van den Heuvel MC, Bailly V, Bakker SJ, van Goor H, Stegeman CA. Tubular kidney injury molecule-1 (KIM-1) in human renal disease. J Pathol 2007; 212: 209-217.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Jungbauer CG, Birner C, Jung B, Buchner S, Lubnow M, von Bary C, Endemann D, Banas B, Mack M, Boger CA, Riegger G, Luchner A. Kidney injury molecule-1 and N-acetyl-beta-D-glucosaminidase in chronic heart failure: possible biomarkers of cardiorenal syndrome. Eur J Heart Fail 2011; 13: 1104-1110.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Damman K, Ng Kam Chuen MJ, MacFadyen RJ, Lip GY, Gaze D, Collinson PO, Hillege HL, van OW, Voors AA, Van Veldhuisen DJ. Volume status and diuretic therapy in systolic heart failure and the detection of early abnormalities in renal and tubular function. J Am Coll Cardiol 2011; 57: 2233-2241.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Damman K, Van Veldhuisen DJ, Navis G, Vaidya VS, Smilde TD,Westenbrink BD, Bonventre JV, Voors AA, Hillege HL. Tubular damage in chronic systolic heart failure is associated with reduced survival independent of glomerular filtration rate. Heart 2010; 96: 1297-1302.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Damman K, Masson S, Hillege HL, Voors AA, van Veldhuisen DJ, Rossignol P, Proietti G, Barbuzzi S, Nicolosi GL, Tavazzi L, Maggioni AP, Latini R. Tubular damage and worsening renal function in chronic heart failure. JACC Heart Fail 2013; 1: 417-424.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Kudo K, Konta T, Mashima Y, Ichikawa K, Takasaki S, Ikeda A, Hoshikawa M, Suzuki K, Shibata Y, Watanabe T, Kato T, Kawata S, Kubota I. The association between renal tubular damage and rapid renal deterioration in the Japanese population: the Takahata study. Clin Exp Nephrol 2011; 15: 235-241.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">73. John GT, Fleming JJ, Talaulikar GS, Selvakumar R, Thomas PP, Jacob CK. Measurement of renal function in kidney donors using serum cystatin C and beta(2)-microglobulin. Ann Clin Biochem 2003; 40: 656-658.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Otaki Y, Watanabe T, Takahashi H, Narumi T, Kadowaki S, Honda Y, Arimoto T, Shishido T, Miyamoto T, Konta T, Kubota I. Association of renal tubular damage with cardio-renal anemia syndrome in patients with heart failure. Int J Cardiol 2014; 173: 222-228.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">76. Otaki Y,Watanabe T, Shishido T, Takahashi H, Funayama A, Narumi T, Kadowaki S, Hasegawa H, Honda S, Netsu S, Ishino M, Arimoto T, Miyashita T, Miyamoto T, Konta T, Kubota I. The impact of renal tubular damage, as assessed by urinary beta2-microglobulin-creatinine ratio, on cardiac prognosis in patients with chronic heart failure. Circ Heart Fail 2013; 6: 662-668.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Maatman RG, Van Kuppevelt TH, Veerkamp JH. Two types of fatty acid-binding protein in human kidney. Isolation, characterization and localization. Biochem J 1991; 273 (Pt 3): 759-766.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Hoffmann U, Espeter F, Weiss C, Ahmad-Nejad P, Lang S, Brueckmann M, Akin I, Neumaier M, Borggrefe M, Behnes M. Ischemic biomarker heart-type fatty acid binding protein (hFABP) in acute heart failure-diagnostic and prognostic insights compared to NTproBNP and troponin I. BMC Cardiovasc Disord 2015; 15: 50. doi:10.1186/s12872-015-0026-0.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Shirakabe A, Hata N, Kobayashi N, Okazaki H, Shinada T, Tomita K, Yamamoto M, Tsurumi M, Matsushita M, Yamamoto Y, Yokoyama S, Asai K, Shimizu W. Serum heart-type fatty acid-binding protein level can be used to detect acute kidney injury on admission and predict an adverse outcome in patients with acute heart failure. Circ J 2015; 79: 119-128.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Niizeki T, Takeishi Y, Arimoto T, Nozaki N, Hirono O, Watanabe T, Nitobe J, Miyashita T, Miyamoto T, Koyama Y, Kitahara T, Suzuki S, Sasaki T, Kubota I. Persistently increased serum concentration of heart-type fatty acid-binding protein predicts adverse clinical outcomes in patients with chronic heart failure. Circ J 2008; 72: 109-114.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Zakeri R, Sangaralingham SJ, Sandberg SM, Heublein DM, Scott CG, Burnett JC Jr. Urinary C-type natriuretic peptide: a new heart failure biomarker. JACC Heart Fail 2013; 1: 170-177.</span></li>
</ol>
<br />
<div style="text-align: right;">
<b>Prof Djanggan Sargowo, SpJP(K)</b></div>
<div style="text-align: right;">
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler</div>
<div style="text-align: right;">
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,</div>
<div style="text-align: right;">
RSUD dr. Saiful Anwar Malang</div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-7727421135138997762018-03-20T13:50:00.000+07:002018-03-20T13:50:29.851+07:00Jantung dalam Perspektif Cardio Neuro Science<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-Jmim6Q3d8x0/WrCsexbnpxI/AAAAAAAAC-w/JhxvksgEV4Me5V3O51OWe5ysjp6EmjELwCLcBGAs/s1600/dr_manoefriskasim.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="976" data-original-width="803" height="200" src="https://4.bp.blogspot.com/-Jmim6Q3d8x0/WrCsexbnpxI/AAAAAAAAC-w/JhxvksgEV4Me5V3O51OWe5ysjp6EmjELwCLcBGAs/s200/dr_manoefriskasim.jpg" width="164" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
TRANSPLANTASI jantung telah dirintis oleh Dr. Christian Barnard dari Afrika Selatan pada 1967. Salah satu pasiennya, Dirk van Zyl yang mendapatkan transplantasi jantung melalui tangan beliau (1971), dapat hidup sampai 23 tahun. Namun kurang lebih 21% pasien yang mendapatkan jantung baru ini ternyata mengalami perubahan personaliti dan emosi paralel dengan riwayat emosi dan personaliti dari donornya.<sup>1,2</sup></div>
<div style="text-align: justify;">
Kasus lainnnya, pada 1995, Sonny Graham mendapatkan jantung baru dari Terry Cottle. Pendonor berusia 33 tahun itu meninggal bunuh diri dengan menembak kepalanya dengan pistol (<i>atheist, committedsuicide</i>). Setahun kemudian Sonny Graham ingin berterimakasih kepada Cheryl Cottle, janda dari TerryCottle. Tak dinyana, saat bersua dengan Cheryl, Sonny langsung jatuh cinta. Gayung bersambut akhirnya mereka menikah. namun perkawinan itu tak berlangsung lama dan tragis: Sonny Graham menembak kepalanya dengan pistol, persis seperti yang dilakukan Terry Cottle.<sup>3</sup></div>
<div style="text-align: justify;">
Antrian untuk mendapatkan donor tidak mudah, sementara penyakit jantung pasien makin memburuk untuk segera mendapatkan donor transplantasi. Maka dikembangkanlah jantung buatan dari bahan titanium yang diberi nama JARVIK. </div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu pasien yang menerima JARVIK adalah Peter Houghton pada tahun 2000 dan berfungsi dengan baik. Namun dia melaporkan perubahan personalitinya. "Saya menjadi kurang simpati dan empati, seperti <i>cold hearted</i>, tidak bisa lagi merasa dekat dengan orang-orang yang selama ini dekat dengan saya. Aneh.... saya merasa tidak punya rasa cinta, tidak juga benci. Emosi saya berubah, tidak tahu kenapa. Saya ini <i>part man, part machine…</i> seperti <i>cyborg</i>," katanya saat diwawancarai wartawan. Akhirnya Houghton meninggal, setelah 7 tahun lamanya ditemani dengan jantung buatan ini.<sup>4</sup></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Marilah kita kembali pada pokok bahasan kita, berkenaan dengan jantung atau QALBU. Perhatikan Al Quran surat Al-Araf (7: 179) ketika Allah berfirman "Aku jadikan neraka jahanam dari kebanyakan jin dan manusia, mereka punya QALBU tapi tidak memahami, punya mata tapi tidak melihat, punya telinga tapi tidak mendengar. Itulah mereka hewan bahkan lebih sesat lagi, itulah mereka yang lalai." Arti QALBU dari "Al Qalb" yang artinya "jantung". Bukankah hadits Buchari No.50, mengatakan "Dalam tubuh ada sekepal daging, bila dia baik, baiklah seluruh tubuh dan apabila dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh, itulah <i>Qalb</i> (jantung)". Bahwa Al-Qalb ini berada di dalam rongga dada (Quran Al Hajj (22): 46), dan hadits Arbain Nawawi No.35- riwayat Muslim, Rasulullah mengatakan bahwa taqwa itu berada di dada kirinya sambil menunjuknya sampai 3 kali.</div>
<div style="text-align: justify;">
Terjadinya perubahan kepribadian dan emosi resipien jantung tersebut dapatlah disimpulkan bahwa di dalam jantung tersebut pastilah ada sistim sel yang menyimpan memori karakter, sifat, kebiasaan, preferensi, keimanan, rasa cinta, rasa benci, emosi, dari pendonornya. Al Quran mengatakan bahwa "QALBU itu dapat memahami". Tentu saja memahami adalah suatu <i>output</i> dari proses berpikir analisa yang panjang mendalam dengan menggunakan tolok ukur tertentu, memiliki rambu-rambu moral dan keberpihakan kepada umat, keadilan, kejujuran (<i>cognition, higher thinking</i>). </div>
<div style="text-align: justify;">
Marilah kita cermati karakteristik dari QALBU lebih mendalam, berikut ini. Jibril menanamkan Al Quran ke dalam QALBU (Al-Baqarah, 2: 97), QALBU itu tempat ketaqwaan (Al-Hajj, 22: 32), tempat keimanan (Al-Maidah 5: 41), tempat kejujuran (Ali Imran 3: 167), tempat kebaikan (Al-Anfaal 8: 70), tempat ketentraman/mutmainah (Al-Anfaal 8:10, Ar-Rad 13: 28, An-Nahl 16: 106), rasa takut kepada Allah (Al-Anfaal 8: 2), Allah membersihkan QALBU (Ali Imran 3: 154), QALBU orang beriman dipersatukan oleh Allah (Al-Anfaal 8: 63), QALBU juga alat berfikir (Al-Hajj 22: 46). Selain itu, QALBU alat untuk <i>cognition</i>: berfikir/menganalisa/memahami (Al-Araaf (7): 179). Sebaliknya melalui bisikan setan di dalam <i>shudur</i> (rongga dada), QALBU bisa diintervensi (An-Naas 114: 4-6), QALBU bisa sesat (Ali Imran 3: 8), bisa keras seperti batu (Al-Baqarah (2: 74), ada penyakit (Al-Maidah 5: 52), QALBU kafir ditimbulkan rasa ketakutan amat sangat (Ali Imran 3: 151), QALBU dalam keadaan lalai (Al-Anbiyya 21: 3). </div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, dalam membangun keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, peran QALBU alias jantung sangatlah sentral sekali. Dua hal yang bisa dipelajari di sini. Yang pertama adalah, jantung sebagai organ tubuh yang berperan dalam memompa darah ke seluruh tubuh untuk mendistribusikan oksigen dan nutrien agar semua organ tubuh dapat melakukan fungsinya dengan baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang kedua jantung sebagai organ yang menyimpan nilai-nilai "kode Allah", bilamana dia sakit maka kita melihat akibatnya distorsi perilaku yang sangat dimurkai Allah, zalim, korupsi, <i>vested</i>, pembohong-tidak jujur, munafik, tidak adil, dsb. Semakin jelaslah kini <i>hatta ya tabayyana lahum annahul haqq,</i> …sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar…. (Fushshilat (41: 53) dan hadits bila QALBU (jantung) itu baik secara organis maupun secara fungsinya maka seluruh tubuh akan baik sehat, sebaliknya bila QALBU itu tidak baik maka seluruh tubuh akan tidak baik, perilaku yang jauh dari nilai-nilai Allah. </div>
<div style="text-align: justify;">
Penelitian Armour dari Montreal Canada pada 1991, sungguh mengejutkan dengan ditemukannya sel-sel saraf (neuron) di dalam jantung.<sup>5,6</sup> Keberadaan ini juga didukung oleh peneliti dari Lithuania, Neringa Pauziene dkk pada 2000, dengan jelas terlihat keberadaan sel-sel saraf di dalam jantung melalui mata mikroskop elektron.<sup>7</sup></div>
<div style="text-align: justify;">
Lebih jauh Armour mengatakan dengan ditemukannya tidak kurang dari 40.000 sel neuron tersebut dan adanya sel saraf sensorik aferen yang memberikan informasi ke otak melalui aferen saraf simpatis menuju saraf sumsum tulang belakang dan yang melalui aferen saraf parasimpatis nervus vagus menuju batang otak, yang semua informasinya diteruskan ke otak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan Armour juga mengatakan bahwa sistem ini adalah suatu "otak tersendiri" yang independen terhadap otak (dalam kepala). Dia bisa melakukan fungsi merasakan dan rasa, dapat belajar (<i>learning</i>), mengingat (<i>recall memory</i>), berfikir, <i>cognition</i>, dst. Sebab itulah Armour menyebutnya <i>"little brain in the heart"</i>. Sel-sel saraf (neuron) di dalam otot jantung ini memproduksi neuropeptide, suatu hormon namanya calmodulin yang mampu menyimpan proses <i>learning</i> dan <i>memory</i>, yang kemudian beredar melalui aliran darah dan informasinya ditangkap oleh otak (<i>cranial brain</i>). Calmodulin ini banyak ditemui di <i>hyppocampus, cortex pre frontal</i>.<sup>8,9</sup> Sebab itulah mengapa ketika jantung dari donor yang atheist tadi akan memindahkan sifat atheist tersebut kepada resipien, seperti contoh di atas. Graham akhirnya mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri dengan menembakkan pistol ke dalam mulutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah mengapa para saintis barat menemukan kebenaran Al Quran dan kemudian menyatakan ke-Islam-annya dengan mengucap dua kalimat shahadat. Seyogianya ilmuwan intelektual muslim menjadikan Al Quran untuk membangun hipotesis, dengan demikian <i>direction</i> dari penelitian menjadi terarah <i>konvergen</i> tidak <i>divergen</i> atau <i>bizare</i> ketika hanya mengandalkan akal semata seperti penelitian-penelitian di Barat (Al Maghribi). Seperti contohnya penelitian Neuro Science dalam bidang meditasi/kontemplasi yang akan dibahas berikut ini. Karena pendekatannya empirik deduktif, ketika hasil-hasil yang didapat sulit bagi mereka melihat benang merahnya dan akhirnya salah dalam mengambil kesimpulannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Neuro science</i> adalah bidang ilmu yang mempelajari ilmu tentang otak manusia, dalam berbagai aktifitas kehidupan manusia, hubungan horisontal maupun vertikal sebagai refleksi mahluk ciptaan Tuhan. Andrew Newberg dari Pennsylvania, USA pada 2001, meneliti 8 monk Tibetan Budhist (rahib) dalam meditasi yang intens (<i>oneness to universe</i>) menunjukkan peningkatan aktifitas otak dengan meningkatnya aliran darah ke <i>cortex pre frontal dorso lateral</i> kanan, yang direkam dengan <i>SPECT Brain HMPAO perfusion scan</i>.<sup>10</sup></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian Newberg meneliti kembali pada 3 <i>Franciscan Nuns</i> (biarawati) pada 2003. Aktivitas <i>prayer</i> mereka yang ditujukan pada <i>one god phrase</i> yang ada di Injil (bukan <i>rosary prayer</i> yang notabene <i>trinity base</i>), menunjukkan hasil yang konsisten, terlihat peningkatan aliran darah ke <i>cortex pre frontal dorsolateral</i> kanan juga.<sup>11</sup> </div>
<div style="text-align: justify;">
Hasil riset lainnya, Nina Azari dari Dusseldorf Germany pada 2001, meneliti 6 guru agama yang religius dari <i>Evangelical Fundamentalist Community</i> dan 6 mahasiswa sebagai kontrol dari University of Dusseldorf. Grup religius berdoa dengan membaca Mazmur 23 ayat-1 (Psalm 23 verse-1), artinya <i>Lord is my sheperd</i> atau Tuhan adalah gembalaku berulang-ulang. Kelompok guru agama kemudian disuntikkan 15 Oxygen untuk melihat rCBF di bawah kamera PET (<i>positron emission tomography</i>). Sedangkan grup kontrol menyanyikan lagu yang gembira. Grup kontrol terlihat peningkatan aktifitas otak <i>cortex pre frontal dorso lateral</i> kiri sedangkan grup religius terlihat peningkatan aktifitas otak <i>cortex pre frontal dorso lateral</i> kanan. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian Azari ini adalah bahwa pengalaman religius ini merupakan fenomena kognitif.<sup>12</sup></div>
<div style="text-align: justify;">
Herrington tahun 2005 membuktikan bahwa kata-kata yang indah menyenangkan akan mengaktifkan <i>cortex pre frontal dorso lateral</i> kiri saja.<sup>13</sup> Sedangkan <i>cortex pre frontal dor so lateral</i> kanan bila didisrupsi dengan stimulus magnet akan menjadi tidak berfungsi, dan keputusan yang diambil pada saat itu akan distorsi melanggar nilai-nilai moral. Artinya <i>cortex pre frontal dorso lateral</i> kanan tersebut tempat aktifitas kognitif berbasis moral.<i>14</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada pasien dengan gagal jantung atau kerusakan miokard (otot jantung) seperti yang dilaporkan Ingrid Kinderman tahun 2012, pada kardiomiopati atau yang spesifik seperti <i>chagas disease</i>, kerusakan miokard tersebut menyebabkan gangguan kognitif.<sup>15</sup></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-ZO33cIg1z_k/WrCshnKwjaI/AAAAAAAAC-8/d_ak_wA1QUgifWKk1e1-wm16qAcUuqiJACEwYBhgL/s1600/citra-otak-01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="444" data-original-width="1028" height="138" src="https://2.bp.blogspot.com/-ZO33cIg1z_k/WrCshnKwjaI/AAAAAAAAC-8/d_ak_wA1QUgifWKk1e1-wm16qAcUuqiJACEwYBhgL/s320/citra-otak-01.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-Ta5olc3EhKc/WrCshYDJHXI/AAAAAAAAC-4/ibxLQtz1JmE8qEK6HLbxMAa9ZgNTj0rrwCEwYBhgL/s1600/citra-otak-02.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="445" data-original-width="1017" height="139" src="https://1.bp.blogspot.com/-Ta5olc3EhKc/WrCshYDJHXI/AAAAAAAAC-4/ibxLQtz1JmE8qEK6HLbxMAa9ZgNTj0rrwCEwYBhgL/s320/citra-otak-02.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-_9Qk4KbuTzw/WrCshaHa6tI/AAAAAAAAC-0/CppK_E67vA8pDM2qb2bD7rqktzeoO_t8wCEwYBhgL/s1600/citra-otak-03.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="444" data-original-width="1028" height="138" src="https://2.bp.blogspot.com/-_9Qk4KbuTzw/WrCshaHa6tI/AAAAAAAAC-0/CppK_E67vA8pDM2qb2bD7rqktzeoO_t8wCEwYBhgL/s320/citra-otak-03.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: x-small;">Hasil pencitraan aktivitas otak pada Muslim, Katolik dan Budhist (Manoefris Kasim, 2013)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Manoefris Kasim pada 2013 meneliti 15 subjek sehat, <i>right handed</i>, terdiri dari 8 Muslim, 3 Katolik, 2 Protestan, 1 Budhist dan 1 Hindu Bali. Perekaman dilakukan dengan tehnik fMRI (functional MRI dengan <i>bold sequence</i>) dan data diproses dengan <i>software perfusion</i>. Pemeriksaan terdiri dari 4 sesi, yaitu <i>baseline, meditasi, hearing/listening</i> lagu rohani setiap sesi lamanya 4 menit. Untuk Muslim terdiri dari dzikir, shalat dan mendengar resitasi Al Quran. Untuk Katolik dan Protestan berdoa dengan <i>basis rosary/trinitas,</i> (Bapak, Putra dan roh Kudus), membaca Mazmur 23 ayat 1, kemudian mendengar lagu gospel. Untuk Buddhist memusatkan atensi kepada satu titik <i>oneness</i> ke universe alam semesta, kemudian <i>hearing</i> lagu rohani Budhist. Terakhir, untuk Hindu Bali resitasi fokus kepada Hyang Widhi, kemudian mendengarkan lagu rohani Hindu Bali.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hasilnya menunjukkan peningkatan aktifitas otak <i>cortex pre frontal dorso lateral</i> kanan pada muslim ketika zikir, shalat dan mendengar resitasi Al Quran. Sebaliknya tidak terlihat aktifitas sama sekali di <i>cortex pre frontal dorso lateral</i> kanan dan kiri pada Katolik atau Protestan ketika berdoa <i>rosary/trinity base</i>. Namun jika berdoa dengan Mazmur 23 ayat 1 terlihat peningkatan aktifitas di <i>cortex pre frontal dorso lateral</i> kanan. Saat mendengar lagi gospel terlihat peningkatan aktifitas otak <i>cortex pre frontal dorso lateral</i> yang kiri saja, sedangkan kanannya tidak. </div>
<div style="text-align: justify;">
Nah bagaimana dengan yang Buddhist? Terlihat peningkatan aktifitas otak <i>cortex pre frontal dorso lateral</i> yang sebelah kanan juga ketika meditasi ditujukan kepada <i>to oneness of God</i> dan hal serupa ketika <i>hearing sacred Buddhist song</i> yang diaktifkan juga <i>cortex pre frontal dorso lateral</i> Kanan. Sedangkan pada subjek Hindu Bali, meditasi yang ditujukan pada Sang Hyang Widhi, mengaktifkan otak <i>cortex pre frontal dorso lateral</i> kiri dan ketika subjek mendengarkan lagu rohani Hindu Bali yang diaktifasi juga otak <i>cortex pre frontal dorso lateral</i> Kiri.<sup>16</sup></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak pelak lagi, QALBU atau jantung sangat sentral dalam keimanan dan ketaqwaan bagi seorang muslim. Jadi QALBU bukan otak atau pun hati/liver atau sesuatu yang abstrak. QALBU adalah organ jantung dan jantung adalah QALBU. Meditasi, sembahyang atau kontemplasi bila ditujukan pada <i>one God (monotheism)</i>, maka aktifitas otak kanannya akan menjadi aktif, untuk terciptanya <i>bilateral communication with almighty ALLAH</i>. Aliran darah akan banyak mengalir ke otak kanan tersebut. Sehingga fungsi kognitif otak menjadi baik dan sehat, baik secara fisik maupun rohani.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya <i>the ultimate goals</i>-nya spiritualitas berbasis tauhid, dapat dibuktikan dengan sains, artinya kita telah membuktikan masalah “Keimanan Tauhid dan ketaqwaan" (Al-Baqarah (2): 177). Dan tinggal bagaimana kita mengisi dan memelihara QALBU tersebut dengan amal ibadah kita dalam berbagai aspek kehidupan di alam dunia ini untuk mencapai kehidupan yang abadi kelak. Amin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: x-small;">DAFTAR PUSTAKA</span></b><span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<ol>
<li><span style="font-size: x-small;">Paul Pearsall, Garry ER Schwartz, Linda GS Russek. Changes in heart transplant recipients that parallel the personalities of their donors. Integrative Medicine. 1999; 2: 65-72.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Bunzel B, Schimidl-Mohl B, Grundblock A, et al. Does changing the heart mean changing personality? A retros pec tive inquiry on 47 heart tranplant patients. Qual Life Res.1992; 4: 251-6.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Paul Thompson. Man given heart of suicide victim marries donor’s widow and then kills himself in exactly the same way. Mail Online. 2008; April 7.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Joel Garreau. His Heart Whirs Anew. The Washington Post. 2007; August 11.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Armour JA . Anatomy and function of the intrathoracic neurons regulating the mammalian heart. In Reflex Control of the circulation, ed. Zucker IH & Gilmore JP. 1991; pp. 1-37. CRC Press, Boca Raton, FL, USA.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Armour JA, Kember. Cardiac sensory neurons. In Basic and Clinical Neurocardiology, ed. Armour JA & Ardell JL. 2004; pp.79117. Oxford University Press, New York.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Neringa Pauziene, Dainius H.Pauza, Rimvydas Stropus. Morphology of human intracardiac nerves: an electron microscope study. J. Anat. 2000; 197: 437-459.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Paul T Kelly. Calmodulin Dependent Protein Kinase II. Molecular Neurobiology. 1991; 5: 153-177.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Science of the heart: Exploring the Role of the Heart in Human Performance. Heartmath Research Center. Publication No. 01-001. Boulder Creek, CA, 2001</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Newberg A, Alavi A, Baime M, Pourdehnad M, Santanna J & d’Aquili E. The measurement of regional cerebral blood flow during the complex cognitive task of meditation: A preliminary SPECT study. Psychiatry Research, 2001; 106: 113-122.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Newberg A. Pourdehnad M, Alavi A & d’Aquili E G. Cerebral blood flow during meditative prayer: Preliminary findings and methodological issues. Perceptual and Motor Skills. 2003; 97: 625-630.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Azari N P, Nickel J, Wunderlich G. Nie deg gen M, Hefter H, Tellmann L, et al. Neural correlates of re li gious ex pe rien ce. European Journal of Neuroscience. 2001; 13: 1649-1652.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Herrington JD, Mohanty A, Koven NS, et al.Emotion Modulated Performance and Activity in Left Dorsolateral Prefrontal Cortex. Emotion. 2005; 5: 200-207.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Sébastien Tassy, Olivier Oullier, Yann Duclos, et al. Disrupting the right prefrontal cortex alters moral judgement. SCAN. 2012; 7: 282-288.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Ingrid Kindermann, Denise Fisher, Julia Karbach, et al. Cognitive function in patient with decompensated heart failure: the cognitive impairment in heart failure (cogimpair-HF) study. European J of HF. 2012; 14: 404-413.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Manoefris Kasim, Taufiq Pasiak, Quraish Shihab. Spirituality Tauhid Base Prayer will activate Right Dorso Lateral Pre Frontal Cortex. Unpublished Data. 2013. </span></li>
</ol>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b>dr. Manoefris Kasim, SpJP(K)</b></div>
<div style="text-align: right;">
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler </div>
<div style="text-align: right;">
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, </div>
<div style="text-align: right;">
Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta</div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-55814192489622773582018-03-20T13:04:00.000+07:002018-03-20T16:02:20.849+07:00<div style="text-align: center;">
<span style="color: yellow; font-size: large;"><b>PERKI kampanyekan gerakan MeNaRi </b></span></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-m2lTtys6iFs/WrCWRMFwhrI/AAAAAAAAC98/Tk9tFHGEoAAaNcTAnXSSgYDPIfXZR0jlACLcBGAs/s1600/WHD2017_open_03.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="848" data-original-width="1130" height="300" src="https://1.bp.blogspot.com/-m2lTtys6iFs/WrCWRMFwhrI/AAAAAAAAC98/Tk9tFHGEoAAaNcTAnXSSgYDPIfXZR0jlACLcBGAs/s400/WHD2017_open_03.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Para Pengurus Pusat PERKI dan Gubernur DKI Anis Baswedan serta Wakil Gubernur Sandiaga Uno mendukung gerakan MeNaRi.</i></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
ADA yang istimewa pada Ahad pagi, Oktober silam di pelataran Gedung BRI II, Jakarta. Sejumlah tokoh masyarakat berkumpul di sana. Mulai dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, hingga sejumlah tokoh dan ahli kardiolog Indonesia seperti Ketua PP Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Dr dr Ismoyo Sunu,SpJP(K), pakar jantung dari RSJPD Harapan Kita, Prof Dr dr Yoga Yuniadi, SpJP, Direktur Pelayanan Kesehatan Primer Kementerian Kesehatan RI, drg Saraswati, MPH dan Ketua Pelaksana acara dr Ade Meidian Ambari. </div>
<div style="text-align: justify;">
Di sana, mereka sepakat akan MeNaRi bersama. Bukan dalam arti berjoget, tetapi melakukan “Meraba Nadi sendiRi” yang disingkat menjadi “MeNaRi”. Itulah salah satu acara perhelatan <i>Atrial Fibrillation Campaign</i> dalam rangka memperingati Hari Jantung Sedunia,<i>“World Heart Day”</i> yang biasa diperingati pada bulan September. Tahun 2017 ini tema yang diusung pada peringatan itu adalah “Kenali FA dengan Menari”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, berbagai program acara dilaksanakan dalam perhelatan tersebut. Mulai dari sepeda santai, senam kesehatan jantung, kursus singkat BHD hingga pemeriksaan tensi darah dan lainnya. Salah satu yang agak serius adalah <i>talkshow</i> yang menampilkan pembicara dr Siska S Danny dan Prof Yoga Yuniadi dengan moderator dr Agung. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam acara itu, Prof Yoga membagikan rahasia panjang umur kepada peserta yang hadir. Apakah rahasia itu? "Jika dalam kondisi santai denyut jantungnya lebih dari 70 per menit umurnya lebih pendek dibanding mereka yang denyutnya kurang dari 70", bisik Prof Yoga. Untuk itulah, masyarakat Indonesia harus pintar-pintar menjaga jantung masing-masing.</div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu caranya, yakni dengan melaksanakan MeNaRi tadi dengan meraba atau menghitung denyut nadi sendiri. Caranya, tutur Prof Yoga, dengan menempelkan 3 jari tangan kanan (telunjuk, jari tengah dan jari manis) di tangan kiri pada kawasan nadi di daerah yang lurus dengan jempol tangan kiri. “Jika sudah terasa ada denyutan di 3 jari kanan kita, coba kita hitung. Jika denyutannya teratur 7-8 kali dalam 10 detik itu bagus. Itu saat tubuh kita dalam kondisi istirahat,” ungkap Prof Yoga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemeriksaan MeNaRi ini cukup penting dilakukan untuk mengenali regularitas irama jantung bagi masyarakat awam. Ketika irama atau denyutnya tidak teratur atau irregular maka boleh jadi penyakit fibrilasi atrium (FA) telah menyerang. “Kalau ada 10 orang yang kena FA, maka 4 orang diantaranya pertama kali ketahuan FA sudah diserang stroke dan lumpuh sebelah,” kata Prof Yoga.*<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
Baca juga: <a href="http://kardio.my.id/KEGIATAN%20PERKI%20DI%20JAKARTA/AF-CAMPAIGN2017/IHN-AF-CAMPAIGN2017.html" target="_blank">"MENARI (MEraba NAdi sendiRI) pada WHD 2017"</a></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<span style="color: yellow; font-size: large;"><b>29<sup>th</sup> WECOC 2017</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-R6KL1zid55s/WrCi-qJu-nI/AAAAAAAAC-Y/qNevcRoMmwYSrAu_f2Y1TsblmGBqMKguwCLcBGAs/s1600/WECOC_29-2017.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="650" data-original-width="1600" height="160" src="https://2.bp.blogspot.com/-R6KL1zid55s/WrCi-qJu-nI/AAAAAAAAC-Y/qNevcRoMmwYSrAu_f2Y1TsblmGBqMKguwCLcBGAs/s400/WECOC_29-2017.jpg" width="400" /></a></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Gaya foto bersama para kardiolog saat “Homecoming Day” Afternoon Gathering pada WECOC 29, Oktober 2017.</i></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
MASIH pada bulan yang sama, PERKI juga menyelenggarakan <i>Weekend Course on Cardiology</i> (WECOC). Ini adalah acara ilmiah rutin yang diadakan Yayasan Kardiovaskular Indonesia tiap tahun, sejak dicetuskan pada 1988. Gagasan awal dicetuskan oleh Prof dr Lily I Rilantono, SpJP(K) dan dr J. Irawan Sugeng, SpJP(K). WECOC pertama digelar untuk pertama kalinya di Hotel Horison Ancol yang sekarang bernama Hotel Mercure.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kini WECOC telah berlangsung untuk yang ke-29 kali di Sheraton Grand Jakarta, jalan Sultan Iskandar Muda, Kebayoran Lama, Jakarta pada 5-7 Oktober lalu. Tema yang dipilih adalah <i>“Contemporary Heart Failure Management: From Dream to Reality”</i>. Ketika itu, Ketua Departemen Kardiologi Vaskular FKUI dr. Amiliana M. Soesanto membuka acara dengan pemukulan gong didampingi Ketua Yayasan Kardiovaskular Indonesia, Dr dr Ismoyo Sunu dan Ketua Panitia WECOC 29, dr Daniel Tobing. </div>
<div style="text-align: justify;">
Pada acara ini dihadirkan para pembicara dari dalam dan luar negeri seperti: dr Jou Kou Wang (Taiwan), Prof Dr P.A.F.M. Pieter Doevendans, PhD (Belanda) dan Dr Yolande Appelman (Belanda). Sejumlah topik ilmiah digelar pada acada workshop antara lain: <i>Heart Failure, Exercise Stress Test Made Easy, Electrocardiography, Hypertension, Pediatric Cardiology & Congenital Heart Disease, Vascular Disease, Acute Coronary Syndrome.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Kali ini, setidaknya ada 849 orang yang hadir dan ada 125 abstrak yang masuk ke panitia dari seluruh Indonesia. Dari jumlah abstrak itu, panitia memilih dan menyaring 10 yang terbaik diantaranya. Selanjutnya dari 10 finalis dewan juri memilih tiga orang pemenang. Yakni 1. Isabela Andika Pratama, 2. Gadih Ranti E dan 3. Felix Chikita Fredy.*</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div style="text-align: center;">
Baca juga: <a href="http://kardio.my.id/KEGIATAN%20PERKI%20DI%20JAKARTA/WECOC-29/IHN-WECOC29.html" target="_blank">"Weekend Course on Cardiology ke-29"</a></div>
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<span style="color: yellow; font-size: large;"><b>Pesan Prof. BJ Habibie pada 9th ISICAM-InaLIVE dan JCS 2017</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-Xho6XmIsOB0/WrCjBfpg-tI/AAAAAAAAC-c/uYudf29zOa48J365DxuiQ4IGd8xvLoIdgCEwYBhgL/s1600/isicam2017.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="848" data-original-width="1271" height="266" src="https://3.bp.blogspot.com/-Xho6XmIsOB0/WrCjBfpg-tI/AAAAAAAAC-c/uYudf29zOa48J365DxuiQ4IGd8xvLoIdgCEwYBhgL/s400/isicam2017.jpg" width="400" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>BJ Habibie berfoto bersama dengan Dr. dr. Doni Firman, Prof. Asikin Hanafiah, </i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Prof. Lily I Rilantono, dr. A. Sunarya Soerianata, Dr. dr. Ismoyo Sunu dan dr. A. Fauzi sesaat setelah membuka 9th ISICAM-InaLIVE dan JCS 2017.</i></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
SELAIN dua acara di atas, acara penting lainnya adalah perhelatan yang diadakan Perhimpunan Intervensi Kardiologi Indonesia (PIKI) yang merupakan Kelompok Kerja PP PERKI, yakni pertemuan ilmiah tahunan <b>Isicam-InaLIVE</b> yang ke-9. Acara ini dilaksanakan pada 13-15 Oktober 2017 bersamaan dengan pertemuan ilmiah <b>Jakarta Cardiovascular Summit 2017</b> dengan tema <i>“Integrative Cardiovascular Intervention”</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tujuan pertemuan ini, tentu saja sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas pelayanan intervensi saat serangan jantung terjadi. Perlu juga diketahui, PIKI telah mengembangkan jejaring pelayanan serangan jantung yang disebut ISTEMI (<i>Indonesia ST Elevation Myocardial Infartion</i>). </div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, yang istimewa kali ini PERKI beruntung mendapatkan kunjungan dari Presiden RI ke-3, Prof BJ Habibie. Beliau langsung diminta untuk membuka acara ilmiah tersebut serta memberikan pidato singkat. Dalam sambutannya Habibie berkisah pada umur 21 tahun, dia pernah divonis dokter menderita endokarditis. Padahal ketika itu Habibie tengah berjuang menyelesaikan studinya di Jerman pada 1957. </div>
<div style="text-align: justify;">
“Jantung saya bengkak dan tidak bisa memompa sesuai harapan. Otot jantung membesar dan menekan paru-paru sehingga batuk berdarah,” kata Habibie. Dengan kemampuan teknologi kedokteran saat itu, syukurlah, jantung Habibie dapat diselamatkan. Maka, ia memberi semangat kepada para ahli jantung Indonesia agar dapat memanfaatkan ilmu dan teknologi yang ada secara maksimal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Habibie yang kini sudah berusia 82 tahun menegaskan agar anak-cucu Indonesia kelak harus lebih baik dibanding pendahulunya. “Eyang selalu berdoa agar anak cucu eyang lebih baik dari eyang. Eyang <i>out… but</i> cucu dan anaknya <i>coming inside. You must be the best than your</i> eyang,” tuturnya disambut tepuk tangan riuh.* </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div style="text-align: center;">
Baca juga: <a href="http://kardio.my.id/KEGIATAN%20PERKI%20DI%20JAKARTA/ISICAM-JCS_2017/IHN-ISICAM-INALIVE-JCS-2017.html" target="_blank">"9th ISICAM-InaLIVE in conjunction with Jakarta Cardiovascular Summit 2017"</a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
</div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-56828144236503408932018-03-20T11:52:00.000+07:002018-03-20T11:52:40.136+07:00Prof. I Wayan Wita SpJP, Profesor Kardiologi yang Multi Talenta<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><i>Profesor kardiologi yang serius menekuni hobi melukis dan fotografi. Melukis bersama anak dan cucu.</i></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-dTRzkXl8dpw/WrCQPZA8UpI/AAAAAAAAC9g/3H2lKQjThDElahBotviZ5MgBhWnUwBe3gCLcBGAs/s1600/wayanwita.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1145" data-original-width="1513" height="302" src="https://4.bp.blogspot.com/-dTRzkXl8dpw/WrCQPZA8UpI/AAAAAAAAC9g/3H2lKQjThDElahBotviZ5MgBhWnUwBe3gCLcBGAs/s400/wayanwita.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Prof. I Wayan Wita di depan salah satu karyanya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
JUDUL lukisan itu cukup seram: <b>rangda jantung</b>. Wajah sang rangda muncul memenuhi bilik jantung yang juga dilukiskan dengan gaya <i>surealis</i>. “Itu dilukis di Jakarta pada 1980. Kemudian dipajang di salah satu ruangan RS Jantung Harapan Kita, Jakarta,” tutur sang pelukis, Prof.Dr.dr. I Wayan Wita, SpJP kepada <i><b>Inaheartnews</b></i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Prof. Wita, demikian pria kelahiran Desa Sibanggede, Badung, Bali ini disapa, pernah memfoto lukisan tersebut saat menghadiri rapat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) di Jakarta. “Lukisan itu berusaha menggambarkan bahaya penyakit jantung,” katanya. Hasilnya kemudian diterbitkan dalam bukunya <i>Jepret Sana Jepret Sini: Kesempatan Memotret dalam Kesempitan (2013)</i> bersama koleksi foto dan lukisannya yang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sosok Prof. Wita, guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, memang tak asing. Tidak hanya di kalangan masyarakat Bali, tetapi juga tingkat nasional, khususnya di bidang pendidikan dan kedokteran kardiologi. Bahkan lebih dari itu, Prof. Wita juga banyak berkiprah di bidang seni lukis, fotografi, organisasi massa bahkan politik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun dari sekian banyak aktivitas mantan rektor Universitas Udayana (2001-2005) ini, yang paling unik tentu hobi melukis dan fotografi yang digelutinya. “Dari kecil saya sebenarnya sudah suka menggambar. Saya dulu cita-citanya jadi arsitek,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi pada 1970-an, belum ada perguruan tinggi di Bali yang membuka fakultas arsitektur, jadi harus ke Jakarta atau Yogyakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai anak bungsu dari keluarga petani sederhana, Prof. Wita juga harus mempertimbangkan biaya yang harus ditanggung orang tua. Apalagi kakak-kakaknya sudah kuliah di Bogor dan Yogyakarta dengan bantuan beasiswa. “Saya pokoknya apa yang ada di Denpasar sajalah. Yang ada pada waktu itu hanya fakultas kedokteran. Jadi saya masuk ke sana sesuai keinginan orang tua juga,” katanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, hobi menggambar tak ditinggalkannya bahkan berkembang pesat. Berbagai media lukis sudah pernah dicoba, baik di dalam maupun di luar ruangan. “Dulu sering melukis <i>outdoor</i>, ukuran lukisannya bisa semester sampai dua meter. Kalau melukis di luar itu harus tahan banting. Banyak orang yang menonton kemudian apa-apa dikomentari. Jadi telinganya harus pakai <i>headset</i> biar <i>ndak</i> denger ini itu,” kata Prof. Wita tertawa. Kini Prof. Wita lebih banyak melukis di rumah. “Saya melukis dengan 5 cucu, masing-masing melukis sesuai keinginan dirinya sendiri!” katanya bersemangat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-lV5tA2C6ZcI/WrCQPcygUqI/AAAAAAAAC9k/9yISJZcK0F0xPcdlHMV0PCoOj6_lNAcFwCEwYBhgL/s1600/lukisan_wayanwita.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="935" data-original-width="765" height="320" src="https://3.bp.blogspot.com/-lV5tA2C6ZcI/WrCQPcygUqI/AAAAAAAAC9k/9yISJZcK0F0xPcdlHMV0PCoOj6_lNAcFwCEwYBhgL/s320/lukisan_wayanwita.jpg" width="261" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Lukisan Rangda Jantung</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Walaupun belum pernah pameran tunggal, lukisan Prof. Wita bertebaran di sana sini, khususnya di lokasi dimana dia beraktivitas. Contohnya, seperti lukisan randa jantung tadi. “Di rumah Sakit Sanglah ada dipajang 8 lukisan. Ada juga yang di ruang rektorat Universitas Udayana. Saya lukis tentang Tari Kebesaran Udayana, tarian kehormatan saat acara penting seperti wisuda dan sebagainya. Kebetulan koreografernya adalah istri saya,” kata Prof. Wita.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pria kelahiran tanggal 7 Desember 1948 ini tersenyum saja ketika ditanya apakah gaya lukisannya mengikuti aliran tertentu. “Alirannya semau-maunya saja. Ya mula-mula <i>naturalis</i>, kemudian colek-colek. Ya… semaunya. Sekarang tidak <i>naturalis, abstrak</i> saja,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Prof. Wita juga tidak punya target tertentu untuk melukis. “Jika lukisannya besar-besar bisa sampai sekitar 2 hari baru selesai. Ya… ini kan hobi. Saya juga harus praktek dan periksa pasien,” katanya. Karena jadwal yang padat, selain melukis, Prof. Wita juga menekuni hobi fotografi. “Melukis paling cuma seminggu sekali, yang utamanya sekarang sebenarnya fotografi,” katanya. Pernah mengikuti dan menjadi juara dalam beberapa kejuaraan fotografi di Bali. “Tapi tahun ini <i>ndak</i> boleh ikut lagi. Jadi saya diminta jadi juri saja,” katanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau lagi asyik melukis atau berburu objek foto, tiba-tiba ada pasien gawat bagaimana Prof? “Ya… kita hentikan kegiatannya. Cuma kalau lagi melukis terus ada pasien tangan saya masih berlepotan cat minyak. Jadi harus benar-benar bersih,” kata Prof. Wita. </div>
<div style="text-align: justify;">
Walau bagaimanapun, tentu saja kepentingan pasien harus didahulukan. Prof. Wita memiliki kenangan tersendiri terkait pasien dan hobinya ini. “Pelukis yang saya kagumi dari pasien saya sendiri, namanya Gunarsa,” katanya. Ketika itu, ia baru saja mulai menekuni hobi melukis. Dia kasih tahu cat dan teknisnya melukis, begini begitu. Saya belum sempat beli catnya beliau sudah meninggal,” katanya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
[Tim InaHeartnews]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-58787699474881358302018-03-20T11:11:00.000+07:002018-03-20T11:12:32.051+07:00KARDIOLOGI KUANTUM ke-40: Neurosis Kardiak dengan Pendekatan Kardiologi Kuantum<div style="text-align: center;">
<i style="text-align: justify;">“Para Nabi adalah manusia super, karena dapat membangkitkan beberapa sifat dari jiwa manusia dan meninggikan derajat kejiwaannya. Mereka mampu mengubah watak manusia menjadi beradab. Inspirasi, tutur kata dan perilaku para Nabi masih diikuti oleh umatnya ribuan tahun kemudian, sampai hari ini.” </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<b>(Candra Jiwa Indonesia; 2016 Magnum Opus, hal. 17)</b></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-KLqawPBtfi4/WrCEyvXsfTI/AAAAAAAAC9I/_V_ejECojFUBAT0gqdMA9OBY5uG9pnDVQCLcBGAs/s1600/prof-budi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1284" height="200" src="https://2.bp.blogspot.com/-KLqawPBtfi4/WrCEyvXsfTI/AAAAAAAAC9I/_V_ejECojFUBAT0gqdMA9OBY5uG9pnDVQCLcBGAs/s200/prof-budi.jpg" width="160" /></a>SALAM KARDIO. Suatu pengalaman menarik tentang <i>re-edukasi</i> keyakinan religi datang dari seorang pasien yang berkunjung ke poliklinik Paviliun Sukaman 14 November 2017, sekitar pukul 06.00 sore. Rasanya baru sekali itu mendapat kiriman pasien dari seorang profesor ahli jantung dengan diagnosis <i>cardiac neurosis</i>. Pasien yang berprofesi sebagai ibu guru piano ini mengaku “selalu merasa sakit jantung”.<br />
Keluhannya sakit dada, lemas, lekas lelah sehingga beliau memakai kursi roda. Pasien tinggal di Palu. Selama ini mengaku sudah berobat ke beberapa dokter dan kardiolog rupanya mereka belum atau tidak menemukan penyakitnya. Belakangan, professor mengatakan sang pasien bercerita merasa ada yang “mengirim” penyakitnya. Intinya dia merasa ada gangguan makhluk halus yang jahat.<br />
<i>Cardiac neurosis (Da Costa’s syndrome)</i> adalah prototipe penyakit berkeluhan jantung tetapi kardiolog tidak dapat menemukan penyakit jantungnya. Tentu saja, tidak mungkin menyerahkan pasien model begini ke ahli jiwa (psikolog, psikiater) apalagi sang pasien merasa sakit jantung dan bukan sakit jiwa! Selain itu rasanya banyak juga kardiolog yang belum pernah menulis diagnosis <i>cardiac neurosis</i> apalagi <i>sindroma da Costa</i>.<br />
Padahal WHO sudah menyiapkan kodenya pada ICD sejak awal abad ke XX. Pertengahan abad XX <i>sindroma Da Costa</i> berubah menjadi neurosis jantung. Pada awalnya diklasifikasikan sebagai “F45.3” (dibawah kode somatoform disorder dari sistim kardiovaskuler) pada ICD-10, dan sekarang diklasifikasikan pada<i> "somatoform autonomic dysfunction" </i>(suatu tipe dari kelainan psikosomatik).<br />
Setelah mendengarkan dengan seksama keluhan pasien, saya teruskan dengan pemeriksaan sekitar faktor risiko jantungnya seperti merokok, darah tinggi, kadar kolesterol dan kadar gula darahnya untuk mendeteksi penyakit dislipidemi dan kencing manis. Diteruskan dengan riwayat keluarga apakah ada yang serangan jantung, meninggal mendadak, atau serangan stroke pada usia muda yaitu pria < 55 tahun dan wanita < 65 tahun. Kesimpulannya, semua tidak ada. <br />
Dari catatan psikolog sebelumnya yang memeriksa pasien ini, ternyata dia memiliki riwayat KDRT alias kekerasan dalam rumah tangga. KDRT sering dijelaskan sebagai tindakan yang dilakukan di dalam rumah tangga baik oleh suami, istri, maupun anak yang berdampak buruk terhadap keutuhan fisik, psikis dan keharmonisan hubungan sesuai yang termaktub dalam pasal 1 UU nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT).<br />
Pasien ini menurut pemeriksaan psikolog dalam keadaan depresi sedang dan memiliki kepribadian tipe A. Setelah mengetahui bahwa pemeriksaan fisik, elektrokardiogram dan riwayat pemeriksaan ekokardiografinya normal, saya yakin bahwa diagnosisnya adalah neurosis kardiak.<br />
Saya tawarkan ke psikiater beliau menolak karena merasa masih sehat jiwanya. Akhirnya saya suruh menarik nafas panjang seraya menyebut nama Yesus setelah saya ketahui kolom agamanya menunjukkan singkatan KP atau Kristen Protestan. Menyebut nama Ye-sus: ‘Ye-‘ ketika menarik nafas dan ‘-sus’ ketika mengeluarkan nafas panjang. Saya suruh berulang-ulang, kapan saja melakukannya dan ketika menyebut nama-Nya di dalam hati, dibatinkan saja.<br />
Biasanya saya tambahkan keterangan agar cipta dan nalar yang merupakan dua bagian utama angan-angan yang bekerja di otak diheningkan. Ketika mengheningkan cipta-nalar <i>(thoughtanalysis)</i> ini, pangerti <i>(comprehension)</i> bagian ke-3 dari angan-angan, menurut Candra Jiwa Indonesia (Soenarto) justru bekerja di jantung. Introspeksi, introversi satu atau dua kata yang sesuai dengan agama/kepercayaannya tersebut melalui pangerti ini dimaksudkan untuk menggeser titik berat <i>(episentrum)</i> kesadaran ke pusat imateri di dalam diri manusia itu sendiri dimana eksistensi dan aspek Ketuhanan berada. <i>Pangerti</i> (bhs. Jawa Kamayan) memiliki kemampuan deduksi, supervisi, dan bersifat superior.<br />
Jelas Candra Jiwa Indonesia sepakat dengan konsep adanya semacam ‘otak mini’ di dalam jantung. Laporan penelitian menunjukkan ada sekitar 40.000 sel syaraf yang berada di jantung. Seorang professor aritmia mengiakannya karena di dalam pekerjaannya dalam bidang elektrofisiologi sehari-hari merasakan adanya sekelompok sel dalam jalur induksi tertentu memiliki sifat sel-sel syaraf, yang berbeda dari sifat-sifat sel-sel jantung pada umumnya. <i>Re-edukasi</i> keyakinannya tersebut saya lakukan sesuai dengan pengetahuan sederhana yang telah saya miliki sebelumnya. <br />
Saya yakinkan kepada pasien, kalau anda sudah memiliki Sang Kristus, berarti sudah memiliki segala-galanya. Hatipun harus selau gembira, karena gembira adalah obat yang mujarab. Saya sampaikan juga suatu kredo: “Aku adalah jalan, kebenaran dan hidup, tiada akan sampai kepada Allah Bapa tanpa melalui Sang Kristus.” Saya teruskan. “Apakah engkau lupa bait Allah ada di dalam dirimu?” <br />
Tiba-tiba air muka ibu guru tersebut menjadi cerah, memerah. Tidak terduga pasien tersebut bertanya balik kepada saya. Insting manusia memang selalu sehat walaupun sedang sakit, teorinya Prof. Soemantri Hardjoprakoso memang begitu. “Dokter agamanya apa?” Kali ini saya yang kaget, tapi saya jawab tidak langsung dan lebih bersifat universal: “Bukan agamamu (seperti yang tertulis di KTP) yang menyelamatkanmu, tetapi imanmu kepada Dia-lah yang menyelamatkannya.”<br />
Rupanya, jawaban ini sudah dianggap pas dan memuaskan oleh pasien, bahkan minta ijin foto selfie dengan saya dan didampingi perawat pria yang kebetulan beragama Katolik… klik, klik… gambar diambil dengan <i>handphone</i> adik iparnya.<br />
Sambil berdiri pasien bertanya apakah saya akan memberikan obat? Saya jawab sama sekali tidak. Memang para dokter juga tidak ada yang memberi obat. Lho sekarang kok bisa jalan? Sekalian saya larang untuk menggunakan kursi rodanya. Pelan-pelan pasien berjalan keluar ruang praktek. Saya sampaikan agar berterima kasih ke pada-Nya saja, Dia-lah yang menyembuhkannya bukan saya. Bahkan, saya juga tidak menulis resep apapun.<br />
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-J13FCKXt5V8/WrCE8HqLnLI/AAAAAAAAC9U/nusHFWA8SdwFGvlemD1ndFCeGW-CnaT4ACEwYBhgL/s1600/pusat-emosi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1239" data-original-width="969" height="640" src="https://4.bp.blogspot.com/-J13FCKXt5V8/WrCE8HqLnLI/AAAAAAAAC9U/nusHFWA8SdwFGvlemD1ndFCeGW-CnaT4ACEwYBhgL/s640/pusat-emosi.jpg" width="499" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">HUBUNGAN ANTARA PUSAT EMOSI DENGAN BENTUK WAJAH, PERSYARAFAN, SERTA JANTUNG</span></b></div>
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><b>Manivestasi Kepribadian Psikosomatik.</b> Emosi menyebabkan perubahan frekuensi dan irama denyut jantung, sesuai dengan penampilannya. Kelainan psikosomatik berhubungan dengan kelainan aktivasi syaraf otonom, jaringan endokrin dan sistim imun, serta berhubungan dengan emosi yang berlebihan sehingga menyebabkan disfungsi organik. Di bidang kesehatan menggunakan klasifikasi ”somatoform disorder” pada the ICD 10 (International Classification of Diseases, tenth edition).</span><br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Tulisan ini semoga menjadi “penggugah bangun pagi” kita semua agar memperhatikan jenis penyakit seperti ini. Sebab kita memiliki kardiolog yang handal dengan kompetensi dan penguasaan teknologinya yang dapat meyakinkan orang lain untuk menegakkan diagnosis <i>cardiac neurosis</i> serta memiliki psikolog klinik atau psikiater yang lebih mampu untuk menanganinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak terlalu sulit bagi kardiolog untuk mendiagnosisnya, tetapi juga tidak mudah untuk mengerti apalagi melakukan psikoterapi, bila diperlukan. Untuk urusan psikoterapi, serahkan saja kepada ahlinya. Tetapi pengetahuan tentang sindroma ini wajib diketahui dari menegakkan diagnosis sampai rencana penatalaksanaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada persoalan lain yaitu tidak mudah untuk meyakinkan pasien bahwa dia tidak sedang menderita sakit jantung. Walaupun sudah dilakukan pemeriksaan macam-macam oleh beberapa ahli jantung atau ahli lainnya. Persoalan lain lagi seperti pada pasien ini menolak untuk dikirim ke psikiater.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nama lain dari <i>cardiac neurosis</i> yang sebelumnya dikenal sebagai <i>Da Costa’s syndrome (postwar syndrome)</i> ini disebut juga sebagai <i>chronic asthenia, effort syndrome, functional cardiovascular disease, neuro circulatory asthenia, primary neu rasthenia, subacute asthenia</i> dan <i>irritable heart</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Diperlukan kolaborasi kardiolog, psikolog, psikiater, dan ahli psikosomatik untuk menanggulanginya. Perlu persamaan persepsi dan kesepakatan bersama sampai seberapa jauh dapat ditegakkan diagnosisnya. Apakah cukup pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, elektrokardiogram dan X-foto dada saja? Apakah perlu <i>treadmill test</i>, bahkan dilanjutkan ke CT-skening pembuluh koroner?</div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis memberi semangat agar kardiolog senantiasa ber<i>holistik-eklektik</i> (memilih yang terbaik), ber<i>holistik</i> saja terasa masih kurang, sesuai anjuran dari Prof. Kusumanto Setyonegoro, Bapak Psikiatri Indonesia. Marilah kita berwawasan psikologi-psikiatri, tanpa harus menjadi psikolog atau psikiater. Bahkan harus lebih rajin mengirim klien-sehat jantung ini kepada psikolog atau psikiater, dan jangan diperiksa macam-macam yang terlalu canggih karena sesungguhnya ia bukan pasien-sakit jantung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya, perlu diresapkan kembali lafal sumpah dokter dengan penuh perasaan: “—Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan sosial.—“ Terima kasih</div>
<div style="text-align: right;">
Salam kuantum.</div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-78742786609224586162018-03-09T11:16:00.000+07:002018-03-09T11:16:25.516+07:00PERKI Manado: Upaya Pemerataan Layanan Kardiologi Sangat Penting!<div style="text-align: center;">
<i><span style="font-size: large;">Berbagai kegiatan dilaksanakan PERKI Manado. Mulai dari seminar dan pelatihan ilmiah, bakti sosial hingga kerja sama CSR.</span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-P3fAskDB0tg/WqIDBP-8JdI/AAAAAAAAC9A/xpbUEVblQf8FwS45UsaXb1q6HpXZQ17UwCEwYBhgL/s1600/perkimanado-01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="925" data-original-width="1600" height="231" src="https://2.bp.blogspot.com/-P3fAskDB0tg/WqIDBP-8JdI/AAAAAAAAC9A/xpbUEVblQf8FwS45UsaXb1q6HpXZQ17UwCEwYBhgL/s400/perkimanado-01.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><i>Pelantikan pengurus PERKI Cabang Manado.</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
TAHUN 2017 menjadi bagian penting Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Cabang Manado. Tongkat estafet kepengurusan PERKI Manado telah diteruskan pada generasi selanjutnya pada 11 Maret 2017. Pada acara yang diselenggarakan di Swis-Belhotel Maleosan, Manado itu, Prof.Dr.dr. Reggy Lefrandt, SpJP(K), FIHA telah menyerahkan kursi kepemimpinannya pada dr. Janry A. Pangemanan, SpJP(K), FIHA sebagai Ketua PERKI Cabang Manado periode 2016-2018. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sambutannya sebagai ketua baru, Janry menyatakan amanah kepengurusan ini akan digunakan sebaik-baiknya untuk mengembangkan dan mengabdikan kardiologi bagi masyarakat Sulawesi Utara. “Terutama pada pengembangan sumber daya manusianya,” tuturnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
PERKI Manado sudah berdiri sejak 1986. Saat itu ada dua kardiolog yang aktif di kota Manado, yakni dr. Razak Abdul Azis, SpJP(K), FIHA dan Prof. Dr. dr. Reggy Lefrandt, SpJP(K), FIHA. Keduanya beserta beberapa dokter lain bahu membahu mengembangkan PERKI. Hingga 2017, PERKI Cabang Manado telah memiliki 13 anggota yang berkarya di berbagai daerah di Propinsi Sulawesi Utara. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pelantikan kepengurusan baru tersebut, Janry menyatakan perlunya segera dilaksanakan pemerataan pengabdian dan pelayanan kardiolog di Sulawesi Utara. “Terutama di wilayah barat yang relative jauh dari pusat kota seperti Bolaang Mongondow,” katanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi para anggota PERKI Manado, pemerataan layanan kardiologi dan vaskular pada masyarakat amat krusial. “Belum lagi, angka kejadian penyakit kardiovaskular dan berbagai faktor risikonya masih menjadi pekerjaan rumah yang penting bagi PERKI Manado,” kata Janry.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, program kerja rutin PERKI Manado adalah mengupayakan agar anggota yang ada dapat terdorong memiliki keahlian subspesialis. “Ini agar pelayanan kardiologi di Sulawesi Utara dapat menjadi lebih holistik. Pelayanan kardiologi di Manado memang telah menjadi salah satu pusat rujukan untuk Indonesia bagian timur,” kata Janry.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-AQcUUdFOpj8/WqIDB_2_ArI/AAAAAAAAC80/uvrpTlEfX14csmCDV3hiTkvhJjeyaLymQCEwYBhgL/s1600/perkimanado-02.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1051" data-original-width="1515" height="276" src="https://2.bp.blogspot.com/-AQcUUdFOpj8/WqIDB_2_ArI/AAAAAAAAC80/uvrpTlEfX14csmCDV3hiTkvhJjeyaLymQCEwYBhgL/s400/perkimanado-02.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i>Pelatihan kardiologi.</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
PERKI Manado juga dikenal proaktif diberbagai kegiatan, baik kegiatan yang diprakarsai sendiri atau bekerja sama dengan pemerintah, RSUP Prof. R.D. Kandou, organisasi sejawat lainnya dan tentunya masyarakat. </div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu bentuk program rutin bulanan yang tak ditinggalkan adalah kegiatan-kegiatan ilmiah. Mulai dari <i>round table discussion</i>, seminar hingga pelatihan ilmiah. Aktivitas seperti ini sering menjadi buah kerja sama dengan Departemen/KSM Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi/RSUP Prof. R.D. Kandou, yang dipimpin oleh dr. Agnes Lucia Panda, SpPD, SpJP(K), FIHA sebagai kepala departemen, serta Prof.Dr.dr. Reggy Lefrandt, SpJP(K), FIHA sebagai Kepala KSM. </div>
<div style="text-align: justify;">
“Kegiatan ini disusun sebagai salah satu sumbangsih dalam penyegaran terhadap pendidikan kedokteran berkelanjutan kardiologi di Sulawesi Utara,” kata Janry. Partisipasi pun tak kalah meriah. Para anggota PERKI, baik yang tua maupun yang muda serta sejawat dokter spesialis lain dan dokter umum menyambut baik dan sangat antusias. </div>
<div style="text-align: justify;">
Program kerja sama lintas sektoral juga menjadi perhatian PERKI Manado. Misalnya saja, dengan Yayasan Jantung Indonesia (YJI) Cabang Sulawesi Utara yang kini dipimpin dr. Kartika Devi Kandouw-Tanos, MARS. Sebagian besar anggota PERKI Cabang Manado juga ambil andil dalam kepengurusan YJI Cabang Sulut. Oleh karena itu telah banyak kegiatan gabungan yang diselenggarakan, seperti berbagai bakti sosial, perekaman EKG gratis dan senam jantung sehat. PERKI Manado juga aktif dalam pengumpulan data<i> May Measurement Month</i> yang juga merupakan kerja sama dengan InaSH. Alhasil, data sebesar 2521 data telah dikumpulkan menjadi buah dari kerja keras.</div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti organisasi profesi lainnya, PERKI Manado secara rutin, hampir dalam setiap bulan, mengadakan acara bakti sosial. Baik berupa penyuluhan dengan tema seputar kesehatan jantung, pemeriksaan EKG/rekaman jantung gratis, pemeriksaan tekanan darah gratis maupun acara pengobatan. Acara ini dilakukan baik di dalam kota Manado, maupun di daerah-daerah sekitar seputaran Propinsi Sulawesi Utara. Acara ini merupakan wujud nyata kerjasama antara PERKI Manado dengan Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unsrat serta KSM Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di RSUP Prof. R.D. Kandou Manado. </div>
<div style="text-align: justify;">
Selama tahun 2016 hingga pertengahan tahun 2017 PERKI Manado telah melakukan sekitar 32 kegiatan bakti sosial. Mereka juga melakukan kerjasama dengan pihak swasta lain apabila akan memberikan CSR-nya <i>(corporate social responsibility)</i> sebagai sponsor dalam acara-acara bakti sosial. </div>
<div style="text-align: justify;">
“Dalam setiap acara bakti sosial di setiap daerah yang dikunjungi, kami melihat antusiasme warga dalam mendengarkan penyuluhan-penyuluhan kami. Selain itu peran serta warga dalam memeriksakan kesehatan dan menjadi panitia lokal dalam setiap acara baksos yang berlangsung juga senantiasa memberikan kekuatan dan <i>support</i> buat kami untuk dapat berbuat yang lebih baik kepada masyarakat di seluruh Propinsi Sulawesi Utara khususnya di setiap daerah yang kami kunjungi,” tutur Janry.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tentu saja, di tengah kesibukan sebagai kardiolog, anggota PERKI Manado tidak melupakan nafas kebersamaan dan kekeluargaan. Maka kegiatan anggota tak hanya melulu soal kesehatan. Dr. Janry merasa penting untuk mengadakan kegiatan yang dapat mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan antar anggota. Sebab itu, banyak anggota yang mengadakan arisan atau olahraga bersama. Untuk setiap Sabtu, misalnya, selalu diadakan sepeda santai saat <i>car free day</i> di Manado. “Kegiatan ini tak jarang ditutup dengan sarapan atau ngopi bersama sambil melepas lelah,” kata Janry.</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang cukup unik, sebagai salah satu <i>destinasi</i> wisata utama di Indonesia dengan suasana tradisional yang cukup kental, anggota PERKI Manado juga tidak dapat lepas dari akar budaya. Maka sejumlah anggota aktif dalam kegiatan kesenian, seperti <i>festival band, karnaval</i> pakaian tradisional <i>Kabasaran</i>, serta aktif dalam <i>Tomohon Flower Festival</i>. </div>
<div style="text-align: justify;">
Memang banyak kegiatan yang dilaksanakan oleh PERKI Cabang Manado. Kegiatan ini tentu diharapkan dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi anggotanya, baik manfaat keilmuan, manfaat berorganisasi serta memperkuat kekompakan antar anggota. Dengan kokohnya PERKI Cabang Manado akan berbuah kardiologi Sulawesi Utara yang semakin baik. </div>
<div style="text-align: justify;">
“Harapan kami ke depannya berbagai program dan kegiatan ini dapat terus berlangsung, sehingga kami dapat memberikan sumbangsih secara nyata sebagai sebuah organisasi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususunya di Propinsi Sulawesi Utara,” tutur Janry lagi.*</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
[Tim InaHeartnews]</div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-50856881172719246322018-03-09T10:48:00.000+07:002018-03-09T10:49:03.575+07:00DEPARTEMEN KARDIOLOGI: Setia Melayani dan Mengawal Profesi Kedokteran Indonesia<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-JESidOcVFWQ/WqICw6FEh3I/AAAAAAAAC7c/tVstZN1EFx8FZy9NJ7qCr6k-8_lcNNxRQCLcBGAs/s1600/sekret-dep-kardiologi-ui-02.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="645" data-original-width="1204" height="212" src="https://3.bp.blogspot.com/-JESidOcVFWQ/WqICw6FEh3I/AAAAAAAAC7c/tVstZN1EFx8FZy9NJ7qCr6k-8_lcNNxRQCLcBGAs/s400/sekret-dep-kardiologi-ui-02.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: x-small;"><i>Para staf sekretariat Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular.</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
DI BALIK setiap acara yang sukses, disanalah berdiri tim administrasi yang handal. Begitulah setidaknya, motto yang selalu diusahakan Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai lembaga kesekretariatan sekaligus layanan profesi tingkat nasional, Departemen Kardiologi tentu sangat sibuk dengan berbagai penyelenggaraan acara. Mulai dari pelaksanaan program kerja, pembinaan anggota, bekerja sama dengan lembaga nasional dan internasional, hingga berbagai acara santai kesehatan jantung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada Oktober 2017 misalnya, Departemen Kardiologi telah mengadakan Peluncuran Buku Ajar, <i>Halal bi Halal</i> serta perayaan Hari Ulang Tahun Departemen. Begitu juga acara penting lainnya seperti akreditasi Program Studi yang berlangsung 26-28 Juli 2017. Kemudian masih disambung dengan <i>Weekend Course on Cardiology (WECOC)</i>, syukuran keberhasilan Dr Yoga Yuniadi sebagai Profesor Guru Besar FKUI, Agustus 2017 di auditorium RS Jantung Harapan Kita. “Ada juga program pelepasan para lulusan menjadi SpJP yang rutin kita laksanakan dengna bekerja sama sejumlah lembaga,” kata Rusmana, Kepala Tata Usaha & Bidang Sumber Daya Manusia Sekretariat Departemen Kardiologi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena banyaknya bidang yang harus ditangani, maka Departemen Kardiologi pun terbagi menjadi beberapa bagian kesekretariatan lagi, ada bagian Tata Usaha yang dikelola oleh Rukmana, Suherman dan Linda Ali. Ada juga Bagian Sekretariat SP1 (program Studi) yang ditangani Budi Santoso, Henny Puspitadewi dan Ita Oktavia Istriningrum. Lalu ada bagian Sekretariat Pendidikan S1 yang dijaga Rita Budiarti dan Sekretariat CME/CPD oleh Kurnia T. Siregar, Francisca Sihombing dan Dwiputri Indah Rahmasari.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rusmana, yang akrab dipanggil Pak Manaf oleh koleganya ini menyatakan inti kinerja Sekretariat Tata Usaha/administrasi adalah mengurusi status kepegawaian dan jabatan para dokter serta dosen. Inilah yang merupakan muara dari segala macam kegiatan yang dilaksanakan oleh ke-3 sekretariat lainnya. “Seperti sekretariat pendidikan SP1 yang menghasilkan nilai tetap bermuara ke Sekretariat sini,” kata Manaf.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kinerja penting lainnya dari kesekretariatan ini adalah mengantarkan para mahasiswa untuk menjadi SpJP, sampai mereka lulus. “Dan setelah itu urusan mereka sendirilah dengan PERKI untuk mendapatkan Nomor Pokok PERKI, karena akan sulit kalau tidak menjadi anggota. Contohnya dalam pengurusan SIP (Surat Ijin Praktek) Dokter, dia harus mendapatkan rekomendasi dari organisasi. Kalau dia tidak menjadi anggota tidak mungkin dia mendapatkan rekomendasi,” kata Manaf. Sedangkan untuk Nomor Pokok PERKI dikeluarkan oleh Kolegium PERKI.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tak pelak lagi, Departemen Kardiologi sudah menjadi bagian melekat dari profesi kedokteran jantung di Indonesia sejak awal berdirinya. Menurut Waka Tata Usaha & Pengelola Keuangan Program Studi, Departemen Kardiologi, Suherman, pada periode-periode tersebut, karena beraktivitas pada bidang yang sama, sinergi antara Departemen Kardiologi dan PERKI cukup dinamis. Dulu karena baru berkembang, antara Departemen Kardiologi, PERKI termasuk Yayasan Jantung Indonesia masih menyatu dalam satu ruangan di RSCM. “Jadi ada semacam sekretariat bersama dengan PERKI dalam satu ruangan, satu meja. Tiap kali ada kegiatan dari masing-masing bagian itu pasti saling bantu,” kata Suherman. </div>
<div style="text-align: justify;">
Tentu saja dalam pengabdian dan menjalankan tugas baik Manaf maupun Suherman mengaku mengalami suka duka. “Kadang-kadang terjadi perbedaan pendapat atau selisih paham, tapi itu tidak masalah. Kami tetap menyikapinya bahwa bekerja itu bisa diartikan sambil belajar,” kata Manaf. </div>
<div style="text-align: justify;">
Baik Manaf maupun Suherman sepakat akan tetap berupaya menjadikan Departemen Kardiologi menjadi salah satu sekretariat yang terbaik dengan harapan target tata kelola administrasi ini minimal tercapai 95%. “Jadi kita memang harus satu visi dan misi dalam menjalankan toleransi dan pengertian kepada yang lain. Kalau tidak, semua personil akan dirawat di Rumah Sakit Jantung,” katanya tertawa.</div>
<div style="text-align: right;">
[Tim InaHeartnews]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-LX67OeOCGvU/WqIC1c-I0II/AAAAAAAAC7g/Fzkr5eUSXzUJzvs6kzYn1frgvZ83PXC1ACEwYBhgL/s1600/sekret-dep-kardiologi-ui-01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://2.bp.blogspot.com/-LX67OeOCGvU/WqIC1c-I0II/AAAAAAAAC7g/Fzkr5eUSXzUJzvs6kzYn1frgvZ83PXC1ACEwYBhgL/s400/sekret-dep-kardiologi-ui-01.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: x-small;"><i>Sebagian staf di Ruang Sekretariat Tata Usaha.</i></span></div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-80546575766018591022017-11-08T16:11:00.005+07:002017-11-08T16:13:23.337+07:00Teknologi Non Invasive, sebagai Penjaga Gerbang Penyakit Jantung Koroner<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><i>Penerapan teknologi non invasif dinilai mampu meringankan hingga 40% biaya terapi penyakit jantung. Manajemen BPJS dan dokter jantung perlu duduk bersama untuk berbicara soal pembiayaan terapi non invasif.</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-WWKCxarxiQY/WgLJtatQVGI/AAAAAAAAC6Y/w6t26DJFYlAxqvB6gciSLL_RMbWptSGpACLcBGAs/s1600/gb-hal01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1094" data-original-width="1600" height="272" src="https://2.bp.blogspot.com/-WWKCxarxiQY/WgLJtatQVGI/AAAAAAAAC6Y/w6t26DJFYlAxqvB6gciSLL_RMbWptSGpACLcBGAs/s400/gb-hal01.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
DADA tiba-tiba sakit tak ketulungan, jantung berdegup kencang, keluar keringat dingin. Berbagai pertanyaan pun memenuhi kepala: apakah kena serangan jantung? Atau ada saraf tidak berfungsi? Atau perut yang tidak beres? Atau bagian tubuh lainnya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, dalam kondisi inilah suatu teknologi non invasif sangat berperan menentukan kondisi awal kesehatan pasien. Seperti namanya, kardiologi non invasif selama ini dikenal sebagai tindakan medis dengan tidak memasukkan suatu benda medis ke dalam tubuh pasien.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perkembangan kardiologi non invasif inilah yang menjadi salah satu perhatian <b>dr Manoefris Kasim, SpJP(K), SpKN, FIHA, FAsCC</b>, pakar jantung dari Kardiologi Non-Invasif Ekokardiografi dan <i>Treadmill</i>, Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.<br />
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-GtWAl4kX-QU/WgLJz-7KC2I/AAAAAAAAC6c/suPxS-Kmr3QtfQRtKgv641cyg1nVxFR7ACEwYBhgL/s1600/gb-hal02_2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1150" data-original-width="1518" height="302" src="https://2.bp.blogspot.com/-GtWAl4kX-QU/WgLJz-7KC2I/AAAAAAAAC6c/suPxS-Kmr3QtfQRtKgv641cyg1nVxFR7ACEwYBhgL/s400/gb-hal02_2.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;"><i>dr. Manoefris Kasim, SpJP(K), SpKN, FIHA, FAsCC di Lab nya.</i></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Teknologi non invasif saat ini berkembang pesat dengan beragam jenis tujuan tindakan dan manfaatnya. Dari yang memakai pantulan suara (<i>ultrasonik</i>) hingga menggunakan sinar gelombang pendek atau radiasi. Ada juga yang memasukkan zat pembeda tertentu ke dalam tubuh, masih tergolong invasif.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Teknologi non invasif lebih banyak bersifat diagnostik,” kata Manoefris. Misalnya dengan mengarahkan metoda ultrasonik tadi kepada organ tubuh tertentu seperti jantung atau ginjal, nanti akan diperoleh citra organ tersebut untuk didiagnosa. “Jadi tubuh relatif tidak dilukai oleh pembedahan,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berbagai terobosan teknologi masih terjadi dalam bidang non invasif ini. Salah satu perkembangan misalnya, pakar jantung telah mengembangkan apa yang disebut sebagai <i>magnetocardiography </i>(MCG), sebagai bentuk alternatif dari yang selama ini digunakan, <i>electrocardiography</i> (ECG).</div>
<div style="text-align: justify;">
MCG akan mendeteksi gelombang magnetik yang terpancar pada pasien, yang kemudian dapat memetakan kondisi jantung sehingga dapat terdiagnosa. Seperti teknologi non invasif lainnya, MCG dapat dilaksanakan dengan cara memindai jantung pasien.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Teknologi dengan menggunakan magnet ini memang terbaru yang dikembangkan para ahli. Pada dasarnya itu dikembangkan dari <i>magnetic resonance imaging</i>,” kata Manoefris. Dengan begitu, dokter dapat segera mendiagnosa.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Jadi pada dasarnya ini adalah teknologi yang mampu melaksanakan prosedur <i>rule out</i>, upaya untuk memisahkan suatu gejala, apakah itu normal atau tidak,” katanya. Oleh sebab itu, MCG lebih banyak digunakan di ruang UGD lebih dulu. Ia dapat digunakan sebagai pemeriksaan pendahuluan. “Ini lebih kepada<i> rule in </i>atau<i> rule out</i> agar lebih gampang untuk terapi lebih lanjut,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebab itulah, kardiologi non invasif ini cukup penting dari rangkaian penanganan pasien jantung. Menurut Manoefris, syukurlah, penerapan non invasif cukup merata dilaksanakan di lembaga kesehatan Indonesia, dari Pusat maupun di daerah. “Kalau untuk terapi jantung, hampir semua sudah merata. Teknologinya hampir ada di tiap-tiap rumah sakit tipe B. Dari yang teknik ekokardiografi atau ultrasound. Departemen Kesehatan cukup menjamin pengadaannya,” kata Manoefris.</div>
<div style="text-align: justify;">
Melihat manfaatnya terhadap pasien, pria kelahiran Batusangkar, 9 September 1949 ini menyatakan peran kardiologi non invasif sangatlah penting dalam manajemen penanganan pasien jantung. “Perannya itu sangat jelas dan penting. Non invasif sangat menentukan penanganan dan nasib pasien itu lebih lanjut,” kata Manoefris.</div>
<div style="text-align: justify;">
Contohnya, lanjut Manoefris, tanpa melakukan tindakan pengobatan pun, dokter yang ahli sudah dapat melihat kondisi pasien. Misalnya jika sang pasien tidak mampu berjalan lurus atau pincang, berarti ada yang tidak beres dengan bagian jantungnya. “Jadi kardiologi non invansif ini sangat penting,” katanya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Betapa tidak, dengan penerapan terapi non invasif yang tepat, biaya perawatan dan pengobatan pasien diramalkan dapat ditekan hingga 40%. “Jadi sebenarnya tidak perlu lagi prosedur <i>cath lab</i>. Karena sebelumnya, dengan terapi non invasif dapat diketahui apakah pasien ini perlu masuk cath lab atau tidak,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-sq1dgsue79A/WgLJz56eKiI/AAAAAAAAC6g/wdl4ZbJpqdYjGo97LhBiNUL6AX6dV8bnwCEwYBhgL/s1600/gb-hal02_1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="993" data-original-width="1600" height="246" src="https://1.bp.blogspot.com/-sq1dgsue79A/WgLJz56eKiI/AAAAAAAAC6g/wdl4ZbJpqdYjGo97LhBiNUL6AX6dV8bnwCEwYBhgL/s400/gb-hal02_1.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;"><i>Proses rehabilitasi pasien jantung.</i></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kadang-kadang, lanjut Manoefris, kasihan pasiennya, setelah masuk cath lab hasilnya eh.. ternyata jantungnya normal, eh.. ternyata penyempitan jantung hanya sedikit, tidak perlu pembedahan. “Padahal biaya untuk<i> cath lab</i> itu lebih mahal ketimbang tindakan non invasif,” kata Manoefris lagi. Bahkan sebenarnya tahap diagnostik invasif tentu tidak perlu jika kondisi pasien sudah diketahui lebih dulu dengan tindakan non invasif. “Jadi di sinilah letak kardiologi non invasif sebagai gate keeper atau penjaga gerbang bagi prosedur diagnostik invasif,” kata Manoefris.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hanya saja, kini ada masalah pembiayaan yang perlu mendapat perhatian. “Pesan sponsor kami, pengelola dan manajemen BPJS Kesehatan perlu lebih mendorong lagi prosedur penggantian tindakan non invasif. Baik itu memakai metoda nuklir, kardiologi nuklir, yang menggunakan pemindai radio-isotop, maupun <i>cardiac</i> CT/MSCT,” kata Manoefris.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Jadi saya kira manajemen BPJS perlu duduk bersama dengan para ahli non invasif untuk membicarakan masalah ini. Ini supaya prosedur invasif baik bedah maupun non bedah dapat diterapkan dengan properly, efektif dan efisien. Ujung-ujungnya, biaya yang dikeluarkan pasien juga tepat sasaran dan tepat guna,” tutur Manoefris. </div>
<div style="text-align: right;">
<b>[team InaHeartnews]</b></div>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-28118820057025023562017-11-08T15:49:00.002+07:002017-11-08T15:49:22.507+07:00Etik & Etos Dokter Jantung: Harus Serius Dilaksanakan!<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><i>Dokter jantung harus selalu taat pada kode etik dan meningkatkan etos kerjanya. Demi pengabdian kepada kemanusiaan. Ketika terjadi pelanggaran etik, apa yang harus dilakukan?</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-IkYgnJ5VrK0/WgLE_QyOhlI/AAAAAAAAC6M/1VFpZ5d-fU8yVzYW6RfyBXenGBTvehz2QCLcBGAs/s1600/ProfDrHarrisHasan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="976" data-original-width="803" height="200" src="https://3.bp.blogspot.com/-IkYgnJ5VrK0/WgLE_QyOhlI/AAAAAAAAC6M/1VFpZ5d-fU8yVzYW6RfyBXenGBTvehz2QCLcBGAs/s200/ProfDrHarrisHasan.jpg" width="164" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
ETIKA dan etos kerja. Tiap profesi tentu memilikinya. Dengan etik dan etos inilah suatu profesi dapat bertahan dari perubahan jaman. Tak terkecuali juga dokter jantung, profesi yang kerap bersinggungan langsung dengan nyawa manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebab itulah, menurut Ketua PERKI Medan, <b>Prof. Dr. Harris Hasan, SpPD, SpJP(K), FIHA, FAsCC</b>, seorang dokter jantung harus selalu memelihara etik dan etos kerjanya. Berikut wawancara InaHeartnews dengan Ketua Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran USU ini, akhir September.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Kira-kira kode etik apa yang paling krusial harus selalu ditaati dan dilaksanakan dokter jantung?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya pikir kode etik ini harus dilaksanakan secara sempurna. Kode etik itu kan menyangkut banyak aspek. Pertama-tama aspek pasien, kita harus mengutamakan kepentingan pasien. Kita harus jelaskan secara utuh mengenai penyakitnya, tindakan yang akan kita kerjakan, resiko yang kemungkinan akan timbul, semuanya harus jelas. Jadi harus ada keluarga pasien dan harus pasien yang memutuskan. Tentu mungkin dengan informasi yang lengkap dari kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah itu ada aspek terus kesejawatan. Jadi bersama teman-teman sejawat harus terjalin komunikasi yang harmonis. Ada juga aspek tata kelola konsul. Maksudnya kalau kita melibatkan multidisiplin yang lain dalam menangani suatu kasus, kita harus melibatkan konsultan yang lain. Sehingga inikan bermanfaat untuk pasien dan dokter juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Perkembangan teknologi kedokteran semakin cepat, begitu juga dengan perkembangan sosiologi masyarakat. Mereka makin kritis dan menuntut pelayanan yang optimum. Bagaimana mengatasi kondisi ini Prof?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Tentu sebagai seorang dokter jantung, harus melengkapi diri dengan pengetahuan yang sesuai dengan kurikulum, dengan kurikulum profesi yang ada atau kurikulum dokter SKDI. Iya kan? Jadi itu dokter SKDI untuk profesi SpJP misalnya mulai dari kolegium, ya tentu <i>basic</i>-nya ya harus kita kuasai. Mulai dari anamnesis pasien, pemeriksaan fisik, itu harus mantab dan berkualitas. Begitu juga dengan pemeriksaan tambahan, misalnya EKG, radiologi, ekokardiografi, termasuk pemeriksaan invasif, diagnosis invasif dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau sang dokter spesialis atau SpJP, tentu dia harus melaksanakan modul-modul kurikulum yang telah ditetapkan kolegium, sehingga dia mendapatkan pengetahuan yang cukup sebelum terjun praktek ke lapangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di samping itu ya menambah ilmu diri dengan pendidikan kedokteran berkelanjutan, dengan seminar-seminar, dengan kongres-kongres, dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Semua itu diperlukan supaya dokter jantung dapat dan mampu menghadapi tantangan jaman. Karena pasien sekarang ini kan lebih mengerti, lebih komplek, ya kan? Lebih pintar-pintar dengan melihat dari internet, ya kan? Sehingga kalau kita tidak mengikuti perkembangan itu, kita nanti jadi repot.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nah…. tetapi sebaliknya kita juga harus menyadari keterbatasan-keterbatasan. Maksudnya pasien inikan sekarang datang dengan berbagai macam keadaan. Macam penyakit yang datang bukan hanya penyakit jantung saja, kadang-kadang disertai dengan ada <i>myocardial hibernation</i>-nya, ada gejala gulanya, ada neurologinya, ada kelainan darahnya. Tentu kita harus menyadari dan melibatkan konsultan yang lain, agar pasien ini menjadi lebih baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Apa dampaknya terhadap etika dan etos kerja dokter jantung ini Prof?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya seperti saya bilang tadi, spesialis jantung ini profesi yang sibuk dan sering mendapatkan pasien-pasien yang kedaruratan yang mengancam jiwa. Jadi kita harus siapakan diri kita, keilmuwan kita, untuk menghadapi hal-hal tersebut dengan serius dan komunikasi dengan pasien dengan keluargannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi jangan ada salah tafsir nanti. Kita sudah lakukan begini tahu-tahu keluarga pasien tidak terima. Putusan yang akan diambil harus dijelaskan pada pasien ataupun keluarganya, supaya jangan ada komplain di belakang hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nah itulah jadi dalam melaksanakan profesi itu harus serius… sangat serius dan fokus dalam menyelesaikan masalah. Kepentingan pasien kedaruratan itulah yang pertama, jangan yang lain-lain dulu. Untuk melaksanakan ini, tubuh dan pikiran kita juga harus prima. Jaga kesehatan kita, jaga harmonisasi keluarga, begitu juga etik dengan kesejawatan harus dipelihara baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena di era yang akan datang inikan era persaingan, era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Orang-orang asing akan masuk di tempat kita. Jadi kalau kita ndak mempersiapkan diri, maka akan jadi tamu di negara kita sendiri. Itulah saya rasa, etos kerja harus dijaga, inilah semangat dan memberi dorongan juga kepada staf agar bisa lebih baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Salah satu rekomendasi dari Asmiha adalah tekad untuk mempersempit jurang layanan kesehatan di pusat dan daerah. Bagaimana dampaknya pada etik dan etos kerja dokter jantung?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Makanya distribusi dokter jantung itu harus merata, kalau tidak kasihan masyarakat apalagi yang tinggal di kabupaten atau daerah. Mereka kerap tidak mendapat pelayanan optimal, jadi kita harus berpikir bahwa distribusi dan penempatan SpJP tentu harus mempertimbangkan daerah-daerah juga, tidak boleh berkumpul di kota-kota besar semua. Kasihan masyarakat kan masih banyak lagi masyarakat yang memerlukan pertolongan dari kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Bagaimana untuk mengatasi hal ini?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi pada intinya untuk mengurangi <i>gap</i> itu, tentu daerah harus meng<i>upgrade</i> dirinya sendiri terutama untuk dokter-dokter spesialisnya. Sementara di pusat harus selalu mendistribusikan tenaga dan keahliannya ke daerah-daerah. Nah, pengurus PERKI Cabang harus memikirkan hal ini. Dalam penerimaan peserta program itu harus diperhatikan. Harus diberitahu bahwa kalau studinya selesai jangan hanya mau tinggal di kota saja. Harus mengabdi. Jaman kami dulu kan mengabdi di puskesmas-puskesmas di seluruh Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;"><br /></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Bagaimana pendapat Prof terhadap kasus gratifikasi kepada dokter jantung?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Masalah itu aturannya sudah jelas, kita mengikuti aturan saja, mengikuti aturan yang diatur oleh IDI, diatur oleh profesi ya kan. Jadi sudah ada landasan hukumnya. Tapi tentu saja dengan tetap memperhatikan dan membina arah kerja sama yang baik. Jadi jangan malah sedikit-sedikit takut melanggar etika.</div>
<div style="text-align: justify;">
Misalnya, untuk peningkatan ilmu dokter, dengan mengadakan berbagai simposium dan pertemuan ilmiah kan harus melibatkan pihak ketiga, profesi di luar kedokteran. Begitu juga kita harus menghadapi perkembangan teknologi dari luar dunia kedokteran. Jadi mereka itu tidak boleh kita jadikan saingan, harus kita rangkul. Sebab itu, kita harus tahu peraturan-peraturan dan protokol-protokol yang telah diatur IDI. Jadi jangan terjerumus pula sehingga berurusan dengan polisi atau KPK dan lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Bagaimana penanganan yang tepat terhadap dokter jantung yang melanggar etika?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang melanggar etik tentu akan diserahkan sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Jadi itukan ada organisasi profesinya, ada IDI, ada PERKI. Mereka itulah badan hukumnya. Di sana juga ada kewajiban untuk mendampingi atau mengadakan pembelaan jika dianggap perlu. Jadi kita serahkan sama mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Bagaimana dengan kejadian malpraktek?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya, kalau kita melaksanakan sesuai dengan aturan kode etik dan etos, maka kejadian malpraktek dapat dicegah. Misalnya, sejak awal kita harus menginformasikan kepada pasien, tindakan yang akan kita lakukan, kemudian bagaimana resikonya, angka kematiannya, sehingga pasien dapat mengambil gambaran. Dokter itu hanya manusia, yang menyembuhkan itu Tuhan.*</div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-70024453919575110932017-11-08T15:33:00.002+07:002017-11-08T15:38:18.053+07:00Kardiologi Kuantum no.39; Kardiologi Kuantum: Menembus Kedalaman Hati<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><i>(Quantum Cardiology: Heart and Beyond)</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Getaran ekstase perasaan yang terjadi karena pergumulan antara ilmu-ilmu kardiologi-fisika kuantum-Candra Jiwa Indonesia (Soenarto), telah melahirkan tulisan-tulisan kardiologi kuantum yang bersifat semi ilmiah, filsafat terapan dan humaniora. Harapannya terjadi perubahan perilaku dan kelak dapat dibuktikan dengan penelitian-penelitian ilmiah berdasarkan metodologi dan induksi statistik tertentu, semoga dunia kita-semua tersenyum.” </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>[Quantum Cardiology (Heart and Beyond); Ekst. BSP #39: 2012-2017]</b><br />
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-PZd2PiP6GUk/WgLBTwKPM4I/AAAAAAAAC6A/KEv9tYYB5U0V4A46PZ2GBcNGys7TqeB2ACLcBGAs/s1600/prof-budi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1284" height="200" src="https://3.bp.blogspot.com/-PZd2PiP6GUk/WgLBTwKPM4I/AAAAAAAAC6A/KEv9tYYB5U0V4A46PZ2GBcNGys7TqeB2ACLcBGAs/s200/prof-budi.jpg" width="160" /></a></div>
TULISAN pertama kali tentang kardiologi kuantum berupa kolom berkelanjutan terbitnya <b>Tabloid Profesi Kardiovaskuler</b> (ISSN: 0853-8344) pada bulan Januari 2012 di halaman ke-2. Terbitan ini merupakan volume ke XVII dan bernomor 179. Kolom kuantum selalu dimulai dengan <i>Salam Kardio</i> dan diakhiri dengan <i>Salam Kuantum</i>, begitulah kebiasaan penulisnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Albert Einstein yang mengaku sudah memikirkan ratusan kali tentang masalah kuantum masih tetap bersikukuh bahwa teori kuantum dimasukkan dalam teori relativitas umum, bukan teori relativitas khusus. Pernyataannya: <i>“I cannot seriously believe in [quantum theory] because.. physics should represent a reality in time and space, free from spooky actions at a distance.”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, ingatkah kita pada tarian pencak Minangkabau yang nan dinamis, diiringi musik pentatonik dengan cerita legenda yang bertutur bahasa yang tinggi seperti pada cerita <i>Sabai nan Aluih</i>. Kesenian <i>Randai</i> dalam adat Minang dalam filsafatnya sebenarnya juga membenturkan “budi dengan ilmu” (<i>budi manimpo ilmu</i>). Seperti karakter “Ming” dalam bahasa Mandarin, gabungan karakter matahari dan bulan (empat coretan), dapat diartikan sebagai pencerahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang peneliti seyogyanya melakukan lompatan kuantum ke depan seperti yang telah dilakukan Albert Einstein. Teori relativitasnya E=MC<sup>2</sup> diperkirakan melompat 100 tahun ke depan dari zamannya. Einstein menjelaskan makna relativitas itu bagaikan sudah duduk 2 jam di dekat wanita cantik tetapi terasa baru 2 menit, sementara duduk di perapian panas selama 2 menit, sudah terasa 2 jam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut teori pemikiran Erwin Schrödinger keseluruhan sistem mekanika kuantum dapat dideskripsikan dengan fungsi gelombang dan ini membuka dasar kesatuan dari alam semesta.</div>
<div style="text-align: justify;">
Niels Bohr penyandang hadiah Nobel pun puyeng tentang fisika kuantum, katanya: <i>“If anybody says he can think about quantum physics without getting giddy, that only shows he has not understood the first thing about them.”</i> Alih-alih puyeng, Erwin Schrödinger (1887-1961), juga penyandang hadiah nobel, misteri dunia kuantum ia gambarkan dalam kisah <b>”Kucing Schrödinger”</b> (1935) yang legendaris itu.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-Op3rgS2dmFI/WgLAWcNreeI/AAAAAAAAC5s/kk3PRDzHklgQVUFgzwaOSBOdUxjebuoPgCLcBGAs/s1600/gb-hal04_1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1433" data-original-width="1451" height="395" src="https://4.bp.blogspot.com/-Op3rgS2dmFI/WgLAWcNreeI/AAAAAAAAC5s/kk3PRDzHklgQVUFgzwaOSBOdUxjebuoPgCLcBGAs/s400/gb-hal04_1.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Kucing Schrödinger dengan peralatan untuk membuat teka-teki superposisi elemen kuantum.</i></span></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Erwin salah satu Bapak Fisika Kuantum, pertama kali mengisahkan soal kucing itu sebagai upaya ‘eksperimen khayalan’ untuk menjelaskan dunia kuantum yang <i>absurd</i>. Dalam ‘eksperimen’ itu, seekor kucing diletakkan di sebuah kotak tertutup bersama sebuah botol berisi racun sianida. Racun sianida itu akan terlepas dan membunuh kucing tersebut apabila terkena tembakan partikel dari sebuah unsur radioaktif yang sedang meluruh. Peluruhan radioaktif itu diatur oleh hukum fisika kuantum yang hanya berisi probabilitas antara meluruh dan tidak meluruh atau disebut dengan kondisi ”superposisi”. Dengan sendirinya, kucing itu pun dalam kondisi superposisi, yakni mengalami keadaan hidup dan mati dalam waktu bersamaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Masalahnya, kondisi superposisi ini sangat sensitif terhadap lingkungan luar sehingga setiap usaha mengamati atau mengukur dengan pasti kondisi kucing tersebut akan merusak keadaan kuantumnya. Dengan demikian, saat ada orang yang membuka paksa kotak itu, dia hanya akan menemukan salah satu dari dua kemungkinan kondisi kucing: hidup atau mati. Itulah kesulitan yang dihadapi para penggelut fisika kuantum.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selama puluhan tahun sejak ilmu ini ditemukan, teori-teori fisika kuantum telah terbukti benar dalam memprediksi berbagai gejala yang ditimbulkan dan bisa diamati di tingkat makro. Namun, mengamati partikel kuantum tunggal, apalagi kemudian mengendalikan perilakunya, adalah sesuatu yang selama ini dianggap mustahil.</div>
<div style="text-align: justify;">
Beruntung, masih di tahun 2012 masyarakat telah membaca berita bahwa ahli kuantum Serge Haroche dari Perancis dan David Wineland dari Amerika Serikat secara terpisah menemukan metode untuk mengisolasi partikel-partikel itu, yang memungkinkan seseorang mengamati, menghitung dan bahkan memanipulasi partikel-partikel tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka telah berhasil ”menangkap” Kucing Schrödinger tanpa merusak kondisi kuantumnya! kotak logam yang berisi kucing Schrödinger telah dibuka dengan dua metode yang berbeda. Wineland menggunakan tembakan foton sinar laser untuk memperlambat dan mengendalikan atom-atom bermuatan listrik atau ion atom Berrylium.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara Haroche sebaliknya, ia mengendalikan dan mengukur foton-foton alias partikel cahaya yang dijebak di antara dua cermin khusus dengan menembakkan atom-atom Rydberg. Penemuan mereka diyakini akan memungkinkan pembuatan sebuah komputer kuantum, yakni komputer berkecepatan sangat tinggi yang bekerja berdasarkan mekanisme fisika kuantum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Kardiomiopati Reversibel Takotsubo</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dr. Arief Fadhilah Jumat pagi, 30 Maret 2012 mempresentasikan kasus sindroma <b>Takotsubo</b> untuk pertama kalinya di depan Konferensi Dep. Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI. Sangat mungkin juga baru pertama kali kasus ini diungkapkan di Indonesia. Takotsubo adalah jebakan gurita (<i>octopus</i>) yang sampai kini masih dipakai oleh nelayan Jepang. Pertamakali dilaporkan dari Jepang oleh Satoh dan Dote pada tahun 1900 yang mengemukakan bentuk ventrikel kiri pada fase sistolik tersebut mirip dengan bentuk jebakan oktopus.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-tyjVBMs2vZQ/WgLAvRFZi0I/AAAAAAAAC5w/RfJEBtxZiBY0weXvwOfX0UX1xXHJ2DV5gCLcBGAs/s1600/gb-hal04_2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="397" data-original-width="741" height="213" src="https://1.bp.blogspot.com/-tyjVBMs2vZQ/WgLAvRFZi0I/AAAAAAAAC5w/RfJEBtxZiBY0weXvwOfX0UX1xXHJ2DV5gCLcBGAs/s400/gb-hal04_2.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<b style="font-size: small;">Gambar A</b><span style="font-size: x-small;">, adalah left-ventriculography pasien dengan sindroma takotsubo, suatu kumpulan gejala akibat stres-neurogenik; </span><b style="font-size: small;">Gambar B</b><span style="font-size: x-small;"> adalah takotsubo, semacam guci yang dipakai nelayan Jepang untuk menangkap gurita.</span></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kardiomiopati yang reversibel akibat stres dikenal juga sebagai Takotsubo. <i>“Stres berat bagaikan ‘gelombang-badai simpatis’ meskipun bersifat sementara, dapat mengakibatkan kardiomiopati Takotsubo suatu kelainan anatomik apeks jantung pada fase sistolik yang menyerupai balon”</i> —adalah perkiraan Kardiologi Kuantum, pemerhati masalah filsafat terapan dalam bidang kardiovaskular.</div>
<div style="text-align: justify;">
Presentasi kasus Arief Fadhilah menjadi lebih seru ketika LV <i>apical balooning</i> tersebut ternyata membentuk elevasi segmen ST yang menyerupai infark miokard akut. Inipun telah dilaporkan oleh Bybeka KA, dkk dalam jurnal <i>Annals of Internal Medicine</i> 2004. Kardiomiopati Takotsubo disebut juga<i> apical ballooning syndrome</i>, kardiomiopati terinduksi stress, sindroma patah hati adalah suatu sindrom yang umumnya ditandai dengan disfungsi sistolik dari segmen apikal miokard dan atau mid ventrikel kiri, yang bersifat sementara, yang menyerupai infark miokard, tetapi tanpa adanya penyakit jantung koroner yang signifikan.<sup>1-8</sup> Kardiomiopati Takotsubo pertama kali dikemukakan di Jepang. Kardiomiopati tipe ini kemudian dilaporkan pada populasi non-Asia, termasuk Amerika Serikat dan Eropa.<sup>2, 4, 5, 9</sup></div>
<div style="text-align: justify;">
Istilah patah-hati lebih lazim dipakai sebagai terjemahan dari broken-heart dari pada patah-jantung. Patah hati yang menyebabkan ‘badai simpatis’ tentu saja meningkatkan debaran jantung dalam waktu yang lama cukup untuk membentuk kelainan bilik kiri yang terdiri dari outflow track yang menyempit ditemani apeks yang menggelembung, seperti tempayan kecil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Kardiologi kuantum & Chandra Jiwa</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Awalnya, ada 3 peneliti di bidang ilmu jiwa di dunia Freud, Adler dan Jung. Sebelumnya orang lebih tertarik dengan ilmu perbintangan (astronomi), matematika, fisika, kimia, kedokteran fisik, terakhir barulah orang tertarik dengan ilmu jiwa, psikologi, psikiatri. Freud yang memang tidak percaya kepada Tuhan, candra jiwanya sederhana: Ego, Superego dan Nafsu: Seks (<i>eros</i>) dan Mati (<i>tanos</i>). Karena sederhana dan berorientasi di dalam diri manusia inilah justru yang diajarkan di fakultas-fakultas kedokteran di Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga peneliti jiwa tahap awal tersebut berikutnya, belum diajarkan di fakultas kedokteran. Adler orientasinya adalah masyarakat, jadi mau tidak mau orang harus mengikuti aturan-aturan, nilai-nilai di masyarakat agar sehat jiwanya. Nilai-nilai tersebut tidak menjadi masalah ketika diberikan oleh para Nabi kepada masyarakat, walaupun beliau juga belum percaya kepada Tuhan. Daya dorong motivasi manusia diletakkan pada "rasa rendah diri" dalam pandangannya orang bisa lebih tertarik ilmu kemasyarakatan seperti politik dibanding seks.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jung justru percaya kepada Tuhan (<i>Das Selbst</i>) pertemuannya dengan ego manusia menjadi intuisi, dan leburnya ego manusia ke <i>Das Selbst </i>disebut sebagai Individuation sebagai akhir dari evolusi jiwa manusia. Nabi adalah manusia juga yang dapat mengeksiskan <i>Das Selbst</i>nya. Tentu saja tidak harus demikian, ini disebut sebagai hipotesis saja karena Jung belum pernah bertemu dengan seorang Nabipun.</div>
<div style="text-align: justify;">
Prof Soemantri mengikuti hipotesis Jung, hanya beliau bertemu dengan R. Soenarto Mertowardojo, bukan Nabi dan tidak menyebarkan agama baru. R. Soenarto Mertowardojo dan dua sahabatnya menulis pustaka intuisi Sasangka Jati. Tulisan tersebut berdasarkan sabda Sang Guru Sejati dari pusat hatinya dan dicatat oleh dua orang sahabatnya: R.T. Hardjoprakosa dan R. Trihardono Soemodihardjo. Sabda tersebut melebihi dari intuisi yang diperkirakan oleh Jung karena mengalir menjadi sebuah pustaka yang terdiri dari tujuh buku. Terjadinya Alam Semesta adalah salah satu dari buku tersebut yang dipakai sebagai intisari dari disertasi Dr. Soemantri di Universitas Leiden Negeri Belanda, dipromotori oleh Prof. Dr. E.A.D.E. Carp pada tanggal 20 Juni 1956.</div>
<div style="text-align: justify;">
Judul disertasinya adalah <i>Indonesisch Mensbeeld als basis ener psicho-therapie </i>(Candra Jiwa Indonesia sebagai Dasar Psikoterapi). Kembalinya Roh Suci (<i>TheSelf</i>) ke Suksma Sejati (<i>TheForce</i>) atas nama Suksma Kawekas (<i>TheSource</i>) adalah akhir dari evolusi jiwa-idealnya manusia disebut sebagai peristiwa Pamudaran/Panunggal.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-cmwFhZ9sshY/WgLBKIcW-fI/AAAAAAAAC58/Zdp5LVVDvRICcmd48X17QeqklR8Pc8QkwCLcBGAs/s1600/gb-hal05.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1052" data-original-width="1516" height="277" src="https://2.bp.blogspot.com/-cmwFhZ9sshY/WgLBKIcW-fI/AAAAAAAAC58/Zdp5LVVDvRICcmd48X17QeqklR8Pc8QkwCLcBGAs/s400/gb-hal05.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: x-small;">Perbandingan 4-Candra Jiwa yang Semuanya Dilahirkan di Eropa.</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Posisi sang-Aku (Ego) sebagai sentra pembanding utamanya. Menjadi jelas bahwa Candra Jiwa Indonesia berdiri sejajar dengan lainnya dan tampak lebih lengkap strukturnya. Das ES di dalam Candra Jiwa Freud disebut juga sebagai ID. Freud tidak percaya adanya Tuhan, Adler tidak membicarakan Tuhan maupun struktur jiwa, jadi keduanya tidak memiliki “Yang di Atas”, suprastruktur. Suprastruktur adalah bagian transendennya (kalbu-hati) manusia.</span><br />
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kardiologi kuantum meminjam istilah yang sudah dikenal masyarakat melalui film-film legendaris tersebut untuk memperkenalkan Candra Jiwa Indonesia terutama bagian Tripurusa (<i>TriAspect</i>), bagian tertinggi, atau bagian terdalam dari jati dirinya seorang manusia. Suksma Kawekas (<i>TheSource</i>) adalah hierarkhi tertinggi, ia adalah sadar kolektif statis, asal mula dan sumber serta tujuan hidupnya manusia (ego). Ialah yang menguasai alam semesta dan seisinya. Semua kekuasaan adalah kekuasaan-Nya didelegasikan sepenuhnya kepada utusan-Nya Yang Abadi ialah Suksma Sejati (<i>TheForce</i>). <i>TheForce</i> adalah istilah lain dari Suksma Sejati yang menjadi pemimpin, penuntun dan gurunya manusia (<i>TheSelf</i>).</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perjalanan sang waktu, Aku (Ego) yang materi yang berada di dalam mental (jiwa)-nya/jasmani halusnya manusia akan menjalankan evolusi sepanjang perjalanan hidupnya. Modalnya adalah menyerahkan kedaulatannya kepada Tripurusa, untuk ini diperlukan upaya introversi: sadar, percaya, taat dalam arti seluas-luasnya. Tentu saja hanya sampai pada <i>TheGate</i> (Rahsa Jati) karena ia masih bersifat materi, eksistensinya diganti oleh Roh Suci, Egonya yang imateri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Manusia tidak mungkin memiliki Trisila sebagai “kunci dalam” secara sempurna sekiranya dalam penampilannya di dalam masyarakat tidak menjalankan tatacara hidupnya dengan Pancasila: sabar, rila, narima, jujur, budi luhur, diyakini sebagai “kunci luar” kehidupan. Dengan menguasai ilmu dan menjalankan Hastasila (hasta= delapan) tersebut bila diizinkan Suksma Sejatinya, terbuka kesempatan untuk mendapatkan intuisi (ilham) yaitu suatu pencerahan, suatu keajaiban yang dapat mengubah peradaban diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pengendalian diri yang diarahkan kepada fungsinya yang tertinggi dari motivator-motivator ini adalah taat (<i>obidience</i>, takwa) kepada-Nya. Saling pengaruh-memengaruhi antara angan-angan dan nafsu-nafsu tersebut timbulah fungsi-perasaan, sebagai sentra-vitalitas yang baru, nonekstrinsik ialah ekstase suasana rasa-perasaan manusia yang berfungsi sebagai indikator. Ego-jasmani merupakan kristalisasi dari fungsi angan-angan manusia sedangkan strukturnya berasal dari ciptanya manusia. Ego-jasmani merupakan bayangan, refleksi dari Ego-rohani (Roh Suci) manusia ialah jatidirinya yang hakiki. Roh Suci (<i>TheSelf</i>) inilah yang dihidupi dan dituntun oleh Suksma Sejati (<i>TheForce</i>) atas nama sumber, asalmula, dan tujuan hidup manusia ialah Suksma Kawekas (<i>TheSource</i>).</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhir dari perjalanan evolusi Egonya manusia adalah peristiwa Pamudaran dan Panunggal yang sesungguhnya adalah satu peristiwa yang sama. Pudarnya “bungkus” Roh Suci yaitu jiwanya manusia yaitu angan-angan perasaan dan nafsunya, dan ditariknya Sinar Roh Suci tersebut kembali ke Suksma Sejati atas nama Suksma Kawekas. Dalam jiwa manusia sudah tidak ada polaritas, sudah tidak ada gerakan dan tidak eksis lagi. Tugasnya sebagai manusia telah selesai, bagaikan mati di dalam hidup, dapat dibayangkan sebagai suatu peristiwa metamorfosis; Ia masih bisa melakukan kegiatan rutin, hanya saja semua dalam eksistensi Suksma Sejati. Manusia telah selesai melaksanakan tugas evolusi jiwanya dengan sempurna.<sup>8</sup></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Kesimpulan.</span></b> Salam Kardio. Getaran ekstase perasaan yang terjadi karena pergumulan intensif antara ilmu-ilmu kardiologi, fisika kuantum dan Candra Jiwa Indonesia (Soenarto) seperti yang telah disampaikan dalam artikel tersebut di atas, telah melahirkan tulisan-tulisan tentang kardiologi kuantum yang bersifat semi ilmiah, filsafat terapan dan <i>humaniora </i>(2012-2017). Harapannya terjadi perubahan perilaku di dalam diri sendiri serta masyarakat sekelilingnya, dan kelak dapat dibuktikan dengan penelitian-penelitian ilmiah berdasarkan metodologi dan induksi statistik tertentu. Semoga dunia kita menjadi semakin tersenyum gembira, gairah dan bersemangat kebersamaan. <i>“May TheForce be with us.”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
*) Artikel Kardiologi Kuantum (Menembus Kedalaman Hati) ini disiapkan untuk <i>29th WECOC bringing forth “Contemporary Heart Failure Management: from Dream to Reality”</i>, 6 Oktober 2017.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><u><br /></u></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><b><u>Daftar Pustaka </u></b><span style="white-space: pre;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">1. Bybee KA, Kara T, Prasad A, Lerman A, Barsness GW, Wright RS, et al. <i>Systematic review: transient left ventricular apical ballooning: a syndrome that mimics ST-segment elevation myocardial infarction</i>. Ann Intern Med. 2004 Dec 7; 141 (11): 858-65.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">2. Tsuchihashi K, Ueshima K, Uchida T, Oh-mura N, Kimura K, Owa M, et al. <i>Transient left ventricular apical ballooning without coronary artery stenosis: a novel heart syndrome mimicking acute myocardial infarction. Angina Pectoris-Myocardial Infarction Investigations in Japan</i>. J Am Coll Cardiol. 2001 Jul; 38 (1): 11-8.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">3. Abe Y, Kondo M, Matsuoka R, Araki M, Dohyama K, Tanio H. <i>Assessment of clinical features in transient left ventricular apical ballooning</i>. J Am Coll Cardiol. 2003 Mar 5; 41 (5): 737-42.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">4. Desmet WJ, Adriaenssens BF, Dens JA. <i>Apical ballooning of the left ventricle: first series in white patients</i>. Heart. 2003 Sep; 89 (9): 1027-31.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">5. Sharkey SW, Lesser JR, Zenovich AG, Maron MS, Lindberg J, Longe TF, et al. <i>Acute and reversible cardiomyopathy provoked by stress in women from the United States</i>. Circulation. 2005 Feb 1; 111 (4): 472-9.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">6. Dec GW. <i>Recognition of the apical ballooning syndrome in the United States</i>. Circulation. 2005 Feb 1; 111 (4): 388-90.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">7. Bybee KA, Prasad A, Barsness GW, Lerman A, Jaffe AS, Murphy JG, et al. <i>Clinical characteristics and thrombolysis in myocardial infarction frame counts in with transient left ventricular apical ballooning syndrome</i>. Am J Cardiol. 2004 Aug 1; 94 (3): 343-6.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">8. Budhi S. Purwowiyoto. <i>Kardiologi Kuantum (18): TheForce</i>. Tabloid Profesi Kardiovaskuler (ISSN: 0853-8344). 2013 Mei; 195 (XIX): 3, 6.</span><br />
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-19412602242685038522017-11-08T15:05:00.002+07:002017-11-08T15:08:55.256+07:00Rehabilitasi Pasien Pasca Serangan Jantung, PCI dan CABG<div style="text-align: justify;">
REHABILITASI jantung adalah sekumpulan aktivitas yang terkoordinir untuk mengontrol penyebab penyakit kardiovaskular, mengembalikan pasien ke dalam kondisi fisik, mental dan sosial terbaiknya, sehingga dengan upayanya sendiri mereka dapat kembali ke fungsinya yang optimal di dalam komunitasnya melalui upaya perbaikan kebiasaan hidup, memperlambat atau bahkan mengembalikan progresivitas penyakitnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa program rehabilitasi jantung banyak memberikan manfaat untuk pasien yang mengikutinya seperti menurunkan angka kematian secara keseluruhan maupun kematian karena penyakit kardiovaskular, mengurangi kekerapan masuk rumah sakit (RS), memperbaiki kualitas hidup dan kapasitas fungsional, dan meningkatkan kembali bekerja pasca penyakit jantung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Program rehabilitasi jantung bertujuan untuk mengembalikan pasien dengan penyakit kardiovaskular atau individu berisiko tinggi untuk mengidap penyakit kardiovaskular ke kehidupan yang aktif dan produktif, secara fisik, sosial, pekerjaan, kehidupan seksual yang optimal, mencegah progresivitas proses<i> atherosclerosis</i>, mengurangi keluhan, mencegah serangan jantung berulang dan kematian mendadak, serta mendorong pola hidup sehat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Program ini biasanya diindikasikan untuk pasien pasca serangan jantung, pasca operasi jantung baik bypass koroner/operasi katup/operasi kelainan jantung bawaan, pasien pasca revaskularisasi koroner non bedah (PTCA/PCI), pasien gagal jantung kronis, pasca transplantasi jantung/paru, pasien dengan penyakit pembuluh darah perifer, atau pasien dengan kondisi-kondisi khusus, misalnya orang lanjut usia, wanita, atau berisiko tinggi penyakit jantung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Program rehabilitasi dianggap komprehensif bila mengandung komponen-komponen penting berikut ini:</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>Pengkajian pasien</li>
<li>Konseling nutrisi / gizi</li>
<li>Pengelolaan berat badan </li>
<li>Pengontrolan tekanan darah </li>
<li>Tatalaksana lipid </li>
<li>Tatalaksana diabetes</li>
<li>Upaya berhenti merokok </li>
<li>Tatalaksana masalah psikososial </li>
<li>Konseling aktifitas fisik</li>
<li>Program latihan fisik.</li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk memberikan pelayanan rehabilitasi jantung yang komprehensif, biasanya diperlukan tim yang memadai, yang bisa terdiri dari dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dokter spesialis rehabilitasi medik, perawat terlatih, fisioterapis, ahli gizi, psikolog, pekerja sosial, atau mungkin juga dokter umum dan spesialis lainnya seperti dokter spesialis penyakit dalam, spesialis gizi klinik, psikiater, dll.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Fase program rehabilitasi jantung</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan waktunya, program rehabilitasi jantung biasanya dikelompokkan ke dalam fase-fase:</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: orange;">Fase I</span></b> adalah program yang diberikan ketika pasien masih berada di ruang perawatan. Program fase I bertujuan agar pasien segera mobilisasi, untuk mempercepat pemulangan dan mengurangi efek buruk tirah baring. Pasien diharapkan mampu melakukan aktifitas hariannya tanpa bantuan orang lain. Pada fase ini pasien dibantu melakukan mobilisasi dini, mendapatkan edukasi yang memadai mengenai penyakitnya, bagaimana melakukan aktifitas yang aman, mengenai obat-obatan yang dikonsumsi dan akan dikonsumsi, dan lain-lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: orange;">Fase II</span></b>, adalah program yang diberikan ketika pasien sudah keluar dari perawatan RS atau pada fase rawat jalan. Fase ini merupakan fase intervensi penting yang bertujuan adalah agar pasien segera mencapai target-target terapi dan mengontrol faktor risiko penyakitnya serta mampu kembali bekerja dengan tingkat kebugaran yang memadai. Pada fase ini diupayakan untuk mengatasi perkembangan penyakit lebih jauh atau mencegah progresifitas penyakit, mempersiapkan pasien kembali bekerja, atau melakukan aktifitas rekreasi atau aktifitas sehari- hari yang optimal, termasuk aktifitas seksual, serta untuk membuat dan membantu pasien melakukan program latihan secara aman dan efektif.</div>
<div style="text-align: justify;">
Program rehabilitasi jantung <b><span style="color: orange;">fase III</span></b>, merupakan fase pemeliharaan, di saat pasien sudah dianggap memahami masalah faktor risiko, pencegahan, dan dapat kembali bekerja atau sudah memulai aktifitas fisik dan olahraga rutin dengan aman. Fase ini bertujuan untuk melanjutkan program untuk mengatasi progresifitas penyakit dan pencegahan sekunder, memelihara kondisi paling optimal dan melanjutkan pola hidup sehat yang dilakukan di rumah atau dengan komunitas di lingkungannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pasien pasca serangan jantung (infark miokard akut), pasca angioplasty koroner (PTCA/PCI), atau pasca operasi bypass (CABG) mempunyai kesamaan masalah, yaitu mempunyai penyakit jantung koroner. Satu atau lebih pembuluh darah koroner mengalami oklusi/stenosis. Mereka mempunyai faktor risiko yang tidak terkontrol baik satu maupun lebih, sehingga program pengontrolan faktor risiko untuk mereka harus sama intensifnya. Setelah mereka mengalami serangan jantung atau intervensi harus dipastikan bahwa faktor risiko penyakitnya dapat terkontrol. Namun demikian untuk program rehabilitasi jantung mereka akan mempunyai perbedaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pasien pasca PTCA/PCI pada umumnya mempunyai kondisi yang lebih baik. Saat ini tindakan angioplasty hanya menyisakan luka kecil di pergelangan tangan karena tindakannya melalui arteri radialis. Luka tersebut pada umumnya tidak mengganggu pergerakan pasien dibanding sebelumnya yang sering menggunakan teknik tindakan melalui arteri femoral yang memerlukan istirahat baring sekitar 1 hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada pasien serangan jantung/infark miokard akut juga terjadi perkembangan pengobatan dan tatalaksana penyakit yang sangat agresif sehingga perawatan pasien infark miokard akut menjadi sangat pendek. Pada masa silam pasien dengan serangan jantung dirawat dengan tirah baring sekitar 3 minggu, sehingga secara teoritis akan terjadi efek dekondisioning akibat penyakitnya maupun akibat perawatannya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-Ok4cKTkj5Kg/WgK7iKQlJvI/AAAAAAAAC5c/OTeCcoMINm8gJGxwLAOvzRSUWIrTsm68ACLcBGAs/s1600/gb-hal07.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1018" data-original-width="1600" height="253" src="https://1.bp.blogspot.com/-Ok4cKTkj5Kg/WgK7iKQlJvI/AAAAAAAAC5c/OTeCcoMINm8gJGxwLAOvzRSUWIrTsm68ACLcBGAs/s400/gb-hal07.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap hari ada beberapa tahap kegiatan yang memfasilitasi pasien memulai mobilisasi baik pasif maupun aktif, baik di tempat tidur, kamar perawatan, maupun ruangan perawatan. Saat ini pasien yang mengalami infark miokard akut mendapat pengobatan reperfusi dengan obat bahkan dengan intervensi koroner (PTCA) sehingga waktu perawatan menjadi sekitar 3-5 hari saja, dan seringkali sudah menjalani revaskularisasi komplit.</div>
<div style="text-align: justify;">
Program fase I tidak lagi dilakukan seperti sebelumnya dengan program fisioterapi bertahap, tetapi perlu lebih banyak membekali pasien dengan edukasi bagaimana melakukan upaya pencegahan sekunder, agar pasien patuh terhadap pengobatan, mampu melakukan pengontrolan faktor risiko dan mencapai targetnya secara mandiri serta memahami keluhan yang memerlukan penanganan segera. Pada pasien infark miokard akut yang belum menjalani revaskularisasi, perlu dilakukan stratifikasi risikonya apakah perlu dilakukan tindakan intervensi koroner segera atau dapat dilakukan secara terencana setelah pasien menjalani rawat jalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap pasien tentu mempunyai penekanan dan kebutuhan yang berbeda-beda terhadap program mana yang lebih diutamakan atau didahulukan atau diperbanyak. Pada pasien pasca PTCA pada umumnya tidak ada penurunan kemampuan dalam melakukan aktifitas fisik dan tidak memerlukan bantuan untuk memulai kegiatannya. Sehingga program latihan fisik secara khusus atau tersupervisi nyaris tidak diperlukan atau tidak perlu dilakukan di rumah sakit, tetapi dapat diberikan program latihan yang dapat dilakukan di rumah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada kelompok pasien pasca CABG, PTCA atau serangan jantung memerlukan edukasi yang sama mengenai pengontrolan faktor risiko dan pencapaian targetnya. Berbeda misalnya dengan pasien pasca operasi katup jantung yang penekanan edukasinya pada penggunaan antikoagulan yang patuh dan aman, kepatuhan dan perhatian yang harus diketahuinya, serta pencegahan infeksi sistemik untuk mencegah infeksi yang menyebabkan peredaran kuman ke dalam pembuluh darah dan dapat menetap di jantung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: yellow;">Pelaksanaan program prevensi sekunder</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Melihat pentingnya program rehabilitasi jantung ini dan sekarang disebut sebagai program prevensi sekunder, maka perlu dipastikan bahwa program ini dilaksanakan pada pasien-pasien dengan penyakit kardiovaskular, baik yang telah dirawat atau yang belum dirawat tetapi mempunyai risiko tinggi. Program ini harus menjadi kesatuan dalam penanganan pasien bahkan harus tercantum dalam Pedoman Praktek Klinik untuk penyakit-penyakit yang diindikasikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain upaya melakukan pengobatan terhadap pasien dengan penyakit jantung atau bahkan tindakan non bedah maupun tindakan bedah, program pencegahan dan pengurangan kecacatan akibat penyakit kardiovaskular sangat penting, mengingat tingginya kematian akibat penyakit ini dan juga dapat menyebabkan penurunan produktifitas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pelaksanaannya baik di dalam rumah sakit maupun di komunitas, program ini mempunyai banyak penghalang. Ketersediaan fasilitas pelayanan rehabilitasi jantung yang komprehensif masih jarang, sehingga tidak semua pasien bisa mendapatkan layanan ini. Selain investasi yang besar untuk menyediakan ruangan atau tempat dan peralatan, juga ketersediaan petugas dan dokter yang lengkap dan terlatih menyebabkan ketersediaan fasilitas dengan program layanan rehabilitasi jantung yang lengkap masih sulit didapat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalaupun fasilitas yang lengkap ini tersedia di suatu kota, keterjangkauan merupakan masalah berikutnya. Karena pada umumnya pasien pasca serangan jantung atau pasca operasi mengalami keterbatasan untuk bepergian bila harus menggunakan kendaraan umum, atau tanpa pengantar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pasien-pasien dengan penyakit kardiovaskular yang saat ini cenderung lebih muda dan dalam masa produktif bekerja mempunyai kesulitan bila setelah perawatan pasien tersebut harus kembali ke rumah sakit untuk menjalankan program rehabilitasi, karena pasien harus atau akan segera kembali bekerja segera setelah merasakan mampu secara fisik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain masalah pada fasilitas dan pasien, rujukan dari dokter yang kurang juga mengakibatkan rendahnya cakupan program rehabilitasi jantung. Dokter tidak merujuk atau merekomendasikan karena berbagai pertimbangan, selain menganggap tidak perlu, tidak tahu, atau menganggap pasien terlalu berat kondisinya atau terlalu tua. Masalah lain yang tak kalah penting adalah pembiayaan yang masih dirasakan mahal, atau di luar tanggungan asuransi. Masih jarang asuransi yang menanggung pelayanan pencegahan atau rehabilitasi, sehingga pasien harus membayar pelayanan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Program rehabilitasi jantung harus menjadi bagian tak terpisahkan dalam menangani pasien dengan serangan jantung, pasca PTCA atau pasca operasi jantung. Penelitian menunjukan manfaat yang besar untuk pasien baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pelaksanaannya memerlukan pengkajian pasien yang memadai agar dapat memberikan program yang sesuai untuk kondisi pasiennya, karena setiap pasien akan memerlukan program yang berbeda. Masih terdapat banyak halangan untuk pasien mendapatkan pelayanan rehabilitasi jantung yang komprehensif.*</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-tdmVooWgbZA/WgK6o1WIwZI/AAAAAAAAC5Q/9zRyslDtSGAbUrT7pl0Qw7ZmDoxPqFkBACLcBGAs/s1600/DrdrBasuniRadi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="495" data-original-width="385" height="200" src="https://2.bp.blogspot.com/-tdmVooWgbZA/WgK6o1WIwZI/AAAAAAAAC5Q/9zRyslDtSGAbUrT7pl0Qw7ZmDoxPqFkBACLcBGAs/s200/DrdrBasuniRadi.jpg" width="155" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>DR. Dr. Basuni Radi, SpJP(K)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita</span><br />
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4139107646457327690.post-76912882319604979942017-11-08T14:44:00.003+07:002017-11-09T09:38:33.033+07:00PP PERKI Lantik Empat Pengurus Baru PERKI Daerah 2016-2018<div style="text-align: justify;">
TAHUN ini boleh dibilang tahun pelantikan bagi Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). Setidaknya ada empat pengurus baru PERKI Daerah yang dilantik sejak awal tahun ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pengukuhan para pengurus baru tersebut dimulai di Batam. Di sela-sela seminar<i> 1st Batam Acute Cardiovascular Care</i> (BACC), yang diadakan di Haris Hotel Batam Center, Riau, telah dilangsungkan pelantikan PERKI Batam periode 2016-2018, pada 18 Februari 2017. Ketua Pengurus Pusat (PP) PERKI, DR Dr Ismoyo Sunu, SpJP(K) FIHA, melantik Dr. Stanley Panggabean, SpJP, FIHA menjadi ketua PERKI Batam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tak lama kemudian, sebulan berikutnya, PP PERKI melantik para pengurus PERKI Manado, Sulawesi Utara untuk masa bakti 2016-2018, tepatnya pada Sabtu, 11 Maret 2017 bertempat di Swiss-Belhotel Maleosan Manado. Saat itu, para anggota memilih dr Janry A. Pangemanan, SpJP(K), FIHA sebagai Ketua PERKI Manado.</div>
<div style="text-align: justify;">
Para anggota PERKI Balikpapan tak ketinggalan. Mereka juga melantik pengurus baru untuk periode 2016-2018, berlangsung di Hotel Gran Senyiur, Balikpapan, pada Jumat, 19 Mei 2017. Acara itu berlangsung sesaat sebelum dilangsungkannya acara Koperki XVI. Saat itu, Ismoyo Sunu sebagai Ketua PP PERKI menobatkan Dr Mas Kusharyadi SpJP, FIHA sebagai ketua.</div>
<div style="text-align: justify;">
Terakhir kali, DR Ismoyo bertolak ke Surabaya, Jawa Timur. Bertempat di Hotel Four Points Sheraton Surabaya telah diadakan acara pelantikan pengurus baru PERKI Surabaya, pada tanggal 8 Juli 2017. Saat itu, dr Yudi Her Oktaviono, SpJP(K), FIHA dinobatkan sebagai ketua untuk masa bakti 2016-2018. Selamat mengabdi dan berkarya! </div>
<div style="text-align: right;">
<b>[Tim InaHeartnews]</b></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-seuV_k0MQ1Y/WgK04d9kv3I/AAAAAAAAC40/6BoqloAyOR4dj-mzGqCLmo2BqUqfZMBegCLcBGAs/s1600/lantik-perki-batam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="225" src="https://3.bp.blogspot.com/-seuV_k0MQ1Y/WgK04d9kv3I/AAAAAAAAC40/6BoqloAyOR4dj-mzGqCLmo2BqUqfZMBegCLcBGAs/s400/lantik-perki-batam.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">Pelantikan Pengurus PERKI Batam</span></i></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-yaSSR8R_HUw/WgK1DEgQqII/AAAAAAAAC44/MmpE2qWWfmQoa6v0RWkfk5GBSOWoeocGACLcBGAs/s1600/lantik-perki-manado.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="225" src="https://4.bp.blogspot.com/-yaSSR8R_HUw/WgK1DEgQqII/AAAAAAAAC44/MmpE2qWWfmQoa6v0RWkfk5GBSOWoeocGACLcBGAs/s400/lantik-perki-manado.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Pelantikan Pengurus PERKI Manado</i></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-5WHQfjeCi2w/WgK1LyehtzI/AAAAAAAAC48/FPk5qtRhOAYT3qkI9FfDYInobYCuTWBJgCLcBGAs/s1600/lantik-perki-balikpapan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="225" src="https://1.bp.blogspot.com/-5WHQfjeCi2w/WgK1LyehtzI/AAAAAAAAC48/FPk5qtRhOAYT3qkI9FfDYInobYCuTWBJgCLcBGAs/s400/lantik-perki-balikpapan.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Pelantikan Pengurus PERKI Balikpapan</i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-5ll39KLN_N8/WgK1ViTFUdI/AAAAAAAAC5A/Hl2ZLc1QxXUhnaGCFL0GhgSZId4xsV4yQCLcBGAs/s1600/lantik-perki-surabaya.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="225" src="https://3.bp.blogspot.com/-5ll39KLN_N8/WgK1ViTFUdI/AAAAAAAAC5A/Hl2ZLc1QxXUhnaGCFL0GhgSZId4xsV4yQCLcBGAs/s400/lantik-perki-surabaya.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Pelantikan Pengurus PERKI Surabaya</i></span></div>
kardiovaskulerhttp://www.blogger.com/profile/08887608984710837143noreply@blogger.com0